Mohon tunggu...
Irfan Aulia
Irfan Aulia Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog

Pejalan Kaki, menyenangi tema psikologi positif, psikologi konsumen dan psikologi politik & kebijakan publik, aktif mengajar dan melakukan riset di tiga tema tersebut sambil mempraktekkan ilmu yang didapat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Prinsip Membaca Bahasa Tubuh Tokoh Politik

24 Maret 2014   02:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia nampak menyihir gayanya yang sederhana, mampu membuat banyak orang terpikat. Ia memukau dengan orasinya yang menggelombang dan kalimat yang bertenaga. Ia mengembangkan senyum, gerak tangannya halus mengembang ke depan, dan banyak orang mendekat dengannya. Ia bergerak, berbicara dengan lantang, mic di depannya ia singkirkan, kalimatnya bertenaga. Ada empat orang dengan ciri tertentu. Mungkin anda mengenali siapa mereka, atau anda tidak mengenalinya. Empat orang ini tokoh politik dengan ciri ciri tertentu.

Di tahun politik ini, setiap tokoh politik akan berhadapan dengan media dan masyarakat. Bahasa tubuh mereka menjadi pesan yang akan diterima oleh masyarakat. Pesan ini lah yang sejatinya bisa dibaca oleh siapapun ketika menggunakan 3 prinsip ini.

Prinsip sederhana ini digunakan oleh Alan Pease dalam mengungkapkan bahasa tubuh seseorang. Membaca bahasa tubuh sejatinya adalah membaca hal hal yang tak terungkap namun tertangkap oleh alam bawah sadar manusia. Dengan kepekaan membaca bahasa tubuh, anda akan memiliki kemudahan untuk menilai tokoh yang anda ingin pilih di tahun politik ini.

Tiga prinsip itu adalah

Pertama, lokalisir setiap gerakan tubuh. Di dalam membaca bahasa tubuh, ada kesan awal, yang ditangkap oleh manusia. Kesan awal ini bisa memiliki kesan baik atau kesan buruk. Namun untuk dapat membaca unspoken languange dari tokoh secara baik perlu anda melokalisir bahasa tubuhnya. Yang paling sering digunakan adalah melokalisir mimik dan melokalisir tangan dan gerakan tubuh. Dengan melokalisir anda akan mudah melihat kesesuaian gerakan tubuh dengan ucapan yang sedang disampaikan. Melokalisir juga memudahkan anda melihat bahasa yang tidak terungkap lewat komunikasi lisan.

Kedua, melakukan kalibrasi atau melakukan kesusaian. Di prinsip kedua ini setelah anda melokalisir mimik, gerakan badan, gerakan tangan. Anda akan melihat mana gerakan yang paling sering digunakan. Misal telunjuk ke depan saat melakukan orasi. Gerakan bahu mengembang saat diwawancara. Kemudian anda bisa melihat mana gerakan gerakan yang muncul tanpa sadar saat mengemukakan sesuatu. Dengan melakukan kalibrasi ini, anda akan mudah melihat bahasa tubuh apa yang sering dipakai, lalu apa yang sebenarnya tokoh ini rasakan dan sampaikan.

Ketiga, pahami konteks. Memahami konteks ini berkaitan dengan situasi saat tokoh ini berbicara dan citra yang dibangun. Bahasa tubuh dalam konteks politik berkaitan dengan citra. Politik di situasi saat ini seperti sebuah panggung. Tokoh politik dengan bahasa tubuh yang baik, umumnya memahami situasi dan konteks ia berbicara. Saat ingin memahami bahasa tubuh maka perlu memahami konteks dan ciri yang ingin dibangun.  Dengan memahami konteks maka anda akan mudah melihat pesan apa yang ingin tokoh ini sampaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun