Mohon tunggu...
Irfan Maulana
Irfan Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Buku Dan Pena Adalah Sahabat Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir 11 Juli 1997 Hobi menulis adalah hobi saya selain membaca dan olahraga merupakan hobi dari saya .

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Serunya Nonton Film di Layar Tancap yang Kini Tinggal Kenangan

30 Maret 2021   21:58 Diperbarui: 30 Maret 2021   22:46 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Film Nasional adalah peringatan hari film di Indonesia yang jatuh setiap tanggal 30 Maret disamakan dengan hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Dikutip dari Wikipedia juga perfilman Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda .

Tapi kalian tahu gak sih , dalam sebuah film itu terdiri dari antara lain , sutradara , produser , penyunting gambar atau penyunting naskah (skenario) hingga pemeran film misalnya aktor atau aktris .

Buat kalian generasi tahun 80an , 90an hingga tahun 2000an awal masih ingat gak dengan nonton film di layar tancap ? Dan itu jadi memorial manis dan indah untuk dikenang , baik sama keluarga , teman atau mungkin orang yang tersayang kamu . Karena saat itu masih banyak bioskop yang belum beredar seperti sekarang .Dan untuk saat ini , bioskop di Indonesia juga mudah dijumpai terlebih lagi di jaman sekarang ini yang juga menyatu dengan mall atau tempat umum lainnya .

Dari beberapa film yang diputar di layar tancap juga biasanya gabungan dari film-film jadul antara 70an , 80an dan 90an , seperti Si Pitung , Warkop DKI , Suzanna , Kadir Doyok dan lain sebagainya . Nonton layar tancap juga kebanyakan dilakukan saat acara acara tertentu dan sebagian besar itu masih dilakukan oleh masyarakat kita yang tinggal di daerah perkampungan dan ditempatkan misalnya lapangan sepakbola dengan tiang panjang sebagai patokan .

Namun itu semua kini tinggal kenangan , pasalnya sudah banyak tumbuh bioskop di Indonesia . Apalagi di jaman sekarang ini bioskop juga berdampingan dengan beberapa tempat umum seperti diarea mall dan lain sebagainya . 

Perbedaannya adalah , jika menonton di bioskop harus memiliki tiket yang dijual di mulai dari harga 45 ribu hingga 100 ribu rupiah . Sementara itu berbeda dengan menonton layar tancap , tempat lebih terbuka dan gratis untuk umum . Sehingga banyak yang suka menonton film pada layar tancap , meskipun kini tradisi menonton film di layar tancap juga mulai ketinggalan dan jarang terlihat .

Terlebih lagi nonton film di layar tancap sudah mulai pudar juga karena di jaman sekarang juga sudah mulai banyak platform digital untuk menonton film di smartphone ataupun gadget maupun laptop misalnya seperti Klikfilm , Disney Plus Hotstar , Netflix , Viu Indonesia , Iflix , hingga bioskoponline.id .

Akan tetapi bagi sebagian orang , menonton film di layar tancap terutama bagi mereka yang berada di generasi 80an , 90an hingga 2000an awal akan tetap dikenang sepanjang sejarah bagi pecinta film di Indonesia . Selain itu , nonton film pada layar tancap menjadi keunikan tersendiri yang dimana ada istilah misbar atau gerimis bubar . 

Namun ketika hujan tersebut reda , film tersebut akan kembali ditayangkan dan para penonton yang juga kebanyakan masyarakat perkampungan ini akan kembali duduk di tempat terbuka seperti lapangan untuk bisa kembali menyaksikan film di layar tancap .

Tentu momen yang saya ingat pada saat nonton film di layar tancap juga adalah datangnya serangan gigitan nyamuk atau kadang kadang diganggu bunyi atau suara jangkrik , selain itu jika kita menonton di layar tancap makanannya pun bermacam-macam misalnya jagung rebus , kacang rebus sementara jika kita menonton film di bioskop makanannya terdiri dari misalnya pop corn dan minuman seperti Coca-Cola .

Bahkan menonton film di layar tancap juga selain bisa menghibur masyarakat sekitar , hal ini diyakini juga mampu menghidupkan ekonomi bagi para penjual seperti kacang rebus , jagung rebus , gorengan , yang merupakan para penjualnya masih masyarakat sekitar daerah tersebut .

Begitulah kira-kira cerita seputar keseruan menonton film di layar tancap yang kini tinggal kenangan . Selamat Hari Film Nasional 30 Maret , tetap berkarya , tetap menginspirasi dan saya Irfan Maulana terima kasih , salam sehat , salam hangat dan salam dibalik layar .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun