Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih Mamahit

28 April 2014   21:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_333702" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Untaian Garnet dalam Hidupku"][/caption]

Dua tahun yang lalu, tepatnya Rabu, 2Mei2012pukul 11.41WIB, IbuEndangRahayuSedyaningsihMamahitpergimemenuhipanggilanSangPencipta.

Saya sangat beruntung sempat bertemu dengan beliau, walau hanya pertemuan singkat dalam acara di RSCM, namun meninggalkan kesan yang sangat mendalam di hati saya.

Beliau terlihat sangat tegar dan ramah. Tidak terlihat kalau beliau sedang menjalani terapi sebagai pasien kanker paru stadium 4. Keramahannya juga membuat saya merasakan kerendahan hati beliau sebagai seorang menteri.

Kalau tidak salah tanggal 16 Mei 2012, Penerbit Gramedia bersama Keluarga Dr. R. Mamahit Sp.OG mengundang SupportGroup kami CISC, untuk menghadiri bedah buku Otobiografi Alm. Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih Mamahit, "Untaian Garnet dalam Hidupku."

Walau saat itu wajah saya sedang babak belur dan mengalami retak tulang lengan akibat suatu kecelakaan, saya paksakan diri untuk menghadiri acara tersebut. Hal itu tidak lain karena rasa hormat dan kagum saya kepada beliau.

Hadir pada kesempatan itu, memberi kesaksian dan kesan akan Alm. Ibu Endang, antara lain: Wamenkes Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc. Ph.D., Ibu Linda Agum Gumelar, Menteri Aparatur Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jenderal TNI (Purn) Bpk. Agum Gumelar, Bpk. Arifin Panigoro, dari Komnas Penanggulangan Tembakau, Ibu Isye Soentoro, penyunting buku "Untaian Garnet dalam Hidupku."

Masih ada beberapa teman/rekan Ibu Endang, tetapi mohon maaf, saya lupa mencatatnya karena pada waktu itu saya sama sekali belum terpikir, bakal membuat tulisan ini.

Sebagai kenangan akan Ibu Endang dan ungkapan terima kasih, saya cuplik sebagian dari kata sambutan, yang berkenan beliau berikan untuk buku CISC, "Berdamai Dengan Kanker. Kiat Hidup Sehat Survivor Kanker."   Dalam kata sambutan Ibu Endang ini, sangat jelas tergambar kepribadian beliau.

Berikut ini cuplikannya :


Dengan senang hati saya sanggupi untuk menulis kata sambutan untuk buku "Berdamai dengan Kanker. Kiat Hidup Sehat Para Survivor Kanker" ini. Sambutan ini saya tulis dalam kapasitas saya sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu 2 (2010-2014), dan juga sebagai seorang penderita kanker paru stadium 4.

Kanker adalah penyakit yang unik. Umumnya orang tidak berpikir atau tidak MAU berpikir bahwa dirinya berisiko terkena kanker. Diagnosis kanker dianggap sebagai vonis bagi seseorang. Pertanyaan pertama yang sering terlontar dari seorang penderita yang baru saja menerima diagnosisnya adalah: "Kenapa??" "Kenapa SAYA" "WHY??" "WHYME??". Perasaan "shock" ini tidak hanya dialami oleh penderita, tetapi juga oleh keluarganya. Fase-fase penyangkalan, marah, kemudian depresi, sering dialami oleh para penderita dan/atau keluarganya.

Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnosis kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya "Whyme??". Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini, hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial-ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri yang alhamdullilah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. "So...Whynot?" Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencana Nya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.

Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah Nya dengan bersyukur. Sungguh lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan ... jangan lupa. Nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.

Semangat!!!

Jakarta,13 April 2011

Menteri Kesehatan RI.


dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH

Demikian, cuplikan tersebut sesuai aslinya. Semoga kebesaran jiwa beliau dan semangat pengabdiannya yang tulus, senantiasa menumbuhkan semangat dan keberanian bagi siapa saja yang sedang berjuang untuk kesembuhannya sendiri, maupun bagi mereka yang sedang berjuang untuk kepentingan masyarakat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun