Mohon tunggu...
Irfan Faozi
Irfan Faozi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pena santri

Terang dalam tenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakter Pancasila dan Aswaja

3 November 2021   11:53 Diperbarui: 3 November 2021   12:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KARAKTER PANCASILA DAN  ASWAJA

Paham Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) sangat selaras dengan karakter Pancasila. Sebab, dalam sejarahnya, nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kepekaan toleransi yang kukuh dan menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian serta kemanusiaan. 

 Seperti yang disampaikan oleh KH Syatibi Sayuthi Iyyad pengasuh pesantren Al Abror kota pamekasan Madura, Bahwa karakter Pancasila yang berhaluan Aswaja tersebut meliputi taat beragama, menghormati sesama manusia, bisa mempersatukan semua unsur, kepemimpinan dan keadilan sosial. Kiai Syatibi menambahkan, keselaran Pancasila dan Aswaja itu dapat melebur dalam ajaran khas Islam bangsa ini. Dan itu tercermin dalam Islam Nusantara. "Islam Nusantara ini bukan paham atau aliran keagamaan baru. Melainkan, ia merupakan perwujudan dari Islam yang tawazun, tasamuh, dan rahmatan lil'alamin. Pijakannya ialah menyemai kasih sayang kepada semua makhluk Allah," tegasnya. (Hairul Anam/Abdullah Alawi).

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengajak masyarakat indonesi untuk bersyukur dan bangga menjadi warga negara Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Alasannya, Indonesia memiliki ada ulama yang nasionalis dan mempunyai toleransi antar agama yang baik. Dibandingkan dengan Negara timur yang sekarang. 

"Di Timur Tengah tidak ada pejuang nasionalis. Tidak ada ulama nasionalis. Di Indonesia, Alhamdulillah, KH Hasyim Asyari ulama nasionalis. Sampai Mbah Hasyim punya jargon 'Membela tanah air bagian dari Iman'," kata Said Aqil, Sabtu (30/4/2016).

Menurutnya, sejak berdiri, NU tetap menggabungkan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Aswaja) dan nasionalisme. Said Aqil menekankan jasa proklamator Soekarno yang menggagas Pancasila pada 1 Juni. Jika ada yang mengingkari sejarah itu, NU siap melawannya.

"Barang siapa yang ingin mengganggu, yang ingin mengubah sejarah itu sama seperti mengerdilkan Bung Karno. Mari kita lawan pendapat itu," jelasnya.

Said menyebut lahirnya Pancasila itu merupakan ilham dari Tuhan YME.

 "Walhasil, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan Pancasila bagi NU dan Umat Islam sebagai pegangan bernegara dan berbangsa,"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun