Mohon tunggu...
Irfai Dzikri
Irfai Dzikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka hal hal baru dan ingin tahu lebih dalam tentang hal yang belum diketahui

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sosok Pemimpin Menurut Nabi

4 Desember 2023   11:03 Diperbarui: 4 Desember 2023   11:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semakin mendekati masa-masa pemilihan umum calon presiden, isu terkait kepemimpinan muncul kembali di muka publik. Menjadi pemimpin sendiri bukanlah suatu tugas yang mudah, ada tanggung jawab yang besar di balik kepemimpinan yang diemban seseorang, apalagi jangkauan kepemimpinan tersebut meliputi satu negara dengan populasi yang besar, tentu bukan hal yang mudah 

Terkait kepemimpinan, Islam sendiri sangat peduli terhadap etika dan moral yang harus dimiliki seorang pemimpin. Tentunya,sosok pemimpin yang menjadi panutan dalam sejarah Islam adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan untuk menakar kepemimpinan yang ideal, tiga dari empat sifat wajib bagi para nabi dan rasul berupa siddiq (jujur), amanah (dipercaya), fathanah (cerdas) dapat menjadi landasan kriteria pemimpin yang baik.

Apabila melihat kepemimpinan dari sisi hadis, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri pernah menegaskan salah satu sahabatnya untuk tidak meminta jabatan, ucapan ini terekam dalam hadis riwayat al-Bukhari yang artinya " dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik." (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).

Adapun Terkait makna hadis tersebut,Imam  al-Wallawi dalam Dzahirah al-'Uqba mengomentari "Makna hadits tersebut adalah siapa pun yang meminta kepemimpinan dan dikabulkan, maka Allah akan menghilangkan pertolongan karena kerakusannya. Adapun lafaz hadis [Dan jika kamu diberikan kepemimpinan tanpa diminta, maka kamu akan mendapatkan pertolongan], maksudnya adalah Allah SWT akan menolongmu dan mengilhamimu dengan kebenaran, sehingga kamu dapat bahagia di dunia dan akhirat." (Muhammad ibn 'Ali al-Wallawi, Dazhirah al-'Uqba fi syarh Sunan al-Nasa'i al-Mujtaba, Dar al-Mi'raj al-Dauliyah, juz 39, halaman 235)

Dari yang dimaksudkan hadist diatas yakni, ada kriteria yang dapat kita tetapkan untuk melihat pemimpin-pemimpin di sekitar kita yang sedang mencalonkan diri. Sifat tamak dan rakus merupakan sifat buruk yang seharusnya tidak ada di dalam jiwa seorang pemimpin. Kerakusan dan ketamakan akan melahirkan kecurangan ketika menjalankan kepemimpinan, sedangkan pemimpin yang curang disinggung oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak Allah masukkan ke dalam surga. Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari yang artinya "Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga." (Hadis riwayat Imam al-Bukhari)

Point selanjutnya menurut Nabi mengenai sosok pemimpin adalah sifat amanah dan bertanggung jawab yakni, merupakan sifat mendasar yang harus ada pada diri  seorang pemimpin. Sifat amanah dan bertanggung jawab ini akan berpengaruh pada putusan yang diambilnya, pada pandangan dirinya ketika menangani kasus dan problematika yang menjadi tanggung jawabnya serta memperhatikan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Dari 'Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketahuilah setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin orang banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluargan suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, budak juga seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya."

Kemudian, seorang pemimpin haruslah orang yang ahli, tentunya keahliannya dalam menata kewarganegaraan yang akan membawa negara dan rakyat pada kestabilan di berbagai bidang, baik kemananan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan bukan hanya menjanjikan hal hal manis untuk menipu rakyat semata,karena  Memberikan kepercayaan kepada yang bukan ahlinya merupakan suatu tanda kehancuran,

Dan juga Imam Al-Qasthallani memberi penjellasan terkait orang yang tidak ahli dalam hal ini adalah orang-orang yang tidak ahli dalam agama dan tidak ahli dalam menjaga amanah. Selain itu, al-Qasthallani mengutip perkataan Ibn Batthal terkait penjelasan hadis ini:

: Artinya:

 "Para pemimpin telah diamanahi oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan Allah telah mewajibkan para pemimpin untuk membimbing, jika mereka mempercayakan urusan itu kepada orang lain selain ahli agama, maka mereka telah kehilangan amanah tersebut. Kemudian, Hari Kiamat tidak akan tiba sampai orang yang curang itu diberi amanah, dan ini hanya akan terjadi jika orang-orang bodoh mendominasi dan orang-orang yang benar lemah dalam memegang dan memperjuangkan kepemimpinan." (Muhammad ibn Ahmad al-Qasthallani, Irsyad al-Sari li syarh Shahih al-Bukhari, Mesir: al-Mathba'ah al-Kubra al-Amiriyah, 1323, juz 1 halaman 155)

Kemudian kriteria pemimpin yang terakhir yakni, yang dicintai dan mencintai rakyatnya, sebab Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun