Sayang sekali, apa yang akan saya ceritakan ini baru saja saya ketahui. Seandainya saya tahu lebih awal pasti bisa melengkapi artikel saya terdahulu: Tiga Dara, Restorasi Film Luar Biasa yang Membangkitkan Kenangan. Tapi ya ngga apa-apalah, kan tetap masih bisa saya bagikan buat anda, para sahabatku. Tulisan kali ini berisi penggalan kisah kenangan Indri Makki Iskak (sebutan lain Indiati Iskak) ketika nonton bareng teman-teman. Seperti yang sudah saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya, mimpi saya menjadi artis seperti Indriati Iskak tidak terwujud, namun sekarang saya cukup happy menjadi sahabatnya saja.
Tanggal 3 September 2016, dijadwalkan kami akan memperingati haul seorang sahabat di rumah Bu Indri, demikian kami memanggilnya. Bu Indri selalu bersedia menerima kami bila kami ingin kumpul-kumpul. Nah, saya akan memanfaatkan kesempatan itu untuk tanya-tanya alias interview, karena saya ingin tahu lebih banyak seputar dirinya terkait film Tiga Dara. Kan saya penggemar beratnya.
Bu Indri sebetulnya tidak suka diwawancara, tapi untuk sahabat pasti lain. Asal saya sabar, pasti dapat.
Katanya sih, sesudah ibadat, kita santap siang bersama. Lalu, bila kami mau, kami boleh nonton bareng (nobar) film Tiga Dara. Asyik, kan?! Pasti nggak ada yang nolak.
Nah, mulai nih saya memburu cerita dari Bu Indri. Awalnya kami berdua ngobrol macam-macam dan turut didengar oleh satu dua sahabat yang sudah nonton filmnya di bioskop. Adapun saya, jangan tanya, sudah hafal. Hehehe.... Mbak Alice, adik Bu Indri, juga hadir di antara kami. Ini kisah yang saya dapat hari itu. Moga-moga saya ga salah dengar dan ga salah ingat. Soalnya tidak saya catat, supaya tidak terkesan wawancara.
Rupanya film Tiga Dara dibuat ketika Indriati Iskak berusia 14 tahun. Sebetulnya, dia pada awalnya --dan mungkin sampai sekarang-- tidak tertarik main film, walaupun kemudian sempat bermain di beberapa judul film, antara lain film Juara Sepatu Roda (di film ini, ia bermain bersama Robby Djohan).
Usmar Ismail lah yang membujuknya bermain di film Tiga Dara, karena sering melihatnya nyanyi-nyanyi dengan teman-temannya.
“Ya...itu bukan suara saya. Sejak dulu saya ga bisa nyanyi. Yang nyanyi adalah Elly Srikudus,” katanya. Tapi saya rasa, mungkin dulu dia suka nyanyi.
Ceritaku sedikit amburadul tidak apa-apa, ya?
Rupanya Indriati dari dulu tidak suka rias wajah yang tebal-tebal. Dia berusaha membujuk juru rias Sofyan agar menipiskan riasan wajahnya terutama alisnya. Maka kalau kita perhatikan makeup Neni pada saat awal-awal film lebih tebal daripada menjelang akhirnya. Ini karena Indriati berhasil membujuk juru rias Sofyan.
Begitu terdengar lagu Pilih Menantu (maaf kalau salah judul), Bu Indri menerawang. Rupanya dia teringat Bing Slamet. Katanya semua suara dari para pelamar dengan berbagai karakter suara, semua dinyanyikan Bing Slamet seorang. Wow!
Kemudian terdengar suara Sam Saimun yang menawan, menyuarakan suara Mas Toto yang bernyanyi menggoda gadis yang duduk di depan pintu. Ketika tokoh Nana bernyanyi, Bu Indri nyeletuk, “Itu suara Mieke sendiri, memang dia pandai nyanyi.”
Sebetulnya Bu Indri sempat ngomong bahwa semua crew ikut kebagian peran. Sayang saya lupa nama-nama mereka dan peran apa yang diperankan. Kayaknya sih, mereka memerankan saudara-saudara si Tiga Dara, anak-anak Paman Tamsil yang tinggal di Bandung.
Ternyata, Usmar Ismail sendiri juga ikut berperan. Ia mendapat peran sebagai Paman Tamsil yang tinggal di Bandung. Sementara Joni 'Si Jagoan Cilik', putera bungsu Paman Tamsil, diperankan oleh Irwan, putera Usmar Ismail sendiri. Nah, surprise kan?
Mungkin karena larut dalam suasana, terungkap berapa honor yang diterima Indriati Iskak untuk berperan sebagai Neni si bungsu dari tiga bersaudara. Sepuluh ribu rupiah, sedangkan gaji ayahnya dari Angkatan Laut, hanya seribu rupiah per bulan. Astaga!
Saking terpukau, saya lupa bertanya, berapa lama waktu shooting film Tiga Dara.
“Bu Indri, rasanya Neni itu, Bu Indri banget, deh. Mimik dan gerak tubuh persis sama, benarkah?”
“Iya emang, saya mana mau disuruh-suruh acting.”
Saya rasa di sinilah kunci keberhasilan film ini. Semua wajar tidak ada yang berlebihan, sangat natural.
Saya akan akhiri tulisan ini dengan sepenggal kisah yang luar biasa. Ingat foto Bung Karno, Mieke Widjaja dan Indriati Iskak di awal artikel ini? Bung Karno berkenan menonton film Tiga Dara di Istana Bogor, maka mereka semua diundang ke sana. Ibu Indri mengenang perkataan Bung Karno, ”Saya bangga, ini film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton.” Wow, kereeen!
Pernyataan Bung Karno itu tentu sangat menggembirakan semua yang terlibat dalam pembuatan film Tiga Dara, tidak terkecuali Indriati Iskak, sehingga perkataan itu diingatnya sampai sekarang. Karena Bung Karno adalah pelaku dan penikmat seni yang hebat, maka tidak ada yang berani meragukan penilaian Bung Karno itu. Kemudian terbukti, film Tiga Dara diputar di bioskop terkemuka ibu kota selama dua belas minggu dengan jumlah penonton yang selalu membludak.
Itulah kenangan manis yang tak terlupakan oleh Indriati Iskak, Si Bungsu Neni dalam film Tiga Dara. Pasti demikian juga dengan Mieke Widjaja dan siapa saja yang terlibat di film ini. Sayangnya sebagian besar dari mereka sudah berpulang ke Sang Khalik. Sebagai tanda kasihnya, Bu Indri berkenan foto bertiga bersama Mbak Alice dan jadilah 'Tiga Dara' versi IreneMaNis. Hahaha! Saya memang mabuk 'Tiga Dara'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H