Namun justru inilah yang menjadi ujian bagi mereka, para warga masyarakat Legetang terbiasa dengan hal hal keburukan seperti bermaksiat, zina, mabuk, dan hal lain sebagainya.
Bukannya bersyukur kepada Tuhan atas karunia tanah subur yang membuat mereka menjadi kaya, namun selalu terjerumus kepada hal hal yang mengarah kepada kemaksiatan, hingga pada akhirnya kejadian tersebut menimpa satu dusun tersebut.
Tepatnya pada malam antara tanggal 16-17 April 1955 warga dusun Legetang sedang asyik dengan pesta perayaan hasil panen mereka, tanpa disadari akan datang suatu kejadian yang akan membinasakan mereka, hujan deras sejak malam hari tak menyurutkan mereka untuk tetap melanjutkan acara pesta tersebut.
Saat dini hari, tiba tiba hujan semakin deras disertai suara gemuruh seperti tanah longsor dari atas Gunung Pengamun Amun, tutur beberapa warga yang pada waktu itu mendengarkannya. Akan tetapi warga sekitar dusun Legetang tak berani keluar untuk mengecek apa yang terjadi, karena luar sangat gelap dan tentunya rawan akan kejadian apa apa.
Pagi harinya ketika beberapa warga ingin mencari rumput sangat terkejut mengetahui dusun Legetang telah lenyap dan berubah menjadi sebuah bukit, dan Gunung Pengamun Amun yang tak jauh dari kawasan tersebut terpotong beberapa bagiannya seperti terbelah dan kemudian ditaruh diatas Dusun Legetang. Menguburkan satu dusun dan menenggelamkan warga yang bermukim disana. Tercatat sekitar 332 penduduk asli serta 19 orang dari desa lain meninggal dunia bersamaan dengan terkuburnya bangunan dusun tersebut.
Beberapa orang menyakini dan mengaitkan peristiwa Legetang dengan Kota Sodom ataupun Kota Pompeii yang mendapatkan azab dari Tuhan karena berbuat semena mena dan akhirnya mendapatkan azab yang pedih,
Namun perisitiwa ini juga bisa dikaji mengenai Ilmu Sains dan sebagainya, mengingat kawasan Dieng sendiri merupakan Gunung Api Purba yang sewaktu waktu bisa membuat kejadian yang bahkan belum pernah terjadi sebelumnya, salah satunya seperti yang terjadi di dusun Legetang. Jadi perlunya edukasi kepada masyarakat Dieng agar bisa hidup berdampingan dengan alam yang mereka pijak, dimana menyimpan energi yang tak terduga dan bisa keluar kapan saja seperti "Bom Waktu"
Terlepas dari sudut pandang mana kita mengkaji Legetang, baik dari kacamata agama maupun kacamata sains, tentunya peristiwa Dusun Legetang ini dapat dijadikan pelajaran penting bagi kita semua ketika kita ini hidup berdampingan dengan alam
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H