Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pasar Pagi, Jakarta Kota Tempo Doeloe dalam Kenangan

21 Juni 2016   15:46 Diperbarui: 21 Juni 2016   15:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pagi tadi ketika membaca Harian Kompas, pada halaman pertama sudut kiri bawah saya melihat Arsip. Oh, rupanya Pasar Pagi, Jakarta kota diresmikan pada tanggal 21 Juni 1969. Baru tahu saya. Usia yang tidak sedikt, 47 tahun.

Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin.

Masih dari Arsip, saya mendapat info sekarang Pasar Pagi, Jakarta Kota telah menjadi Pasar Modern yang berlantai tiga.

Menerawang ke tempo doeloe, saya jadi teringat los mainan yang selalu padat pengunjung. Keramaian calon pembeli yang memadati kios-kios yang menjual aneka permainan, bukan menyurutkan niat berburu mainan, malah membuat kami semakin bersemangat.

Kami pertama ke Pasar Pagi pada tahun 1970, waktu itu kami masih berdomisili di kota Makassar. Sulawesi Selatan. Waktu itu di Makassar masih sangat kurang toko mainan, sehingga berkunjung ke Pasar Pagi betul-betul Surganya permainan.

Sejak itu setiap kali kami datang ke Jakarta, pasti menyempatkan untuk berbelanja ke sana.

Sebetulnya Pasar Pagi itu toko grosir, tapi tetap melayani penjualan eceran. Tentu saja harganya sedikit lebih tinggi dibanding jika membeli lusinan.

Selain mainan, setiap tahun saya juga berbelanja hiasan Natal. Sayang saya sudah tidak ingat mana yang belian Pasar Pagi karena sudah berbaur dengan hiasan-hiasan yang lain.

Kebiasaan berbelanja di sana, terus berlanjut setelah kami sekeluarga pindah ke Jakarta.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
 Jenis belanjaan pun lebih bervariasi.

Yang jelas alat-alat kebutuhan sekolah, terutama buku tulis, karena harganya sangat murah bila kami membeli per pak. Hitung-hitung sekalian rekreasi jalan-jalan dengan anak-anak. Waktu itu ke kota belum macet, seperti sekarang.

Pasar Pagi waktu itu, bila tiba Ramadhan, maka sepertinya seluruh pasar dipenuhi mercon atau petasan dan kembang api berbagai jenis dan ukuran.

Demikian juga dengan waktu menjelang Natal. Suatu hari saya dengan teman-teman belanja ke sana untuk keperluan Perayaan Natal komunitas di tingkat RW.

Berhubung belanjaannya banyak, sebagian sudah kami bawa ke mobil. Supaya tidak lecek hiasan plastik yang besar, kami letakkan di dashboard, tidak di bagasi. Setelah puas berbelanja, ysng memakan waktu cukup lama, soalnya sempat mampir makan segala, kami pun pulang. Sesamoai di rumah ketika kami menurunkan belanjaan kami masing-masing ternyata hiasan yang diletakkan di dashboard mobil telah berubah menjadi keras menyerupai kerupuk alias rusak. Rupanya karena terpapar sinar matahari cukup lama. Yaa...ini satu-satunya pengalaman yang tidak menyenangkan selama saya berbelanja di Pasar Pagi.

Kami terakhir ke sana, kalau tidak salah tahun delapan puluhan. Belanjaan terakhir yang masih eksis sampai sekarang adalah Pohon Natal kami yang besar dan beberapa ornamen-ornamennya.

Seperti apa Pasar Pagi Modern? Sayang belum sempat kami kunjungi.

Pasar Pagi, Kota Jakarta Tempo Doeloe tetap lestari di memori saya.

“Selamat Hari Ulang Tahun Pasar Pagi ke-47”

 “Selamat Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-489”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun