Mohon tunggu...
Muhammad Irfan
Muhammad Irfan Mohon Tunggu... -

Saya Muhammad Irfan. Saya adalah mahasiswa penerima Program Beasiswa Unggulan (PBU) di Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Jakarta jurusan sastra jepang angkatan 2013.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga, Keinginan, dan Cita-cita adalah Semangatku

3 Agustus 2015   04:57 Diperbarui: 3 Agustus 2015   04:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak yang menjajakan Koran dari pagi sampai malam tanpa diupah. Dengan keinginan dan cita-cita yang menjadi semangatnya untuk bekerja.

 

Panas terik menusuk setiap jengkal kulitnya. Peluh bercucuran tanpa henti akibat panasnya sinar matahari yang setiap hari ia rasakan. Dinginnya hembusan angin malam pun tak luput ia rasakan setiap harinya. Ya, dia adalah seorang anak jalanan yang setiap harinya menjajakan koran di pinggiran lampu lalu lintas ketika lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Setiap kendaraan yang berhenti ia tawarkan dengan koran-koran miliknya.

Dia adalah Lika. Seorang anak laki-laki dengan perawakan yang kecil, berwajah ceria, dan memiliki kulit yang gelap karena terbakar oleh sinar matahari. Dilihat dari perawakannya yang kecil, tidak disangka ia telah berumur empat belas tahun. Umur empat belas tahun dapat dikatakan sebagai remaja. Dimana masa remaja adalah fase seseorang menuju kedewasaan. Fase dimana seseorang sudah dapat bersikap lebih baik dengan membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, dan sudah mulai bijaksana dengan pilihan-pilihan yang ada untuk masa depannya.

Lika menjadi penjual Koran ketika ia putus sekolah di kelas 4 SD. Alasan mengapa ia putus sekolah karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Karena alasan itulah ia menjadi penjual koran dan menjadi anak jalanan. Sebenarnya Lika masih memiliki orangtua. Namun ayahnya hanya bekerja sebagai tukang semen dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Sehingga ia ingin membantu kedua orangtuanya. Kedua alasan tersebut menjadi dasar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun