Mohon tunggu...
Irene
Irene Mohon Tunggu... Administrasi - hm..

Hanya seorang mahasiswi, belum dan tak akan pernah jadi Mahakuasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relasi Keluarga di Tengah Pandemi Corona

7 Mei 2020   17:49 Diperbarui: 7 Mei 2020   17:40 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini hanya satu contoh sederhana tentang bagaimana orang menyikapi perubahan di masa pandemi ini.

Karena semua anggota keluarga beraktivitas di rumah, mula muncullah isu-isu yang sebetulnya ndak penting-penting amat-tapi-bisa-menjadi-perang dunia 3. Suami secara tidak sadar meributkan variasi makanan di meja, istri kewalahan ngurusi kebersihan rumah, orang tua kewalahan ngurusi anak, kakak-adik mulai meributkan snack di kulkas. Ya memang wajar.. Semakin sering ketemu, semakin banyak interaksi, semakin besar kemungkinan untuk bersenggolan. :D

Oleh karena itu, di hari yang berbahagia ini, melalui post sok tahu ini, saya ingin mengajak kita semua untuk bersabar sedikit. Kita semua sedang berada di masa yang tidak mengenakkan. Semua harus bisa saling toleransi, saling menjaga perasaan orang lain, saling menghargai waktu, saling memperhatikan apa yang orang lain suka atau tidak, saling memperhatikan pemilihan kata dan tingkah laku, dan lain sebagainya.

Saya memilih kata "saling" untuk mengingatkan kita bahwa hal ini berlaku dua arah. 
Contoh sederhananya: Kakak menghargai waktu adik dan adik menghargai waktu kakak. Bukannya kakak melakukan kesalahan dan adik harus sabar dan toleransi.

Kakak bantu menjaga kebersihan rumah dan adik juga harus melakukan hal yang sama. Bukannya adik malas-malasan dan kakak sabar dan bertoleransi.

Saya tahu bahwa kita memang harus bisa menerima kekhilafan orang lain dan mengampuni kesalahan orang, tapi seyogianya kita juga harus berusaha untuk tidak mejadi batu sandungan bagi orang lain.

Kalau khilaf sekali, dua kali, ya wajar. Tapi kalau berulang-ulang, atau bertahun-tahun, ya berarti memang sudah jadi pengikutnya eyang Lucifer. :D

Contoh penerapan perilaku "saling" di keluarga kami yaitu dengan membuat jadwal harian. Jadwal itu lengkap dengan jam, menit dan detail aktivitasnya. Tujuannya semata-mata agar kami bisa saling menghargai waktu orang lain dan mencegah adanya cekcok antara anggota keluarga, terutama karena ada beberapa hal yang harus dilakukan di ruang umum, contohnya mengadakan kelas online piano. Kebetulan piano dan piano elektrik kami terletak di ruang umum.
Walau sudah dibikin jadwal, kadang di antara kami masih ada yang tidak patuh dan ya....ujungnya misuh-misuh. Hahahaha.

Untuk orang yang strict masalah waktu seperti saya, pembuatan jadwal harian ini sangat berguna. Saya pribadi selalu berusaha untuk mengikuti jadwal yang disepakati dan berusaha akurat dalam hal timing. Kalau saya bilang bahwa saya akan cuci piring dalam waktu 7 menit, saya betul-betul akan cuci dalam waktu 7 menit. Kalau saya bilang saya butuh latihan piano pada jam 10-11, saya akan standy di dekat piano jam 9.55 dan selesai jam 11 paas atau sebelumnya agar tidak mengganggu jadwal orang lain.
Makanya bagi beberapa kerabat atau anggota keluarga yang agak santai, mereka mungkin ngecap saya lebay atau sok perfect. Ya piyeeee.. saya mengahargai setidap detik dan saya paling anti rebut-ribut ndak penting. 

Saya pinginnya damai-damai aja gitu loh.. :D Hidup di dunia cuma sebentar, jangan apa-apa diributkan.

Di akhir post ini, saya akan mencoba membuat sebuah kesimpulan sederhana. Dari apa yang saya telaah, kunci utama untuk tetap damai dan waras dalam menghadapi beberapa perubahan di masa pandemi ini, yaitu SALING. Semua butuh saling bekerja sama dengan baik, saling menghargai, dan saling-saling lain yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun