[caption caption="Srikandi penyintas kanker dari CISC yang berhasil menjuarai sebuah ajang perlombaan tari"][/caption]"Apakah mbak sudah melakukan sadari?" Itulah pertanyaan yang saya lontarkan kepada sekelompok perempuan muda yang sedang bercengkerama seusai mengikuti Misa di gereja. Misa adalah ibadat utama Gereja Katolik. Hampir serentak mereka menjawab belum, sambil tersipu. Namun ada yang balik bertanya, "Apa itu sadari?" Yaaa... hari gini masih ada yang belum tahu!
SADARI, adalah singkatan dari perikSA payuDAra sendiRI, ini adalah cara paling sederhana untuk mendeteksi kanker payudara secara dini. Dengan cara SADARI, sekitar 80% kanker payudara dapat terdeteksi.
Bila perlu deteksi tambahan atau lanjutan bila ada yang mencurigakan bisa dilakukan,
- USG ( Ultra Sono Grafi) untuk yang berusia di bawah 35 tahun.
- Mammografi untuk yang berusia di atas 35 tahun.
Sakitkah pemeriksaan mammografi? Nggaklah, memang payudara seperti dipres. Kalaupun ada sedikit rasa sakit, begitu selesai pemeriksaan semua rasa kurang nyaman itu juga berakhir. Waktunya hanya hitungan menit, jadi tidak ada alasan untuk merasa takut.
USG dan Mammografi, tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan  setahun sekali atau sesuai anjuran dokter atas pertimbangan faktor risiko.
Kapan SADARI dilakukan?
Beberapa hari sesudah haid atau menstruasi, pada saat itu, payudara sudah tidak tegang, tidak nyeri atau idak membesar. Pada perempuan yang sudah menopause atau sudah mati haid, dilakukan setiap bulan pada tanggal yang sama. Cari tanggal favorit, agar mudah mengingatnya.
Sebelum melakukan SADARI, kenali dulu ciri-ciri yang perlu diperhatikan.
- Ada benjolan di payudara
- Puting payudara tertarik ke dalam
- Daerah areola, seputar puting yang berwarna gelap, mengisut atau keriput
- Perubahan bentuk dan besar payudara
- Keluar cairan abnormal dari puting payudara, berupa nanah, cairan encer, bahkan darah atau air susu pada perempuan yang tidak sedang hamil atau menyusui. Â
 Setelah mengenali ciri-ciri tersebut, lakukan SADARI!
- Berdiri di depan cermin, kedua tangan di pinggang, amati bentuk payudara.
- Kedua tangan diangkat lurus keatas, amati payudara. Kemudian tangan kiri tetap di atas, ujung jari tangan kanan, mulai meraba secara melingkar atau memutar, di seluruh permukaan payudara sebelah kiri. Kemudian ganti dengan tangan kiri, memeriksa payudara sebelah kanan.
- Pencet puting payudara, untuk memeriksa apa ada cairan yang keluar.
 Bila ada tanda-tanda mencurigakan, segera menghubungi dokter.
Kabar baiknya, bila kanker terdeteksi pada stadium awal, kemungkinan sembuh sangat besar. Syukur juga, karena biasanya hasil skrining hampir selalu negatif. Kalau pun sampai terdeteksi positif kanker, kita masih tetap bersyukur.
Mengapa kanker, kok bersyukur?
Iya, karena diberi jalan untuk segera berobat. Maka, segeralah melakukan tahap-tahap terapi yang dianjurkan dokter. Jangan lari ke "orang pintar", atau ke terapi alternatif.
Bila mau menambahkan supplement herbal atau ada pertanyaan-pertanyaan lain, jangan ragu segera tanyakan ke dokter anda. Dokter sekarang, oke-oke... loh. Hehe... dari dulu juga dokter oke kok, tapi sering terlihat kayak angker gitu, mungkin untuk menjaga wibawa? Maaf ya dok..., dulu saya takut banget melihat dokter, yaa... sekarang dokter-dokter adalah sahabat-sahabatku. Iya kan, dok?!
Bila terdiagnosis kanker, tetaplah bersemangat, karena kanker bukanlah akhir segalanya.
Lihat foto teman-teman penyintas kanker dari Cancer Information and Support Center yang tetap semangat dan penuh energik, sehingga berhasil meraih juara pada suatu ajang perlombaan tari.
Ingat, walau jumlah penderita kanker payudara laki-laki sangat kecil, tetap saja kaum laki-laki juga harus waspada. (Baca: Pria Ganteng ini Ternyata Survivot Kanker Payudara)
Bulan Oktober, didedikasikan sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara, karena itu pada bulan ini anda akan sering melihat Pink Ribbon, pita jambon simbol kanker payudara.
Maksudnya ialah untuk mengingatkan kita akan bahaya kanker payudara, supaya kita waspada dan jangan takut melakukan deteksi dini. Daripada kelak kecolongan, terdiagnosis setelah stadium lanjut, terapinya pasti lebih sulit, harus sabar, mungkin bisa kesakitan, belum lagi soal biaya yang harus ditanggung.
Jadi tunggu apalagi? Mari, para perempuan dan kaum laki-laki, kita peduli dengan payudara kita, untuk masa depan yang sehat dan bahagia.
Baca juga:
Berdamai dengan Kanker: Buku Para Survivor
Pink Ribbon Menghias Kick Andy 30 Mei 2014
[caption caption="Bulan Oktober, bulan pink ribbon"]
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H