Generasi Alpha, lahir 2011-2025
Generasi Alpha adalah kelompok generasi yang lahir setelah tahun 2010, dan mereka saat ini masih dalam fase perkembangan awal mereka. Oleh karena itu, karakteristik Generasi Alpha masih terus berkembang seiring dengan perkembangan mereka. karakteristik pada Generasi Alpha adalah sebagai berikut : Keterampilan Teknologi yang Awal mereka sering terampil dalam menggunakan perangkat digital dan aplikasi dengan cepat, Kekuatan dalam Pembelajaran Berbasis Visual karena akses mudah ke konten visual dan multimedia, Orang tua Generasi Alpha sering berperan aktif dalam pengawasan dan pendidikan anak-anak mereka, Generasi Alpha mungkin lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan dan teknologi daripada generasi sebelumnya, Pendekatan Pembelajaran yang Interaktif.
Perbedaan karakteristik yang paling signifikan antara generasi Y, Z dan Alpha adalah penguasaan informasi dan teknologi. Bagi generasi Z dan alpha, informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana akses terhadap internet sudah menjadi budaya global, sehingga berpengaruh terhadap nilai dan pandangan tujuan hidup mereka. Pada tahun ini, rata-rata di dunia pendidikan, generasi yang paling banyak sedang menempuh jenjang perkuliahan adalah generasi milenial. Dimana generasi milenial biasanya menyukai sesuatu yang out of the box, sangat suka tantangan dan penghargaan.
Part 2 - Digital native dan Digital immigrant
Digital immigrants adalah orang-orang yang lahir sebelum tahun 1980. Mereka memiliki pengalaman berinteraksi dengan komputer melalui komunikasi langsung. Mereka juga tumbuh bersama dalam era tatap muka yang mengharuskan tugas offline dan berbasis kertas. Generasi ini juga terbiasa menggunakan metode konvensional dalam beradaptasi dengan teknologi baru dibandingkan dari yang dilakukan generasi digital native.
Digital immigrant dan digital native sering dikaji dari sudut pandang pendidikan. Pada penelitian terdahulu, persepsi guru tentang digital native dikaji hubungannya dengan motivasi guru memanfaatkan sumber belajar digital. Tetapi, sejauh ini penulis belum pernah menemukan penelitian yang dilakukan untuk membandingkan metode pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital native yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa.
Dikarenakan digital immigrant tidak tumbuh dengan penggunaan teknologi sehari-hari seperti yang dimiliki penduduk digital native, mereka harus sering kali belajar menggunakan teknologi namun lebih lambat dari digital native. Mereka sering kali “bicara” dengan “aksen” mereka sendiri dan mengacu pada tindakan yang membatasi penggunaan teknologi serta terbiasa dengan akses langsung ke informasi misalnya mencetak dokumen untuk diedit daripada mengedit dokumen secara virtual.
Generasi digital native adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980. Mereka tumbuh dalam era yang memungkinkan sumber pembelajaran menjadi berlimpah. Dimana lanskap teknologi dijejali dengan komputer digital dan akses Internet tanpa batas, video game, smartphone, pemutar lagu digital, video perekam, telepon selular, televisi interaktif, asisten digital pribadi, dan perangkat digital lain.
Digital natives yang merupakan generasi digital memiliki cara belajar yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Perbedaan cara pikir dan cara pandang siswa menuntut guru untuk mengikuti perkembangan jaman dan mengimplementasikan strategi belajar yang sesuai. Akses ke dunia digital memberikan keleluasan bagi digital natives untuk mengakses segala hal di dunia maya. Keleluasaan ini tak jarang memberikan efek negatif. Pengawasan dan pendampingan guru maupun orang tua menjadi hal penting untuk mencegah efek negatif tersebut. Keterbatasan dalam mengawasi dan mendampingi siswa dalam menggunakan teknologi dapat diantisipasi dengan penanaman pendidikan karakter pada anak. Penyampaian materi dan pendidikan karakter dan dapat dikemas menjadi satu kesatuan pada digital teaching and learning sehingga menjadi suatu alternatif strategi belajar yang tepat sasaran dan bermanfaat.
Perbedaan antara generasi digital native dan digital immigrant kemudian memiliki implikasi yang mendalam untuk pendidikan: jika anak muda sekarang memiliki berbagai preferensi yang berbeda yang tidak cocok praktik pendidikan saat ini, maka pedagogies saat ini perlu berubah. Sebenarnya, banyak sekolah dan guru belum menanggapi dugaan cara-cara baru di mana siswa berkomunikasi dan mengakses informasi. Salah satu contohnya terlihat di Amerika Serikat yakni kesenjangan atau 'disconnect digital' antara siswa dan guru. Generasi imigran digital merupakan kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi etika dalam proses komunikasi media sebagai strategi komunikasi pembelajaran online.
Part 3 - Implikasi Terhadap Desain Instruksional