Saya belum tahu Hipertensi Paru saya di grade berapa, karena belum dikateterisasi.
Kateterisasi jantung kanan adalah standar tertinggi dalam menegakkan diagnosa Hipertensi Paru,karena tekanan paru dapat diukur dengan akurat hanya melalui kateterisasi.
Saya belum dikateterisasi, mungkin dengan echo jantung sudah bisa diperkirakan atau karena saya sudah lansia.Â
Semoga saya masih di grade rendah, sehingga cukup dengan minum obat dan mengatur gaya hidup.Â
Yaaa... kami para penyandang Hipertensi Paru, harus sabar dan ikhlas, karena ini adalah penyakit kronis yang harus terus dijaga dan dijalani seumur hidup, hingga obat yang menyembuhkan ditemukan.
Keluarga dan teman-teman serta masyarakat harus tahu ini :
Sifat Hipertensi Paru termasuk "Invisible Illness" atau penyakit yang gejalanya tidak terlihat dari luar, bisa memperberat kehidupan pasien. karena terlihat "sehat-sehat" saja dari luar, maka sulit mendapat toleransi dari keluarga maupun dari lingkungan teman apalagi dari masyarakat umum.
Gejala yang tidak terlihat ini sering menimbulkan salah paham, ketika kami para penyandang, tidak bisa menjalani tugas rutin sehari-hari dan tidak bisa mengikuti kegiatan/aktivitas sosial, maka dikira malas, sombong dan seterusnya..Â
Contoh: Â Di dalam kendaraan umum, Penyandang Muda Usia tidak memberikan tempat duduknya buat penumpang Lansia yang tidak kebagian tempat duduk, pasti dilirik, dianggap tidak tahu sopan-santun, tidak tahu aturan.
Nah... sekarang, kita harus lebih berhati-hati menilai orang, ya.Â
Ada pesan penting untuk diingat para penyandang Hipertensi Paru, yaitu: Jangan pernah menurunkan dosis obat/ menghentikan obat Hipertensi Paru Anda sebelum dinyatakan sembuh oleh minimal dua orang dokter.