Film Barbie yang disutradarai oleh Greta Gerwig akhirnya resmi tayang di seluruh bioskop di dunia pada 19 Juli 2023 lalu.
Tak seperti trailernya yang serba berwarna, Barbie menawarkan pesan moral yang mendalam dan cukup berat untuk dibahas yakni patriarki, kesetaraan gender dan juga standar ganda untuk para wanita dalam masyarakat.
Dalam Barbie, dikisahkan dunia Barbie dihuni oleh para wanita mandiri yang punya beragam profesi seperti Presiden hingga fisikawan.
Sementara itu, kebalikan dari dunia nyata, Ken hanyalah Ken.
Fungsi Ken hanya melengkapi Barbie sebagai pasangannya, namun para Ken yang terdiri dari beragam etnis itu tak memiliki peran lain.
Ken yang frustasi akhirnya merasa tak terima diperlakukan hanya sebagai pelengkap Barbie.
Ketika ia berkunjung ke dunia manusia, Ken melihat bahwa dirinya begitu dihormati sebagai laki-laki sehingga ia pun membawa konsep patriarki ke dunia Barbie.
Akibatnya, para Barbie dijadikan pelayan Ken seperti dijadikan penghibur dan juga mengambilkan minuman untuk melayani para pria.
Penggambaran Ken ini merupakan cara cerdas Greta Gerwig menunjukkan kepada dunia tentang bagaimana representasi wanita dalam dunia nyata.
Ken digambarkan harus tampil macho, keren, namun hanya sebagai pendamping Barbie, sama seperti halnya bagaimana dunia memandang wanita hanya sebagai pendamping pria.
Bahkan, masih ada kata-kata yang sering kita dengar yakni:Â "Jadi wanita nggak usah sukses atau mandiri amat, nanti dijauhi cowok."
Wanita juga kerap dituntut segera menikah, seakan satu-satunya prestasi yang wajib diraih adalah pernikahan dan menjadi istri sekaligus ibu, tanpa memandang pencapaian-pencapaiannya dalam berbagai hal lain termasuk studi maupun karir.
Dalam film ini, Greta Gerwig ingin mengkritik pandangan sosial dalam masyarakat bahwa semua jenis kelamin sebenarnya harus memiliki keseteraan dalam peran mereka masing-masing.
Untuk itulah, ia memberikan solusi cerdas di akhir film, yakni Ken pun bisa memiliki peran penting dalam dunia Barbie sehingga terbentuklah kesetaraan gender.
Film ini juga mengkritik banyaknya peran wanita dalam kehidupan nyata melalui monolog America Ferrera.
Dalam monolog berikut ini, Greta Gerwig ingin menyadarkan dunia tentang peran wanita yang begitu sulit di dunia, bagaimana dunia menuntut wanita untuk menjadi sosok yang sempurna, baik sebagai wanita karir, ibu maupun istri, dari segi penampilan ataupun mental.
Wanita dituntut untuk menjadi kurus, tapi jangan terlalu kurus, harus menjadi cantik untuk pria namun tak boleh terlalu cantik sehingga 'mengancam' keberadaan wanita lain, harus menjadi ibu namun tak boleh terlalu banyak mengeluh, harus menjadi wanita karir namun juga mengurus orang lain.
"It is literally impossible to be a woman. You are so beautiful, and so smart, and it kills me that you don't think you're good enough. Like, we have to always be extraordinary, but somehow we're always doing it wrong."
"You have to be thin, but not too thin. And you can never say you want to be thin. You have to say you want to be healthy, but also you have to be thin. You have to have money, but you can't ask for money because that's crass. You have to be a boss, but you can't be mean. You have to lead, but you can't squash other people's ideas. You're supposed to love being a mother, but don't talk about your kids all the damn time. You have to be a career woman but also always be looking out for other people."
"You have to answer for men's bad behavior, which is insane, but if you point that out, you're accused of complaining. You're supposed to stay pretty for men, but not so pretty that you tempt them too much or that you threaten other women because you're supposed to be a part of the sisterhood."
"But always stand out and always be grateful. But never forget that the system is rigged. So find a way to acknowledge that but also always be grateful."
"You have to never get old, never be rude, never show off, never be selfish, never fall down, never fail, never show fear, never get out of line. It's too hard! It's too contradictory and nobody gives you a medal or says thank you! And it turns out in fact that not only are you doing everything wrong, but also everything is your fault."
"I'm just so tired of watching myself and every single other woman tie herself into knots so that people will like us. And if all of that is also true for a doll just representing women, then I don't even know."
Standar ganda tentang kehidupan wanita ini dikemas dengan sangat apik sehingga membuat saya terharu saat menonton film ini.
Saya akui tak banyak film yang seberani Barbie dalam mengemas kritik sosial terhadap pandangan masyarakat.Â
Semoga lewat film ini, kita bisa belajar bersama tentang arti kesetaraan gender dan mengubah pandangan kita tentang peran wanita yang masih sering dibebani standar tertentu sampai sering disalahartikan dalam masyarakat.
(Cyn)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI