Sudah hampir dua tahun lamanya seluruh penjuru negeri ini dijajah oleh suatu virus mematikan yang acap kali disebut dengan virus corona atau Covid-19. Walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan, akhirnya perjuangan melawan virus corona ini dengan perlahan membuahkan hasil yang baik. Berdasarkan grafik peta sebaran kasus Covid-19 per 15 Juli 2021, terdapat sebanyak 56.757 kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan per 20 Oktober 2021 hanya terdapat sebanyak 914 kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Turunnya kasus terkonfirmasi positif per hari tersebut membawa harapan baik bagi seluruh bangsa di negeri ini untuk bisa kembali bebas menjalankan kehidupan sehari-harinya seperti dahulu kala sebelum wabah virus corona ini melanda.
Namun demikian, perlu disadari bahwa sebenarnya pandemi telah membawa perubahan baik di beberapa aspek kehidupan kita, terutama bagi aspek lingkungan. Pada awal kasus virus corona terjadi, tepatnya mulai tanggal 17 April 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mempercepat penanganan Covid-19. Kebijakan ini memaksa seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap berada di rumah saja dan menjalankan aktivitas secara online melalui skema Work From Home (WFH). Sejak itu, tak sedikit industri-industri atau perusahaan-perusahaan yang kemudian merumahkan para karyawannya, bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan para karyawannya karena jumlah konsumen yang semakin turun sehingga mengakibatkan perusahaan terus mengalami kerugian. Adanya kebijakan PSBB membuat jalanan yang biasanya dipenuhi oleh kendaraan bermotor sampai menimbulkan macet menjadi sepi, serta membuat proses produksi yang dilakukan oleh industri-industri penghasil limbah menjadi berhenti untuk sementara waktu.
Secara tidak langsung, pandemi telah memberikan waktu kepada bumi untuk beristirahat dari keserakahan dan keegoisan manusia, walaupun sejatinya bumi tidak pernah benar-benar 'beristirahat'. Berkurangnya intensitas penggunaan transportasi di jalanan saat pemberlakuan PSBB, memberikan pengaruh baik terhadap penurunan emisi dari asap kendaraan. Selain itu, karena sebagian besar proses pengolahan limbah di pabrik-pabrik industri juga terhenti, emisi yang berasal dari aktivitas agrikultur dan pabrik yang menggunakan bahan bakar fosil pun menurun. Emisi itu sendiri merupakan polutan sisa pembakaran yang dapat membahayakan makhluk hidup dan dapat mencemari lingkungan karena mengandung karbondioksida dan monoksida yang berbahaya bagi kesehatan.
Emisi juga dapat menyebabkan efek rumah kaca. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan (AS), efek rumah kaca merupakan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi karena lapisan atmosfer bumi yang semakin menipis. Hal ini menyebabkan cuaca di bumi semakin panas karena pancaran sinar matahari tidak lagi terhalang oleh lapisan atmosfer bumi tersebut. Jika efek rumah kaca ini terus meningkat, es kutub bumi yang menjadi salah satu faktor untuk menjaga suhu bumi akan mencair sehingga volume air laut akan bertambah. Maka logikanya, jika volume permukaan air bertambah dengan dahsyatnya, sebagian besar daratan di bumi ini bisa tenggelam. Tentu hal ini sangat mengancam keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini.
Dalam rangka penanganan perubahan iklim global, Kementerian PPN/Bappenas telah menyiapkan tiga strategi utama Pembangunan Rendah Karbon (PRK), antara lain ialah kebijakan Net-Zero Emissions untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, stimulus hijau untuk pemulihan ekonomi, dan implementasi kebijakan PRK untuk memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Ditetapkannya strategi PRK dalam RPJMN 2020--2024 ini menjadi cerminan keseriusan dan konsistensi Pemerintah Indonesia dalam upaya penanganan perubahan iklim global tersebut.
Selain adanya upaya dari pemerintah, masyarakat pun harus peduli terhadap gerakan Net-Zero Emissions. Seperti yang dapat kita rasakan sendiri, terutama berdasarkan pengalaman dan penglihatan penulis yang berdomisili di salah satu kota besar di Pulau Jawa, ketika adanya kebijakan untuk melakukan karantina di rumah saja selama masa pandemi ini, terutama saat kebijakan PSBB diberlakukan, udara dan hawa lingkungan terasa lebih sehat dan segar. Begitu juga langit, tampak lebih biru dari biasanya. Lantas dari kejadian tersebut, muncul angan-angan agar suasana lingkungan seperti itu dapat terus dirasakan bahkan ketika keadaan sudah kembali normal.
Maka dari itu, pandemi merupakan awal yang baik untuk mewujudkan Net-Zero Emissions. Hal positif yang dapat dirasakan dari pandemi harus bisa membangkitkan kesadaran kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan benda atau barang penghasil emisi. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung gerakan Net-Zero Emissions:
1. Mengurangi intensitas penggunaan kendaraan bermotor
Apabila hendak pergi ke suatu tempat yang jaraknya tidak begitu jauh, berjalan kaki atau bersepeda merupakan alternatif pilihan yang baik daripada menggunakan kendaraan bermotor. Selain dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari bahan bakar kendaraan bermotor tersebut, berjalan kaki atau bersepeda juga dapat membuat pola hidup kita menjadi lebih sehat.
2. Menggunakan transportasi publik
Berpergian dengan menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta api, atau MRT juga dapat menjadi alternatif pilihan yang baik untuk mendukung gerakan Net-Zero Emissions ini karena dengan menggunakan transportasi umum, volume kendaraan yang beroperasi di lalu lintas menjadi berkurang.
3. Belajar untuk hidup disiplin
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sifat atau kemampuan dalam mengendalikan diri dan mematuhi aturan. Biasanya, orang yang disiplin ini memiliki pola hidup yang teratur. Maka, jika kita bisa hidup disiplin, kita akan memiliki kesadaran yang tinggi untuk mematikan AC, komputer, dan segala perangkat elektronik lainnya ketika sudah tidak digunakan lagi.
4. Menanam pohon-pohon hijau di lingkungan sekitar tempat tinggal
Ada sebuah kalimat yang berbunyi demikian, "Polusi itu bisa dilawan dengan menanam seribu pohon". Walaupun tidak semua dari kita bisa mengaplikasikannya karena keterbatasan lahan di sekitar rumah, kita tetap bisa melakukan cara ini dengan menanam dan merawat tanaman-tanaman kecil. Selain bisa mendukung gerakan Net-Zero Emissions, tanaman ini juga dapat membuat lingkungan rumah kita menjadi indah dan nyaman untuk ditempati.
5. Menggunakan produk ramah lingkungan
Produk ramah lingkungan adalah produk yang memanfaatkan bahan-bahan yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya, umumnya memanfaatkan bahan yang bisa didaur ulang dan tidak akan mencemari tanah. Contoh aksi menggunakan produk ramah lingkungan yaitu seperti memakai sabun non-deterjen, menggunakan pupuk kompos hasil olahan sampah organik, serta mengurangi penggunaan plastik dengan memakai tas belanja kain dan sedotan kertas/alumunium yang lebih ramah lingkungan.
Walaupun tampak sederhana, cara-cara yang disebutkan di atas dapat berperan besar dalam menjaga iklim bumi. Kita harus dapat mengambil hikmah dari masa pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Pandemi bagaikan sebuah teguran dari semesta untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan bersih. Oleh karena itu, jadikan pandemi sebagai awal yang baik untuk mewujudkan Net-Zero Emissions.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H