Mohon tunggu...
Irfan Ansori
Irfan Ansori Mohon Tunggu... Guru - Perbanyak Jejak Digital Kebaikan

Penulis | Pembelajar | Penyebar Kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kajian Tafsir tentang Dinamika Kehidupan Manusia (Bagian I)

12 September 2018   10:13 Diperbarui: 12 September 2018   10:18 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian tafsir Alquran bersama ust Irfan Ansori S. Sy

Sebagai makhluk Allah SWT, kehidupan manusia berjalan sangat dinamis. Oleh karenanya, Allah SWT memberikan akal, hati, dan hawa nafsu.

Interaksi manusia satu sama lain mendapatkan penilaian di sisi Allah. Jika mendapatkan bekal agama, maka dia akan senantiasa menjalankan semuanya dengan motivasi beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu, berikut kajian Tafsir Tematik Dinamika Kehidupan Manusia.

Derajat Manusia Berbeda Beda (Qs. Az-Zukhruf [43]: 32)

"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Qs. Az-Zukhruf [43]: 32)

Dinamikan kehidupan terdiri dari kelebihan dan kekurangan; kaya dan miskin; kalangan pejabat dan rakyat; yang diberikan kepada seseorang merupakan cara Allah agar manusia mampu berinteraksi satus sama lain. Ketinggian derajat yang diberikan kepada orang-orang musyrik pada dasarnya bukan karena keimanan dan risalah yang turun kepada mereka.

Derajat kenabian dan ketakwaan lah yang paling penting dalam agama Islam.

Nasib Manusia Selalu Berputar (Qs. Ali Imran [3]: 140)

"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim," (Qs. Ali Imran [3]: 140)

Perjalanan perang Uhud ternyata bukan saja kekalahan fisik semata, melainkan Allah menyelipkan sebuah pelajaran kepada manusia agar mereka berhati-hati dengan kehidupan di dunia.

Allah bisa saja membulak-balikan nasib manusia dalam sekejap sesuai kehendaknya. Terutama bagi mereka manusia-manusia yang tidak patuh kepada perintahnya, sombong serta tidak peduli terhadap agama Allah.

Jangan terlalu senang ketika di atas, dan jangan terlalu putus asa ketika dibawah. Cukuplah Allah sebagai penolong, tempat bergantung, serta tempat berlindung.

Larangan Mengundi Nasib (Qs. Al-Maidah [5]: 90)

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Qs. Al-Maidah [5]: 90)

Mengundi nasib merupakan perbuatan yang merusak akal manusia. Karena keberuntungan dan kerugian seseorang hanya Allah-lah yang berhak menentukan. Mengundi nasib hanya membuat manusia seolah tidak bergantung lagi kepada Tuhan, melainkan hanya kepada mereka sendiri. Perilaku mengundi nasib pun merusak sunnatullah.

Nasib Manusia tergantung Usahanya (Qs. Ar-Ra'd [13]: 11)

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Qs. Ar-Ra'd [13]: 11)

Usaha manusia menentukan perubahan derajat dan nasib yang dimilikinya. Ini tidak bergantung kepada orang Islam saja, tetapi sunnatullah untuk manusia yang lain. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan mendapatkan apa yang dicapainya.

Tanpa mengurangi hakikatnya sebagai dzat yang maha kuasa dan pengatur, Allah SWT dengan KeMahakebijaksanaannya, memberi peluang manusia untuk berubah sesuai dengan inisiatif pribadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun