Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Suzzanna: Malam Jumat Kliwon, Kisah Horor Romantis yang Berakhir Tragis

15 Agustus 2023   11:17 Diperbarui: 15 Agustus 2023   19:31 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suzzanna saat sudah menjadi sundel bolong (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)

Sosok Suzzanna, sang ratu horor kembali dihidupkan lewat film terbaru yang dibintangi Luna Maya yakni Suzzanna: Malam Jumat Kliwon.

Film ini berkisah tentang Suzzanna, sang kembang desa yang tengah jatuh hati dengan kekasihnya, Surya (Achmad Megantara).

Dimabuk asmara, keduanya berencana segera menikah.

Suzzanna dan Surya (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)
Suzzanna dan Surya (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)

Namun sayangnya, rencana mereka gagal lantaran Suzzanna dipaksa menikahi Raden Aryo (Tio Pakusadewo) usai sang ayah gagal melunasi utang-utangnya.

Raden Aryo menginginkan seorang pewaris karena tak memiliki anak dari istri pertamanya, Minati.

Suzzanna dinikahi Raden Aryo (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)
Suzzanna dinikahi Raden Aryo (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)

Sayangnya, hal ini membuat Minati cemburu buta.

Ia tak sanggup melihat suaminya setiap malam menghabiskan waktu dengan Suzzanna demi memiliki momongan.

Untuk itulah, Minati melakukan santet banaspati kepada Suzzanna yang tengah hamil anak pertama.

Santet itu menghabisi nyawa Suzzanna sehingga anak yang dikandungnya lahir dari punggungnya.

Tak rela Suzzanna mati, Surya yang patah hati melakukan perjanjian dengan iblis dan membangkitkan Suzzanna menjadi sundel bolong untuk hidup bersama kekasihnya.

Suzzanna pun menghabisi nyawa setiap keluarga Raden Aryo demi menyelamatkan anak perempuannya.

Suzzanna disantet saat melahirkan di malam Jumat Kliwon (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)
Suzzanna disantet saat melahirkan di malam Jumat Kliwon (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)

Di akhir cerita, Surya tak tega jika Suzzanna harus mengambil nyawa anaknya demi bersama dengannya selamanya.

Ia pun harus membunuh sang kekasih hati dan merelakannya untuk kedua kalinya.

Film Suzzanna: Malam Jumat Kliwon ini memiliki plot yang cukup berbeda dengan pendahulunya.

Jika kini film ini mengambil sudut pandang dari sosok Suzzanna, sang sundel bolong, maka film tahun 1986 diambil dari sudut pandang anak sang sundel bolong.

Dari segi visual effects, Suzzanna: Malam Jumat Kliwon menghadirkan efek yang mistis sekaligus mahal.

Mulai dari lubang di tubuh Suzzanna sampai adegan sadis pembunuhan dukun dan Minati yang tampak nyata.

Sinematografinya pun digarap dengan begitu apik, mulai dari pengambilan gambar ketika Surya dan Suzzanna asyik berjalan berduaan di desa sampai adegan Surya yang bertanding gulat lumpur.

Pun dengan make up yang dikenakan Luna Maya serta aktingnya yang nampak apik, membuat saya sempat lupa karena kemiripan sang aktris dengan Suzzanna.

Luna Maya mampu memerankan Suzzanna sebagai wanita yang awalnya rapuh dan lemah sebelum berubah menjadi hantu pembunuh yang kejam.

Suzzanna saat sudah menjadi sundel bolong (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)
Suzzanna saat sudah menjadi sundel bolong (Sumber: Soraya Intercine Films/IMDB)

Chemistry Achmad Megantara dan Luna Maya juga terbangun apik dan penuh haru, terlepas dari jarak usia mereka yang terpaut 13 tahun.

Lewat sorot mata, keduanya menampakkan perasaan cinta yang begitu mendalam namun tak bisa bersatu sehingga keduanya begitu menderita.

Adegan-adegan lucu juga menambah keceriaan dalam film horor romantis ini.

Mulai dari kelakuan tukang bakso yang didatangi Suzzanna sampai dua satpam kocak yang diperankan Opie Kumis serta Adi Bing Slamet, mengubah nuansa horor menjadi komedi yang ringan dan renyah.

Sayangnya, kendala bahasa membuat film ini nampak kurang realistis.

Pasalnya, meskipun settingnya berada di Malang, Jawa Timur, para pemeran menggunakan bahasa campur aduk.

Sebut saja bahasa Indonesia, bahasa Jawa hingga bahasa Betawi.

Percampuran bahasa itu justru membuat film nampak kurang realistis dan kurang pas, terutama untuk saya yang mengerti bahasa Jawa namun dicampuradukkan dengan bahasa Indonesia formal.

Saya juga mengakui cukup bingung ketika ada selipan penggunaaan bahasa Betawi oleh karakter yang diperankan Adi Bing Slamet dan Opie Kumis.

Opie Kumis dan Adi Bing Slamet (Sumber: Soraya Intercine Films)
Opie Kumis dan Adi Bing Slamet (Sumber: Soraya Intercine Films)

Dari segi pesan dalam cerita, film ini mengajarkan banyak hal.

Mulai dari merelakan orang yang kita sayangi hingga membuat keputusan yang sulit.

Surya yang sangat mencintai Suzzanna, awalnya tak mau merelakan kepergiannya yang begitu mendadak karena disantet.

Namun pada akhirnya, ia mau merelakan Suzzanna lantaran memilih untuk melindungi putri sang kekasih dan membesarkannya seperti anak sendiri.

Dari sosok Raden Aryo, kita juga bisa melihat betapa serakahnya ia mengambil Suzzanna, seorang perempuan muda untuk memuaskan nafsunya.

Dalam satu adegan, ia juga nampak menyalahkan Minati lantaran istri pertamanya itu tak bisa memberikan keturunan hingga ia menikah lagi dengan Suzzanna.

Karakter Raden Aryo juga didukung akting ciamik dari Tio Pakusadewo yang begitu kejam hingga nyaris membunuh Surya, namun kemudian begitu ketakutan saat hendak dibunuh Suzzanna.

Raden Aryo (Soraya Intercine Films/IMDB)
Raden Aryo (Soraya Intercine Films/IMDB)

Dalam film ini, perempuan awalnya digambarkan sebagai sosok yang lemah, tidak punya pilihan dan tak bisa melakukan apa-apa.

Suzzanna, awalnya hanya pasrah dan tak bisa menolak sehingga harus berkorban demi keselamatan keluarganya yang kemudian bahkan tak peduli ketika ia meninggal dunia.

Belum lagi, ia pun sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan dari Surya, mantan kekasihnya.

Surya sempat melihat Suzzanna dari sudut pandang negatif lantaran sang kekasih mau-mau saja dipersunting Raden Aryo.

Namun semua itu menjadi berbalik lantaran Suzzanna, seperti halnya sosok superhero dalam film Hollywood, rela melakukan apa saja demi sang anak.

Meskipun ia berubah jadi sundel bolong, Suzzanna menampakkan kasih sayang yang luar biasa sebagai seorang ibu.

Ia pun memberikan pelajaran kepada orang-orang yang menyakitinya dengan caranya sendiri.

Bagi saya, Suzzanna dalam film ini bukanlah simbol kengerian.

Ia adalah simbol seorang perempuan yang tersakiti karena perilaku tak adil.

Ia juga merupakan simbol seorang ibu yang rela berkorban dan mempertaruhkan nyawanya demi sang anak dengan segenap kekuatannya.

Berkat Suzzannalah, sang anak akhirnya bisa tumbuh normal dan bahagia dalam perlindungan Surya, jauh dari tangan jahat Minati.

(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun