"Kamu pendiem banget sih orangnya. Mbok ya agak grapyak atau supel gitu loh."
Kira-kira begitulah kata-kata mereka. Ada banyak orang yang berkata hal yang sama ketika bertemu denganku.
Mereka bilang, aku pendiam, sulit terbuka. Mungkin...hanya segelintir orang yang berpendapat aku cerewet dan tak sediam itu. Dan itu hanya dirasakan oleh mereka yang dekat.
Sejatinya, tiap orang punya cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Seperti yang dulu saya pelajari di masa kuliah, output komunikasi bisa beraneka ragam; mulai dari iklan, film, buku, komik, dan juga tulisan.
Lewat guratan kata, aku menemukan dunia dan mengungkapkan rasa. Perasaan marah, kecewa, sedih, duka hingga bahagia dan cinta, bisa lebih mudah aku ungkapkan lewat kata-kata daripada berbicara.
Aku bisa mendeskripsikan perasaan dan sekaligus mengingat lagi peristiwa itu, siapa yang berada di sana, apakah keputusanku benar atau salah? Apakah aku terlalu impulsif, apakah kata-kataku terlalu jahat?Â
Refleksi yang tertuang dalam 'tinta' seakan menjadi pengingat bagiku untuk lebih banyak introspeksi diri dan belajar membaca situasi.
Sayangnya, mungkin orang di zaman ini sudah tak terbiasa dengan tulisan.Â
Reels bertebaran di Instagram dan Tiktok, membuat attention span kita memendek dan tak betah membaca tulisan yang panjang lebar seperti koran atau novel.
Namun apapun caramu berkomunikasi, biarlah itu menjadi gambaran identitas dirimu yang sesungguhnya.Â