Postingan saya berjudul Terpukau Dengan Capung, ternyata mengundang banyak komentar  (banyak buat ukuran saya, hehe...) umumnya pada mengaku telah melakukan permainan yang pada waktu itu tidak disadari telah menyiks capung.
Diantara komentar itu K'ner Bung Abdul membuat saya terharu. Katanya dia sudah tidak menjumpai capung di kampungnya. Nah...! Dia merasa galau, apakah capung menjadi langka atau malah sudh musnah akibat perbuatannya dulu menyiksa capung.
Bung Abdul menyertakan link artikelnya yang sudah diposting duluan. Dari postingannya itu saya belajar banyak tentang capung dan membuat saya lebih terpukau lagi dengan capung.
Sejak saat itu, saya semakin giat berburu capung untuk saya potret. Bukan lagi untuk saya jadikan mainan seperti dulu, lho. Teman teman saya pun ada yang mengirim foto-foto capungnya.
Seringnya saya memotret capung, kayaknya membuat kemampuan memotret saya juga ada peningkatan.
Kalau dipikir, alangkah beruntungnya penduduk kota Jakarta dan sekitarnya, karena saya masih sering melihat serombongan capung terbang berseliweran di angkasa. Saya membayangkannya seperti helikopter yang mencari tempat untuk mendarat. Sayangnya, capung-capung yang beterbangan berombongan sepertinya tidak pernah mendarat di tempat saya. Hehe...!
Begitulah setiap senggang saya selalu berkeliling mencari capung, atau apa saja yang menarik, yang bisa saya amati perilakunya. Rumput bergoyang pun menarik lho.