Enak ya jadi anak kecil. Bahagianya sederhana, sedihnya juga sederhana. Jadi anak kecil itu kaya ngga ada beban. Hidup sesimpel rebutan permen sama temen, habis itu baikan lagi. Pengen deh, balik ke masa kecil. Saat dimana ngga mikirin masa depan dan sakitnya patah hati. Kata orang, sih, begitu. Sama, kataku juga.
Anak kecil juga udah bakal kelihatan bahagia banget waktu mainan sama batu, tanah, dan dedaunan. Iya, sesederhana itu. Lihat kereta sama mobil jalan aja bisa bikin mereka ketawa girang.
Tapi, waktu terus berjalan. Gitu kali, ya ungkapan yang paling tepat. Kalau kita masih stuck di masa masa itu, ya ngga bakalan belajar. Sakit, sih, emang jadi dewasa. Mulai mikirin bakal kuliah dimana, kerja dimana, bisa beradaptasi atau engga sama lingkungan baru, dan lain lain. Hidup emang gitu, kita bakal selalu bertemu sama hal hal baru.
Stresnya bukan cuma perkara "besok mau pamer apa ke temen", tapi udah naik level. Makin kompleks dan makin ribet. Deadline tugas yang makin numpuk, soal soal ulangan yang makin rumit, temen makan temen, putus cinta, dan lain lain.
Gado gado si emang. Kita harus bisa meletakkan porsi yang pas pada setiap bumbunya. Jangan terlalu asin, juga jangan terlalu hambar. Jangan terlalu ambisius, juga jangan terlalu santai. Kalau porsinya terlalu berlebihan, juga ngga baik buat kitanya.
Pada akhirnya aku cuma mau bilang, semangat ya buat kalian yang sedang dalam masa menjadi dewasa. Kamu hebat. Pasti. Ngga apa apa kok, kalau sekali kali flashback tentang masa kecil. Menghayati memang rasanya menyenangkan. Menari di bawah hujan, tanpa maksud menyembunyikan air mata. Bukan begitu?
DOR! Jangan ngelamun. Iya kamu. Ealah. Tak suruh baca malah ngelamun, hehehe. Menghayati banget, sih. Kesimpulannya apa coba? Hem? Ya itulah, semua fase yang telah kita lalui itu adalah tentang dewasa dan pendewasaan. Iya kan? Tau nggak sih? Aku merasa bahwa aku telah salah karena masuk dalam dunia kalian sejak kelas satu SMK ini. Kalo nggak ada aku pasti nggak akan ada kejadian kayak gini.
Aku sadar bahwa dewasa itu memang nggak gampang. Bener kan? Setuju nggak setuju ya harus setuju. Percaya nggak percaya ya harus tetep percaya. Yakin nggak yakin ya harus diyakini. Apa lagi ya?
Dewasa menurutku tentang cara berfikir, bersikap, beradaptasi dan menerima. Karena dewasa bukan soal angka apalagi soal tua dan muda.
Dewasa itu kategori tentang perkembangan seorang manusia. Jika dewasa di sangkut pautkan dengan sifat manusia maka dewasa tidak punya tolak ukur yang konsisten. Manusia itu labil. Terkadang dia bersikap bijaksana setelah menonton film. Lalu sifat itu bisa berubah setelah dia mendapat banyaknya ujian hidup, entah dari teman atau atasan. Kadang dia juga jadi sangat agamis setelah patah hati. Atau karena patah hati dia jadi seperti seorang yang puitis. Lalu pada akhirnya dia kembali terlihat konyol setelah kembali jatuh cinta.
Dewasa adalah mengerti mana hak dan kewajiban. Mengerti apa itu tanggung jawab, dan mengerti kehidupan akhirat itu segalanya.
Dewasa adalah ketika ikhlas menerima kenyataan bahwa kecocokan tidak selalu dapat diwujudkan dalam suatu hubungan, menyadari bahwa tidak setiap kedekatan perlu dirawat, dan menerima kekurangan dari pasangan.
Dewasa itu ketika dihadapkan dalam sebuah masalah besar, dia mampu mengalahkan ego diri sendiri.
Dewasa adalah ketika kamu bisa mengerti mana yang harus dipertahankan dan mana yang baiknya dilepaskan.
Dewasa adalah ketika kamu tidak lagi terus menerus membandingkan dirimu dengan orang lain.
Dewasa adalah ketika kamu tidak lagi memaksakan hal-hal yang memang tidak bisa dimiliki.
Dewasa adalah ketika kamu bertahan dengan satu orang, bukannya malah sibuk gonta-ganti pasangan.
Dewasa adalah ketika kamu bisa membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan.
Alif bingung!
Inti dari intinya pokoke kamu kuat ya. Nggak ada kata "Anaknya ibunya Ara nggak ada yang sampe diatas tujuh belas tahun". Nggak ada! Kalau kamu bilang kayak gituan, berarti kamu berburuk sangka sama Allah. Dosa tahu?
Percayalah! Disaat kamu ikhlas dengan keadaanmu, disitulah Allah merencanakan sesuatu kebahagiaan untukmu. Kebahagiaan! Camkan itu!
Andai seorang hamba tahu maksud terbaik disetiap takdir yang telah Allah tetapkan, niscaya ia akan menangis malu karena telah berburuk sangka kepada Allah.
Innama'al Usri Yusra. Janji Allah itu pasti! Setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Jadi yang semangat ya! Ya, aku memang nggak pandai merangkai kata. Ini hanyalah pengalaman kelam yang ingin aku ceritakan sama dunia, sama kamu juga. Karena apa? Karena menulis adalah hobi yang membuat diriku lebih bisa berpikir, berimajinasi, dan mensyukuri segala hal. Bukan untuk sekedar berhalusinasi. Hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H