Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kala Dinas Sendirian ke Kota Malang (2)

5 Februari 2020   20:00 Diperbarui: 6 Februari 2020   08:28 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinas di Malang (Dokumentasi pribadi)

Sesampainya di alun-alun, panas pun mulai menerpa. Wusshhh, angin panas kota Malang begitu terasa sehingga kami mulai berjalan ke venue. Aku dan teman sekamarku pun berjalan bareng dan kami mulai memikirkan venue kuliner tradisional mana yang akan kami kunjungi. 

Usai pembukaan selesai, kami berjalan ke zona manis. Di sana, kami mencoba beberapa kuliner tradisional yang dioleh jadi modern. Mulai dari surabi sampai gethuk. Satu per satu pemilik pun mulai kami wawancara. 

"Dapat ide dari mana Mbak? Lalu satunya dijual berapa? Ada rencanakah untuk membuka cabang di luar Malang?" Begitu kira-kira pertanyaan wajib yang aku lontarkan. 

Tak lupa, semua wawancara itu langsung aku rekam sembari memotret makanan yang dipajang. Duh sayangnya, aku tak dibekali kamera DLSR dan tak punya basic foto yang bagus sehingga fotoku pun seadanya.

"Sebelumnya di: Kala Dinas Sendirian ke Kota Malang (I)"

Usai pergi ke zona manis, kami mulai kepanasan dan masuk ke media centre. Yes! Enaknya emang begini! Saat ada acara, pasti akan ada media center khusus untuk duduk dan ngadem. Pukul 14.00 WIB, kami pun kembali keluar untuk menyaksikan pembagian 10 ribu bakso bakar gratis. 

Kami pun ikut antri dan menyantap 2 tusuk bakso bakar super enak yang emang lain dari yang lain. Setelah itu, aku berinisiatif mewawancarai tukang bakar baksonya. Untunglah, nilai berita di event pembagian bakso ini cukup kuat sehingga aku bisa mengambil angle yang menarik pembaca.

Bakso bakar gratis (Dokumentasi pribadi)
Bakso bakar gratis (Dokumentasi pribadi)
Kenyang dan ngantuk serta kepanasan, kami pun izin pulang. Aku langsung menuliskan berita sembari beristirahat di kamar hotel. Malamnya, kami pun kembali ke festival. 

Waduh, ruamenya minta ampun! Festival itu dipenuhi ratusan pengunjung dari berbagai daerah. Kami pun sempat makan rawon khas Jawa Timur serta meliput lomba makan mie pedas sebelum akhirnya menyerah dan kembali ke hotel.

Malam-malam pergi ke festival kuliner demi liputan (Dokumentasi pribadi)
Malam-malam pergi ke festival kuliner demi liputan (Dokumentasi pribadi)
Aku masih ingat, saat malam kedua itu, temanku tertidur karena lelah. Sementara aku kembali membuka laptop sembari mendengarkan rekaman sampai pukul 01.00 dini hari. "Sudah cukup nih bahannya," pikirku. 

Dalam 1 hari, aku senang sudah bisa membuat banyak berita dari berbagai angle yang menarik, berdasarkan hasil wawancara dan rilis berita.

Hari ketiga pun tiba dan kali ini, kami tidak terlalu banyak meliput. Kami hanya mencicipi beberapa makanan lalu melengkapi informasi dalam berita yang masih kurang sebelum kembali ke hotel. 

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)
Sayangnya, saat sore, teman sekamarku kehilangan anggota keluarganya sehingga ia langsung pulang. Aku pun kembali sendirian dan tidak berniat datang lagi ke festival. Selama sore di hari Minggu, aku mengerjakan berita dan memesan makanan via ojek online lalu berberes.

Hari keempat adalah hari yang cukup melelahkan bagiku. Pasalnya, aku sendiri ingin ikut pesawat ke Jakarta sebelum naik pesawat lagi ke Solo. Aku pun ikut rombongan media ke Bandara Abdul Rachman Saleh. 

Aku ingat, saat menunggu, aku bertemu dengan Chef Aiko yang sering aku lihat di televisi. Tak lama menunggu, aku dan semua awak media naik ke pesawat lalu sampai di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng sekitar pukul 14.00 siang. 

Jujur, itu adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di bandara itu. Besar, megah dan luas seperti mal, bandara ini jauh mengalahkan bandara lokal di Solo. Aku pun berpisah dengan para awak media yang memang tinggal di Jakarta. Berbekal kepercayaan diri (plus kekhawatiran orang tua hehe), aku langsung bertanya kepada petugas di mana terminal 1A. 

Usai bertanya, aku pun mendorong troliku sendirian dan pergi ke terminal itu. Selama perjalanan, aku melihat betapa sibuknya CGK. Orang lalu lalang sana sini, semua brand makanan ada di sana. Aku segera menuju ke salah satu gerai fastfood dan bersantap. 

"Duh, masih lama," pikirku. Setelah makan dan pergi ke toilet, aku segera menuju ke terminal 1A dan masuk. Nah, seharusnya, jadwal pesawatku selanjutnya adalah sekita pukul 4 sore. 

Namun karena delay, aku pun harus menunggu cukup lama. Alhasil, baru pukul 17.45 WIB, aku berangkat meninggalkan Jakarta. Waduh..maunya pengen cepet tapi akunya yang ribet. 

Aku jujur agak menyesali keputusan itu. Seandainya saja aku lebih memilik kereta api, aku pasti sudah tidur enak dan sampai ke Solo lebih cepat. Terlanjur, aku pun sampai ke Solo pada malam hari dan langsung dijemput ayahku. Wuidih, capeknya bukan main....

Meskipun capek dan pegal everywhere, namun perjalanan dinas ke Malang ini sungguh membuatku bahagia. Aku bisa bertemu orang baru, punya teman dari berbagai media sekaligus mendapatkan pengalaman yang tak bisa dibeli dengan uang. 

Perjuangan dinas ke kota orang sendirian menjadikanku semakin kuat dan berpengalaman saat pergi dalam dinas-dinas selanjutnya. Nantikan kisah perjalanan dinasku ke Jakarta, Singapura dan Malaysia selanjutnya ya... Terima kasih. (Cyn)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun