Kabar terakhir malah di Malino sudah tidak ada markisa ungu.Â
Ya..., saya harus puas dengan apa yang ada.Â
Pengalaman menanam di dataran rendah tidak pernah berhasil sampai berbuah. Â Saya menyerah!
Suatu hari saya menemukan pohon markisa tumbuh merambat di pohon palem di rumah kami di Jakarta. Setiap kali dia merambat naik, saya menariknya turun. Begitulah saya memperlakukannya. Suatu saat karena sakit, saya berhari-hari tidak  menengok tanaman. Pohon markisanya ternyata sudah merambat jauh tinggi keatas.
Ya sudah. Saya biarkan saja.
Sampai pada suatu pagi ketika saya menyapu halaman saya menemukan markisa kecil. Barulah saya menengok ke atas, ternyata pohon markisa itu sudah berbuah.
Tentu saja saya sangat senang. Sedikitpun saya tidak menyangka pohon itu akan berbuah. Saya betul-betul surprised.
Buahnya tidak banyak mungkin karena tidak dirawat dengan semestinya. Dibiarkan bertumbuh liar begitu saja.
Setiap kali ada buah markisa yang jatuh cukup untuk konsumsi saya sendiri. Karena saya penyandang diabetes jadi untuk pemanisnya tidak boleh memakai gula tebu(gula pasir).
Saya memakai pemanis buatan yang banyak dijual dimana-mana dengan berbagai merek.Â