Mohon tunggu...
Irra Fachriyanthi
Irra Fachriyanthi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu 2 putra dan 1 putri yang tinggal di Doha Qatar bersama suami tercinta. Mantan jurnalis majalah remaja yang masih ingin terus menulis!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu Ramadan di Kampung Halaman

30 Juni 2015   20:48 Diperbarui: 30 Juni 2015   20:48 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan berharap ada acara ngabuburit di Doha, karena mal-mal dan restoran tutup sampai menjelang Maghrib. Hanya supermarket yang buka dari pagi sampai tengah malah. Dipastikan dari pagi sampai sore hari jalanan sepi begitu juga mal-mal, apalagi pada saat musim panas seperti ini, orang-orang lebih memilih berdiam di rumah. Baru nanti setelah Isya dan tarawih, mal-mal bergeliat dipenuhi pengunjung sampai waktu sahur tiba.  

Ramadan dan Keju

Ada satu jajanan favorit kami di kampung halaman, Martabak Ramayana. Martabaknya sangat lezat, tak heran antrean pembelinya panjang walaupun harganya cukup mahal untuk ukuran kota kecil kami. Favorit kami adalah martabak coklat keju. Lumeran kejunya terasa sekali. Rupanya mereka memakai keju Kraft. Pantas saja kejunya terasa ngeju sekali, hehehe….

Anak-anak saya terutama anak kedua sangat menyukai martabak manis. Hampir tiap kali berbuka dia meminta martabak manis sebagai makanan pembuka. Di Indonesia sih gampang tinggal pesan, penjual martabak di mana-mana ada. Tapi, di Doha ini kami harus membuat sendiri, maka saya dan suami pun belajar membuatnya. Saya yang membuat adonannya, suami yang memanggangnya. Kerjasama yang cukup apik karena kata anak-anak kami martabaknya enak. Dan memang enak sih, mungkin suatu saat nanti kami bisa jualan martabak manis, hehehe…..

                                                                       ["pak suami membuat martabak manis:)"]

Seperti biasa, martabak yang kami buat adalah martabak coklat keju. Bila coklatnya kami mencoba-coba berbagai macam coklat. Maka untuk kejunya, saya tidak pernah mau coba-coba keju lain, selalu setia dengan Keju Kraft.

Padahal di Doha ini banyak dijual aneka macam keju, bahkan sampai ada counter khusus keju di tiap supermarket. Orang-orang Arab memang sangat menggilai keju. Awal-awal tinggal di Timur Tengah, saya sangat takjub ketika melihat keju-keju dalam bentuk bongkahan di pajang di etalase. Tadinya saya pikir itu tahu, sudah senang saja mendapati tahu di gurun pasir, eh ternyata itu keju. Namun sampai sekarang saya tak tergoda untuk mencobanya. Setiap kali butuh keju, maka otomatis saya mengambil keju Kraft.

                                                                                     ["Keju Arab:)"]

Anak-anak pun sangat menyukai keju Kraft ini. Makanya keju ini selalu tersedia di dalam kulkas, baik yang berupa cheddar cheese maupun slice. Keju cheddar biasanya saya pakai untuk membuat roti bakar. Sementara yang slice untuk sandwich atau dicemil begitu saja. Biasanya anak ketiga saya yang suka mengemil keju slice ini, tak heran kalau berat badannya cukup lumayan, karena salah satu manfaat dari keju ini bisa untuk menambah berat badan. Selain itu bagus juga buat kesehatan gigi dan tulang.

                                                                              ["ingat keju, ya keju kraft!"]

Di bulan Ramadan ini, martabak coklat keju itu menjadi obat penawar rindu saya pada orangtua. Ketika membuatnya saya membayangkan wajah kedua orangtua saya yang tersenyum senang ketika dikirimi Martabak R. Ketika menyantapnya saya membayangkan suasana Ramadan bersama mereka.

Lalu saya pun akan menelpon mamah saya dan mengabarkan kalau saya sudah membuat martabak manis yang rasanya seenak Martabak R. Mamah saya biasanya akan memuji dan meminta saya untuk mengirimkan martabak itu. Kami pun lalu tertawa bareng karena tahu mustahil mengirimkan martabak itu. Dalam hati saya berjanji tahun depan bila mudik, akan saya buatkan mereka martabak spesial ala saya dengan parutan keju Kraft yang banyak, hehehe….

Di momen-momen seperti itulah, saya baru tersadar betapa masih sedikit yang saya berikan untuk kedua orangtua. Rasanya tidak pernah cukup apa yang saya berikan untuk membalas semua cinta dan kasih mereka. Bila perlu akan saya kirimkan Martabak R setiap hari bila itu bisa membuat mereka bahagia.

“Mamah pengen beli baju dan sepatu lebaran di mal, Teh,” kata mamah saya sambil tertawa malu-malu. Saya pun ikutan tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun