Mohon tunggu...
Irfan Irwiadi
Irfan Irwiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Irfan

Bismillah bisa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Madura Bagian dari Etika

5 Desember 2021   09:10 Diperbarui: 5 Desember 2021   09:24 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebelum melangkah lebih jauh tentang penjelasan yang sudah tertera pada judul lebih baiknya kita memahami dulu, apa itu bahasa? Apa itu madura? Dan apa itu bahasa Madura?


Bahasa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang Arbitrer, yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.


Bahasa menurut Wikipedia, Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berbicara, berhubungan atau berkomunikasi, baik melalui tulisan, lisan atau kemauan kepada lawan bicaranya (orang lain).
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa.


Pulau Madura bentuknya mirip dengan badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarah yang panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh Islamnya yang kental.


Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, keras, masyarakat Madura juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras. Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ètèmbhâng potè mata, ango'an potè tolang (dari pada putih mata lebih baik putih tulang) falsafah ini menjelaskan bahwa orang tidak bisa dilihat dari luarnya saja, akan tetapi hatinya juga dilihat.Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura.


Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang di pakai oleh orang Madura sebagai alat berkomunikasi sehari-hari, dan untuk menunjukkan eksistensi dan identitas sebagai suku Madura. Tradisi budaya sastra, baik lisan maupun juga tulisan yang menggunakan bahasa Madura dapat memicu semangat anak bangsa untuk melestarikan budaya Madura. Bahasa Madura menggandung hal hal yang unik hususnya pada tingkatan bahasanya.


Di sisi lain, bahasa Madura juga diklasifikasikan sebagai bahasa yang penuturnya terbanyak ke-empat di Indonesia setelah bahasa Indonesia, Jawa, dan Sunda. Dan menempatkan posisi ke-tiga bahasa daerah setelah Jawa dan Sunda.


Oleh karena itu, bahasa Madura sebagai bahasa daerah perlu dijaga dan dikembangkan, terutama dalam peranannya sebagai sarana pengembangan kelestarian kebudayaan daerah dan sebagai pendukung kebudayaan Nasional.

Adapun tingkatan bahasa Madura yang mencerminkan etika dalam berbicara atau berkomunikasi ada tiga tingkatan:

1. Enjha’ Iyya (Tidak Iya).

2. Engghi Enten (IyaTidak).

3. Engghi Bhunten (Iya Tidak).


Adapun tiga tingkatan bahasa Madura tersebut mempunyai tempat tersendiri.

1. Tingkatan Enjha’ Iyye (Tidak Iya) merupakan tingkatan bahasa paling rendah atau disebut juga dengan bahasa kasar. Tingkatan ini biasanya digunakan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda atau kepada teman sebaya atau seumuran. Misalnya orang tua kepada anaknya, kakak kepada adiknya atau teman sepermainan yang telah akrab. Tapi pada tingkatan ini tidak diperbolehkan digunakan oleh orang yang lebih muda ke yang lebih tua dikarenakan etika atau tatakrama dalam berbicara tidak sopan.

2. Tingkatan Engghi Enten (Iya Tidak) merupakan tingkatan yang kedua atau tingkatan yang berada ditengah tengah antara kasar dan halus. Pada tingkatan ini penggunaan bahasa mulai diperhalus. Tingkatan bahasa ini biasanya digunakan oleh orang yang baru kenal, seorang pembicaraan antara mertua dan menantu, suami  isteri.  Oleh karena itu, dalam penggunaan tingkatan bahasa ini antara kasar dan halus. Kenapa digunakan pada orang yang baru kenal? Karena biar orang baru tersebut dapat berinteraksi, berkomunikasi dengan baik dan daerah Madura bisa disanjung.

3. Tingkatan Engghi Bhunten (Iya Tidak) merupakan tingkatan bahasa yang paling tinggi. Tingkatan bahasa ini biasanya digunakan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Misalnya seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Penggunaan bahasa dalam tingkatan ini sangat sopan, bahasa pada tingkatan ini bisa menunjukkan identitas orang mulia di daerah Madura hususnya.

Dari tingkatan bahasa Madura tersebut bisa menjadi karakter atau etika dalam berbicara atau berkomunikasi seseorang. Jadi bahasa Madura selain menjadi bahasa identitas daerah Madura, tetapi juga sebagai tatakrama atau etika dalam berkomunikasi. Sehingga masyarakat Madura harus tetap merawat, menjaga, dan melestarikan bahasa Madura melalui pembiasaan terhadap generasi penerus bangsa.

Terkadang kita minim membiasakan bahasa madura yang tepat pada anak anaknya karena telah dimakan zaman, Bahasa halus Madura hususnya telah diganti dengan bahasa yang tren, bahasa yang kekinian, dan bahasa yang kebarat-baratan, sekarang banyak pemuda yang salah memakai tingkatan bahasa. Sehingga banyak pemuda sekarang sering berbicara tidak sesuai dengan tingkatan bahasanya.

Dalam Madura sendiri salah berbahasa akan berakibat kematian. Mereka memiliki pribahasa: angok tapheleccarah soko katempheng tapheleccar lesan (lebih baik tergelincir kaki dari pada tergelincir lisan) karena kalau kaki yang tergelincir akan berakibat sakit pada diri sendiri tetapi kalau lisan yang tergelincir akan berakibat sakit pada pada orang lain, dan orang Madura terkenal kenal kerasnya jadi sala ocak arek akalong (salah bicara clurit berkalung).

Kesimpulannya adalah bahasa Madura selain menjadi bahasa sebagai identitas Madura juga menjadi bahasa yang moral atau bahasa etika dalam berkomunikasi. Terkadang dalam berkomunikasi kalau salah berbahasa akan menimbulkan kesalahpahaman dan akan berakibat kematian dalam pribahasa madura Angok tapheleccarah soko katempheng tapheleccar lesan (lebih tergelincir kaki dari pada tergelincir lidah). Yang sering di ucapkan oleh orang Madura sala ocak arek akalong (salah bicara clurit berkalung) berkalung ini maksud nebas leher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun