Mohon tunggu...
Irfan Rakhman Hidayat
Irfan Rakhman Hidayat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nothing so special about me.i just ordinary student from university of indonesia.my major at public administration and curiosity is main reason why i join this web

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Ini Masih Mencari Tuhan Sebagai Presidennya...

6 Januari 2014   03:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin judul tersebut terlalu berlebihan,namun jika kita cermati dengan bijak maka rasanya kata berlebihan menjadi tidak lagi begitu terasa.awal insiprasi menulis artikel ini adalah ketika saya sedang berstirahat sembari besenda gurau dengan pedagang rokok di sebelah gedung M Fisip UI. Ketika itu seorang bapak yang berusia kira kira 30 tahunan datang untuk membeli rokok dan minuman,singkat cerita bapak yang ramah ini yang nampaknya seorang dosen mengobrol dengan saya.obrolan yang ringan sampai obrolan yang berat mengenai presiden yang ideal untuk bangsa ini. "meningginya tingginya elektabilitas partai nampaknya akan mendorong jokowi untuk menjadi presiden baru negara ini" begitu kata singkat beliau.Nampaknya beliau begitu optimis dengan ucapanya dan idealismenya mengenai sang tokoh yang begitu kental dikenal orang dengan blusukan,jujur dan wibawanya itu. Namun,ada yang mengganjal di hati saya,jika kita belajar dari bagaimana presiden kita selalu naik dan turun tiap masanya,kita akan mendapati kesamaan bahwa semua presiden awalnya dianggap oleh rakyatnya sebagai penjelmaan dewa yang selalu bisa segalanya. Jika kita menilik jauh tentang hal ini kita akan mendapati sejarah panjang mengenai pendapat saya ini.kita mulai dengan pendiri singasari yaitu ken arok yang harus minta dibuatkan buku yang menceritakan bahwa dirinya adalah titisan dewa.di jawa dan beberapa wilayah sunda kita mengenal adanya kepercayaan mengenai satria piningit yang dipercaya akan membawa indonesia pada taraf kejayaan sesuai yang diramalkan oleh Raja Jayabaya dan di Tataran sunda terdapat ramalan mengenai Cah Angon yang dianggap sebagai pembawa atau pengiring rakyat pada jalan yang sebenarnya oleh Raja Siliwangi. Kepercayaan ini tanpa bermaksud menjelek jelekan sejarah,telah terbawa sampai pada pemimpin kita setelah kemerdekaan.dimana Soekarno yang di elu elukan sebagai satria piningit yang pertama membawa pada kemerdekaan,Soeharto yang dianggap membawa indonesia pada taraf kemakmuran,B.J Habibie sang jenius yang diharapkan untuk membawa kemajuan teknologi bagi bangsa,Megawati yang dikenal karena beliau anak dari Soekarno dan SBY yang dielu elukan karena awalnya dianggap bersih,jujur dan berwibawa dan kemudian kembali pandangan kita ditujukan pada seorang sosok Jokowi yang di elu elukan oleh rakyat. Namun,kembali kita harus melihat fakta sejarah.satu persatu tokoh tokoh ini turun karena celanya masing masing.rakyat melihat kejelekan dari seorang pemimpin dan kemudian kepercayaan pada sang pemimpin hilang dan memudar.Pertanyaannya sekarang adalah apakah mereka adalah dewa ?Tuhan?atau manusia setengah dewa seperti lagu iwan fals?nampaknya mereka tetaplah manusia biasa seperti halnya manusia lain yang bisa berbuat salah. inti tulisan ini adalah,ada suatu perspektif yang harus diluruskan dalam memahami esensi seorang presiden.kita seharusnya melihat pemerintahan sebagai sebuah sistem yang kompleks dan bukan figur satu orang.ini yang harus diluruskan agar kita tidak terjebak pada kesalahan yang sama.jika anda tidak setuju dengan pendapat saya ini,mari kita tengok fakta mengenai seorang belanda bernama Christiaan Snouck Hurgronje seorang yang kita kenal sebagai doktor Hurgronje dalam buku sejarah kita.beliau meneliti theologi di aceh waktu jaman itu dan menemukan bahwa rakyat aceh begitu tergantung pada pemimpinya,sekali pemimpin ini hilang maka tubuh organisasi akan hancur. inilah yang harus kita pahami,kita terlalu menokohkan bahwa bisa dibilang menuhankan tokoh.kita tidak melihat bahwa organisasi bukanlah tentang tokoh si anu atau si anu,namun suatu bentuk kerjasama yang terorganisir.artinya leader sebagai penggerak organisasi namun tidak berarti dia bisa semuanya dan tidak bisa melakukan kesalahan.ada kalanya mereka bisa salah dan tidak seharusnya satu kesalahan ini membuat kepercayaan pada sang leader memudar. Saya berharap dengan tulisan ini kita bisa lebih paham bahwa yang kita cari memang seorang pemimpin yang dapat membawa perubahan.Namun bukan pemimpin yang sempurna layaknya seorang dewa.Kemajuan suatu negara bukanlah kerja dari pemerintah saja namun kolaborasi antara pemerintah dan rakyatnya.jika hanya karena satu kesalahan kepercayaan ini hilang maka ibaratkan suatu kursi pembangunan bangsa ini telah kehilangan satu kakinya.hal ini penting diingat karena seperti kata Nicollo Machiavelly dalam bukunya yang terkenal Il Principe,"Rakyat negara yang baru berkembang akan senang hati mengganti pemimpin barunya jika dianggap tidak sekompeten pendahulunya..." dan menurut saya kita akan kembali menelah kekecewaan jika kita melakukan hal ini karena kita tidak sedang mencari tuhan untuk memimpin kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun