Perbedaan antara smart agriculture (pertanian pintar) dan precision farming (pertanian presisi) dapat dilihat dari ruang lingkup, smart agriculture memiliki konsep yang lebih luas yang mencakup p enggunaan teknologi canggih dan analisis data untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam semua aspek pertanian, termasuk budidaya tanaman, pemeliharaan hewan, manajemen sumber daya, dan rantai pasokan. Precision farming merupakan bagian dari smart agriculture yang lebih terfokus pada penggunaan teknologi dan pengelolaan data yang canggih untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pertanian di tingkat presisi, seperti pengelolaan lahan, irigasi, pemupukan, dan perlakuan lainnya. Pendekatan, smart agriculture memiliki pendekatan holistik dalam pertanian dengan mengintegrasikan berbagai teknologi seperti sensor, drone, IoT, dan AI untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai aspek pertanian, sedangkan precision farming memiliki pendekatan yang lebih spesifik dan berfokus pada penggunaan teknologi dan analisis data untuk mengelola tanaman dan sumber daya pertanian secara presisi, berdasarkan variabilitas spasial dalam lahan.
Â
Fokus Utama, smart agriculture memiliki fokus yang lebih luas pada penggunaan teknologi dan data untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam keseluruhan sistem pertanian, termasuk manajemen sumber daya, pemantauan lingkungan, analisis pasar, dan manajemen risiko, sedangkan precision farming berfokus secara khusus pada penggunaan teknologi dan pengelolaan data untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pertanian di tingkat presisi, dengan penekanan pada pengelolaan lahan, pemupukan, irigasi, dan perlakuan tanaman.
Â
Sebagai contoh penerapan teknologi digital yaitu blockchain yang dapat mengurangi efisiensi sekaligus menghemat waktu dan tenaga, teknologi ini solusi untuk pertanian off farm Menggunakan blockchain sistem yang didapat oleh para pelaku menjadi lebih setara agar dapat membangun kepercayaan antar stakeholder. Agriculture War Room (AWR) sebuah terobosan teknologi yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), pada Provinsi Jawa Timur mengembangkan smart farming dengan prinsip community based Integrated Farming Systems (IFS). IFS memadukan perkebunan dan pertanian baik tanaman pangan maupun hortikultura. Integrasi yang terjadi dalam hal technology, institutions, diversity, dan networks. Konsep smart farming berbasis digital agriculture akan mampu mendongkrak produktivitas dan efisiensi. Kecanggihan AWR diharapkan mampu meningkatkan produksi dengan kualitas di atas rata-rata. Artinya mampu memenuhi ketersediaan pangan nasional dan pasar global atau bisa meningkatkan ekspor hingga tiga kali lipat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H