Awalnya saya tidak mengetahui nama bunga yang cantik ini. Bibitnya saya dapatkan dari teman saya. Dia juga meminta bibit bunga ini dari temannya. Ternyata bunga ini gampang sekali berbiak. Bijinya jatuh ke mana-mana dan sangat mudah tumbuh. Saya kira disetek pun akan jadi.Â
Maka dalam waktu tidak terlalu lama saya sudah memiliki puluhan anakannya. Sudah saya berikan kepada teman-teman yang mau dan masih tersisa. Maka saya tanam saja di luar pagar pada pinggir jalan.Â
Ternyata bunganya menarik perhatian para pejalan kaki yang rajin berolahraga di pagi hari. Bukan hanya ibu-ibu, tapi bapak-bapak juga ada yang berhenti sejenak untuk memotret bunga ini dari berbagai sudut.
Sampailah pada suatu pagi beberapa ibu menghampirinya. Mereka mulai memperbincangkan bunga apa itu gerangan. Mirip soka, tapi bukan!
Lalu salah seorang dari mereka mengatakan," Ah, saya namai saja bunga cotton bud."
Sebenarnya sangat cocok dinamai bunga kembang api, karena bunganya bergerombol tapi mekarnya tidak serentak. Bunganya kecil-kecil dengan tangkai bunga yang panjang berwarna ungu kemerahan kontras dengan warna bunganya yang putih bersih.Â
Dalam imajinasi saya, itu sangat menyerupai kembang api yang sedang bernyala. Cantik sekali. Jika dikatakan cotton bud, benar mirip juga tapi itu bila bunganya belum mekar.Â
Saya sambil menyiram, diam-diam saja di balik pagar. Percuma saya menyapa, nanti mereka malu. Saya juga belum tahu nama bunga ini. Masa, saya bilang namanya bunga kembang api? Itu kan cuma imajinasi saya, walau kemudian ternyata memang disebut juga fireworks.
Selesai menyiram, saya langsung memotret bunga itu untuk mencari namanya di google. Syukur Sisco, cucu saya, sudah mengajarkan caranya mencari.
Dari hasil pelacakan itu, saya menemukan nama bunga itu adalah Clerodendrum quadriloculare atau starburst bush, fireworks, atau sebutan lainnya (baca lebih banyak di wikipedia). Ternyata bunga ini memang mengundang banyak komentar.
Apabila pohonnya sudah rimbun, pasti akan berbunga banyak, karena pada setiap ujung cabangnya pasti akan mengeluarkan bunga.Â
Untuk lebih menikmati keindahan bunganya, saya tidak membiarkan pohonnya tumbuh tinggi. Setiap kali kuntum bunga yang mekar mulai berguguran maka cabang itu saya potong, supaya percabangannya lebih rimbun.Â
Karena bijinya mudah teritiup angin, maka tanaman baru bisa tumbuh dimana-mana. Sekarang saya sudah mulai membuang anakannya, sebelum kebunku dipenuhinya. Sayang ya!
Asyiknya menanam bunga ini, karena dia cepat berbunga dan bisa berbunga sepanjang tahun, asal ada tunas cabang yang baru pasti di ujungnya akan muncul bakal bunga. Syaratnya dia suka sinar matahari dan jangan lupa menyiramnya.
Tanamanku ini belum pernah saya pupuk, kecuali memberinya potongan rumput yang saya taruh di atas tanah di sekitar batangnya, bila kami habis memotong rumput. Maksudnya sekalian untuk menjaga tanahnya tetap lembab karena terik sinar matahari yang kadang sangat menyengat.
Foto-foto yang saya sertakan di sini, akan berbicara mengenai kecantikan si Clerodendrum atau si Starburst bush. Mungkin maksudnya ledakan bintang di antara semak? Karena bunganya memang mirip bintang yang berpendar..Â
Apapun namanya, saya lebih suka dan setuju dengan nama Bunga Kembang Api. Â Sekarang kita sudah mengetahui nama-namanya. Jadi, jangan lagi menamainya cotton bud ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H