Mohon tunggu...
Irfan Azis
Irfan Azis Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta buku

Membaca dan menulis adalah hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Tahun Baru Islam bagi Gen Z dan Milenial

6 Juli 2024   21:02 Diperbarui: 6 Juli 2024   21:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun baru Islam disebut dengan tahun baru hijriyah. Kata hijriyah merujuk pada peristiwa hijrah atau pindahnya Rasulullah SAW dari Makkah menuju Yatsrib pada tahun 622 masehi. Tahun terjadinya  hijrah itulah yang kemudian ditentukan sebagai tahun pertama hijriyah. Adapun penetapannya sendiri dilakukan pada tahun 638 M atau sekitar enam belas tahun setelah peristiwa hijrah.

Meninggalkan Rumah Menuju Gua Tsur


Rasulullah SAW memulai perjalanan  hijrah ke Yatsrib pada malam 27 Safar tahun 1 hijriyah. Pada malam itu beliau pergi ke rumah Abu Bakar  lalu bertolak dari Makkah ke selatan untuk bersembunyi terlebih dahulu di Gua Tsur. Padahal kota Yatsrib yang akan beliau tuju berada di sebelah utara Makkah. Hal tersebut dilakukan untuk mengelabui kaum kafir Quraisy yang telah bersiap di sekitar rumah Rasulullah SAW untuk menangkap dan membunuh beliau. Para algojo kafir  sendiri mengira Rasulullah SAW masih berada di dalam rumah. Mereka tidak tahu kalau sahabat Ali yang masih remaja telah diminta Rasulullah SAW untuk tidur ditutupi selimut hijau beliau. Setelah tahu Rasulullah sudah tidak ada di rumah, mereka langsung melakukan pengejaran ke rumah Abu Bakar. Di sana mereka juga tidak menemukan Rasulullah yang sudah pergi bersama sahabatnya itu menuju gua Tsur.  

Menunggu momentum di Gua Tsur


Di dalam Gua Tsur Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ke kota Yatsrib. Rasulullah SAW telah merencanakan hijrah dalam waktu yang cukup panjang. Untuk itu,  semua hal dilakukan penuh perhitungan dan perencanaan yang matang. Kegagalan beliau saat mengunjungi Toif dua tahun sebelumnya tentu sudah dijadikan pelajaran. Tanpa persiapan yang matang, Rasulullah Saw gagal meyakinkan penduduk Toif yang telah diprovokasi untuk mengusir beliau hingga terluka. Padahal Rasulullah tidak ingin melakukan konfrontasi dengan siapapun. Rasulullah hanya ingin menyampaikan kebenaran. Namun tidak ada peluang bagi beliau untuk berdakwah di sana. Beliaupun kembali Makkah sambil memperbanyak doa dan munajat pada Allah SWT. Betapa kesedihan demi kesedihan bertumpuk tumpuk memberatkannya. Allah swt kemudian memberikan jawaban istimewa dengan memberi beliau kesempatan langka bertajuk Isra Mi'roj.  Shalat lima waktu sebagai  oleh oleh isra mi'raj belum bisa dijalaankan seperti sekarang karena resistensi yang keras dari para pemuka Qurays.

Baeat Aqabah satu dan  dua

Namn demikian  Saat musim haji tiba, secara diam diam beliau menjalin komunikasi dengan para jamaah dari luar Makkah.  Dari antaranya adalah enam jamaah asal Yatsrib  yang dengan suka rela berbai'at kepada Rasulullah SAW  di Mina dekat Aqabah. Salah satu point bai'at mereka adalah kesanggupan menjamin keamanan Rasulullah  SAW jika nanti beliau datang ke Yatsrib. Sebagai tindak lanjut atas pertemuan tersebut, Rasulullah kemudian mengirim Mush'ab Bin Umair untuk memulai dakwah Islam di Madinah.

Setahun kemudian pada musim haji tahun  622 Rasulullah SAW kembali melakukan pertemuan rahasia dengan jamaah asal Yatsrib yang datang dalam jumlah lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pertemuan tersebut kembali dilaksanakan di sekitar Aqabah Mina pada suatu malam. Lalu, lahirlah baiat Aqobah kedua.


Di pihak lain, tokoh-tokoh kafir Quraiys selalu mengawasi pergerakan Rasulullah agar tidak menyampaikan dakwahnya kepada para pendatang dari luar Makkah. Mereka khawatir kekuatan Rasululloh semakin besar. Mereka bahkan melakukan propaganda bahwa Rasulullah itu sebagai pembual, tukang sihir, dan sekadar penyair.


Setelah musim haji tahun tersebut, kaum muslim dengan taat melaksanakan perintah hijrah secara bertahap.  Kaum kafir Quraiys menyadari  bahwa eksodus kaum muslim ke Yatsrib suatu saat akan memjadi masalah serius. Keberadaan muslim di Yatsrib  dapat mengancam eksistensi bisnis kafir Makkah yang biasa berniaga ke wilayah Syam dengan melewati Yatsrib. Merekapun melakukan berbagai cara agar kaum muslim tidak jadi meninggalkan Makkah. Dalam suatu pertemuan diputuskan bahwa  cara paling efektif   untuk mencegahnya  adalah dengan menangkap dan membunuh Rasulullah SAW. Lalu dibuatlah sayembara dengan iming-iming hadiah yang sangat besar  bagi siapapun yang berhasil menangkap Rasulullah SAW hidup atau mati.


Rasulullah tentu sudah memperhitungkan adanya persekongkolan untuk menangkap dan membunuh dirinya. Oleh karena itu Rasulullah sudah mengantisipasi dengan berbagai strategi pengelabuan dan pengecohan yang melibatkan beberapa sahabat. Selain sahabat Ali yang disuruh tidur di tempat tidur beliau,  hijrah Rasulullah juga didukung oleh dua anak Abu Bakar yakni Asma dan Abdullah.  Asma bertugas menyuplai  logistik makanan Rasulullah Saw dan Abu Bakar selama bersembunyi di gua Tsur. Sementara Abdullah bertugas mengabarkan perkembangan informasi situasi Makkah.


Tiga malam Rasulullah  SAW  dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur, yaitu pada malam jumat, malam sabtu, dan malam minggu. Beberapa algojo sebenarnya berhasil menemukan jejak persembunyian  Rasulullah SAW di gua Tsur, Namun  Allah SWT yanga maha membolak balikkan hati manusia menundukan hati sehingga mereka tidak jadi mengeceknya.


Setelah situasi dirasa cukup aman perjalanan ke Yatsribpun dilanjutkan dengan dipandu oleh pemandu jalan bernama Abdullah bin Uraiqit. Rute yang dipilih tentu bukan rute yang mudah dan biasa dilalui banyak orang. Dari Gua Tsur, Abdullah bin Uraiqit memilihkan jalur ke selatan, lalu ke barat ke arah pantai, baru kemudian melanjutkan ke arah utara menuju Yatsrib melalui jalanan dekat tepi laut merah. Suraqah bin Malik, salah satu algojo yang berniat menangkap Rasulullah SAW, hampir  berhasil mengejar dan menangkap beliau. Namun sekali lagi Allah SWT menunjukan kuasanya dengan melembutkan hatinya untuk menerima hidayah Islam sehingga iapun berubah haluan untuk  melindungi hijrah beliau.


Pada akhirnya Rasulullah SAW tiba  di pinggiran kota Yatsrib bernama Quba pada  tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 Hijriyah.  Beliau berdua disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat. Lalu Rasulullah Saw mendirikan masjid Quba dan shalat jumat untuk pertama kalinya.

 Setelah beberapa hari di Quba, perjalanan hijrah Rasulullah  dilanjutkan ke titik akhir tujuan yakni Yatsrib yang secara alamiyah mulai disebut sebagai "Kota Nabi" atau dalam bahasa arab disebut "madinatun nabi". Sejak itu nama Yatsrib lebih dikenal dengan sebutan Madinah hingga sekarang.


Demikian sejarah singkat peristiwa hijrah Rasulullah yang ditulis Sofiyurrahaman al Mubarakfuri dalam bukunya "arrahiiq al Makhtuum". Sejarah tersebut perlu kita ceritakan kembali kepada umat Islam khususnya para millenials dan generasi z agar dapat mengambil pelajaran.

Sekurang-kurang nya ada enam pelajaran yang dapat diserap dari persitiwa hijrah Rasulullah SAW tersebut. Berikut ini urainya.


Pertama, peristiwa sebelum dan pada saat hijrah dipenuhi keteladanan  Rasulullah SAW dalam menghadapi kesulitan dan rintangan dengan penuh kesabaran dan ketahahan. Meski beliau berstatus Nabi dan Rasul namun berbagai kesulitan dan rintangan justru begitu lekat dengan perjuangan beliau. Padahal apa sulitnya bagi Allah menjadikan perjalanan hijrah seperti halnya perjalanan  isra mi'raj rasulullah SAW. Hal ini mengandung hikmah bagi kita bahwa  kesulitan dan bahkan kegagalan   adalah sesuatu yang pasti akan kita temukan sepanjang  hidup. Berharap menjalani hidup tanpa ujian dan rintangan hanyalah sebuah hayalan yang justru membuat kita lemah saat menghadapi situasi sulit.  Sebaliknya jika kita bersabar menghadapi segala rintangan dan kesulitan maka kita akan semakin kuat dan kesuksesan semakin dekat.


Kedua, peristiwa hijrah Rasulullah SAW dapat dimaknai sebagai perlu adanya rencana  alternatif atau plan B. Saat Rasulullah mengalami kebuntuan dan resistensi yang luar biasa di Makkah, Rasulullah mempersiapkan rencana baru yakni hijrah ke Yatsrib. Namun beberapa tahun kemudian, Rasulullah kembali ke kampung halamannya itu untuk menuntaskan dakwah Islam di Makkah yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Pelajaran yang dapat dipetik adalah  kita harus terbuka dengan berbagai kemungkinan meski tujuan telah ditetapkan  dengan jelas. Kegagalan seseorang terkadang bukan karena siapa siapa, melainkan karena kegagalannya dalam menetapkan tujuan. Sehingga terjadihlah apa yang dikenal sebagai "Failing to plain is planning to fail". Kegagalan merencana sama dengan merencanakan kegagalan.


Ketiga, hijrah juga dapat dimaknai sebagai bentuk pengorbanan yang luar biasa, di mana waktu, tenaga, harta, keluarga, bahkan nyawa jadi taruhannya. Pesan moralnya adalah setelah kita memiliki tujuan,  tugas berikutnya adalah mewujudkan tujuan tersebut semaksimal yang kita bisa meskipun untuk itu kita harus rela mengorbankan banyak hal.  


Keempat, kesuksesan hijrah Rasulullah SAW juga bisa dimaknai sebagai contoh nyata betapa efektifnya komunikasi beliau terhadap  berbagai pihak yang terlibat dalam  perencanaan dan pelaksanaan hijrah. Hal ini mengandung hikmah bagi kita bahwa kesuksesan memerlukan sinergi berbagai pihak. Dan sinergi tidak akan terjadi jika kita tidak bisa mengomunikasikan ide ide kita secara efektif.


Kelima, hijrah juga memiliki makna penting dalam mempersatukan dua suku di Yatsrib, yakni Aus dan Khozroj. Rasulullah SAW hadir sebagai pihak luar yang berhasil menyelesaikan konflik berkepanjangan antar dua suku tersebut. Dalam konteks keindonesiaan,  tahun baru Islam idealnya dapat kita manfaatkan untuk mendorong siapapun yang datang ke Indonesia untuk menjadi juru damai yang berperan aktif dalam meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan anak bangsa.


Keenam, peristiwa hijrah,  yang berbuah kesuksesan dakwah Islam beserta kejayaan lainnya di berbagai bidang, tidak lain adalah bentuk ketaatan pada perintah Allah SWT.  Hal ini seharusnya memotivasi kita untuk konsisten dalam menjalankan semua yang Allah perintahkan dan disiplin menjaga diri dari semua yang Allah larang. Bahwa jika kita taat dan bertakwa pada Allah SWt maka kita akan mendapat solusi rabbany yang bisa jadi tak pernah kita duga-duga sebelumnya.

Demikian

Cirebon 1 Maharram 1445 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun