Kalimat ini seringkali saya dengar sejak saya kecil, namun baru di usia menjelang 30 tahun ini, saya bisa memaknainya dengan lebih lapang dada.
Jika ada yang bertanya mengapa, maka jawaban saya adalah sederhana.
Ada rentetan peristiwa dalam hidup yang membuat saya berpikir bahwa saya lelah menghakimi diri saya sendiri.
Saya kemudian belajar untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki.
Jujur, menerima kelebihan baik diri sendiri maupun orang lain adalah perkara yang mudah.
Namun berbeda dengan yang namanya menerima kekurangan.
Kekurangan bisa menjadi momok, membuat kita tak percaya diri dan bahkan marah karena merasa itu seharusnya tak pernah ada.
Namun, kita semua sebagai manusia adalah suatu kesatuan, dari kelebihan maupun kekurangan yang kita miliki.
Bagaimana cara saya menerima kekurangan dalam diri?
Pertama, cobalah untuk mendaftar kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.
Buatlah tabel, tulislah secara jujur.