Hampir seluruh penjuru dunia diresahkan dengan adanya Covid-19 atau Corona Virus, sudah berbulan-bulan wabah ini mencekam dunia sehingga kegiatan manusia dilakukan tidak seakurat ketika si wabah belum melanda. Â
Nah, mengenai Corona atau COVID-19 ini, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, Â misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang juga berkaitan denganvirus Corona, Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik.Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ Kelelawar,ular,dan berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih dianggap sebagai vektor virus Corona atau COVID-19. Terlepas dari benar-tidaknya informasi tersebut.
Dari perspektif ini, dapatlah dimengerti ungkapan sebagian umat di kampung saya sediri yang mengatakan jangan halangi saya ibadah berjama'ah di masjid, saya tidak takut mati karena Corona, saya lebih takut sama Allah.
Oleh karena itu bagi masyarakat ibadah berjama'ah di masjid adalah sesuatu yang sungguh berarti sekali,sampai- sampai Mereka mengatakan seperti itu.
Secara personal dan nyata mengalami pengalaman keagamaan yang bermakna saat melaksanakan ibadah di masjid, dan ketika hal itu dilarang, mereka mengalami kegelisahan yang luar biasa. Dan para dai pun mengalihkan dakwahnya dengan menggunakan media sosial,Larangan.
Orang-orang ini mengalami kehilangan spriritual yang besar,dandi dunia dakwah sangat kesulitan menyampai kan dakwah,apalagi ada pertanyaan yang sangat ingin mereka ketahuan. Biasanya di mesia sosial terdapat banyak komenan yang sampai beribu sampai sulit membalaskanya.
Oleh karena itu bagi 80 % (mayoritas) umat Islam, ini bukanlah masalah besar dan mereka tidak merasa kehilangan apapun.Namun bagi sekitar 20 % umat Islam lainnya yang taat, yang terbiasa shalat berjamaah di mesjid dan mendengar ceramah dimesjid.
Dalam kasus larangan ibadah berjamaah pada saat PSBB,thing-nya adalah shalat berjamaah, shalat jum'at. Orang-orang yang taat beragama masih terus beraksi melaksanakan ibadah-ibadah tersebut di mesjid, karena hal itu sangat bermakna buat mereka. Tindakan tersebut mungkin terlihat tidak rasonal dan penuh resiko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H