Ketika menutup artikel "Bongkar Muat Sampah, Haruskah di Blok M?" dengan mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun ke-488 untuk Kota Jakarta, saya jadi teringat pengalaman saya pada Djakarta Fair jadul.
Iya, karena Djakarta Fair selalu diselenggarakan di seputar Hari Ulang Tahun Kota Jakarta. Saya sangat terkesan dengan Djakarta Fair. Khusus di hari ulang tahun kota Jakarta, 22 Juni 2015 ini, saya ingin berbagi nostalgia. Ketika Djakarta Fair pertama diselenggarakan di Taman Ria Monas, saya dan keluarga masih berdomisili di Makassar, Sulawesi Selatan. Djakarta Fair waktu itu sangat menarik perhatian karena banyaknya stand-stand negara sahabat dan stand dari produsen bermerk, baik makanan, pakaian, dan lain-lain.
Mereka memanfaatkan event ini untuk berpromosi, supaya masyarakat tahu seperti apa produk mereka, bukan berlomba supaya dagangannya cepat laku terjual. Itulah yang saya rasakan saat itu. Waktu itu, setahu saya, di Jakarta belum ada supermarket. Barang-barang bagus juga masih terbatas. Djakarta Fair ini sangat membanggakan orang Jakarta dan mereka sangat bergairah menyambut keberadaannya. Apalagi saya ini orang daerah, rasanya sangat bangga bisa menghadirinya.
Pertama kali saya ke Jakarta, sengaja mengatur waktu agar pas dengan penyelenggaraan Djakarta Fair pertama, Juni 1968. Waktu itu kami boleh menginap di rumah tante kami, di jalan Yusuf Adiwinata, jadi lumayan dekat dengan lokasi Djakarta Fair di Monas. Yang paling menarik hati saya waktu itu adalah stand negeri Belanda yang bekerja sama dengan Hero Mini, yang mungkin adalah cikal bakal Hero Supermarket
Wow, saya senang sekali, boleh mencicipi aneka keju, biskuit Verkade, coklat, snack dari kentang yang saya sudah lupa namanya. Semua itu di import dari Belanda, sesuatu yang pada masa itu termasuk masih langka. Karena saya punya bayi, maka saya juga sangat tertarik dengan aneka makanan bayi dari Nestle. Kemudian saya sempat membeli Nestum, bubur bayi Nestle di Hero Mini jalan Faletehan Blok M Kebayoran Baru. Semoga saya tidak salah ingat nama produknya, soalnya kejadiannya sudah lama banget.
Singkat cerita, pada tahun 1974, kami sekeluarga pindah ke Jakarta. Djakarta Fair, yang sudah mengikuti ejaan baru; Jakarta Fair (JF), menjadi acara tahunan kami sekeluarga, pokoknya JF di tahun-tahun jadul itu, sungguh bisa menjadi ajang hiburan buat kami sekeluarga. Apa saja yang begitu menarik? Banyak...!
Di pelataran sebelum masuk pintu gerbang JF, selalu diramaikan oleh penjual mainan asongan, yang murah namun menarik dan menjadi tren yang setiap tahunnya  berganti model dan jenis. Di arena inilah saya pertama kali berkenalan dengan yang namanya kerak telor, makanan khas Betawi. Anak-anak selalu senang melihat Ondel-Ondel yang berkeliling arena JF.
Tiket masuk pada saat itu rasanya sangat terjangkau. Waktu itu ekonomi keluarga kami sangat pas-pasan, saya selalu harus berhitung dengan skala prioritas. Artinya, saya harus mendahulukan pengeluaran yang mendesak, yang kurang penting biar menunggu dulu. Tapi, tetap saja Jakarta Fair menjadi prioritas kami. Terkadang bukan hanya sekali, tetapi malah beberapa kali kunjungan, lho!
Mengapa demikian?
Ya, karena Jakarta Fair waktu itu merupakan sarana hiburan keluarga kami yang termasuk murah. Anak-anak kami  sangat menikmati. Jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah kami, juga jadi faktor pendukung. Bila perlu kami bisa naik bus. Saat itu bus PPD siap mengantar kami, cukup satu kali naik, sampai tujuan. Peserta Jakarta Fair, saat itu sudah tidak sama dengan Djakarta Fair yang awal-awal, sudah banyak berubah, namun kebanyakan stand masih sangat murah hati dalam berpromosi.
Pada stand Nissin dan Khong Guan, pengunjung boleh mencicipi semua produk mereka yang disuguhkan dengan sangat rapi dan bersih. Kalau membeli? Hadiah berupa bonus yang melimpah tersedia untuk dibawa pulang. Asyik banget kan?! Di samping itu, panggung-panggung hiburan menyuguhkan acara yang menarik. Ragam permainan juga banyak, tetapi saya sudah agak lupa. Yang paling disukai anak-anak kami adalah permainan memancing ikan plastik yang berisi nomor berhadiah. Ah iya ini saya lupa, pancingnya dibayar nggak, ya?! Kalau tidak salah stand pancing ini dibuka oleh BNI 46 yang sedang mempromosikan Tabanas dan Taska. Nah, masih tahu apa itu Tabanas dan Taska? Tabungan Pembangunan Nasional dan Tabungan Asuransi Berjangka. Kedua tabungan ini sudah almarhum!
Bermain memang merupakan kesukaan anak-anak. Apalagi berhadiah... Saking semangatnya untuk mendapatkan ikan yang berisi nomor hadiah, keponakan kami yang masih kecil, memanjat pagar pemba
Ada banyak hal-hal baru yang menarik bagi anak-anak, seperti penjual topeng, dan lain-lain. Pernah juga piala Thomas Cup dipajang di arena JF. Anak saya ngotot ingin berfoto dengan piala itu, sepertinya dia berfoto dengan jasa tukang foto keliling yang ada di sana. Entah kenapa, hasil fotonya tercetak terbalik. Jakarta Fair memang memberikan banyak pengalaman bagi kami. Pokoknya Jakarta Fair seru deh...
Penyilet tas saya itu cukup berbaik hati karena membuang dompet saya di sekitar pos polisi, sehingga saya tidak perlu membuat KTP baru maupun membongkar kunci lemari. Beberapa tahun kemudian, Jakarta Fair berubah nama menjadi Pekan Raya Jakarta, yang disingkat menjadi PRJ. Seiring berjalannya waktu, daya tarik PRJ buat kami mulai memudar, mungkin karena Roh Djakarta Fair yang kami gandrungi sudah mulai sirna, berganti suasana yang berbeda. Atmosfir yang kami cari sudah terbang entah ke mana.
Anak-anak kami pun sudah beranjak remaja dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kini, puluhan tahun sudah berlalu. Jakarta sudah berubah pesat. Segala macam barang kebutuhan baik lokal maupun import, tersedia di mana-mana. Jakarta penuh sesak dengan supermarket dan mall. Mungkin PRJ Kemayoran atau Jakarta Fair Kemayoran juga punya daya tarik sendiri?
Entahlah... Saya belum pernah berkunjung ke PRJK maupun JFK. Semoga kenangan manis ini, bisa mengingatkan kembali Anda akan pengalaman yang mungkin pernah turut Anda rasakan di masa jadul. Saya kisahkan di sini, karena sayang kalau hanya dinikmati sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H