*Spoiler Alert
Memasuki musim panas tahun ini, film-film andalan Hollywood mulai bermunculan di layar lebar Indonesia. Wonder Woman menjadi salah satunya. Film petualangan superhero wanita ini berkisah tentang Diana, seorang putri dari pulau rahasia bernama Themyscira yang berusaha menghentikan perang besar di dunia. Momentum kemunculan superhero wanita ini disambut gembira oleh kaum hawa karena ia menjadi representasi sosok wanita yang hebat, mandiri dan sanggup melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang dicintainya.
Dan memang seperti itulah sosok Diana. Ia tak ragu membela kebenaran ataupun berkorban demi manusia. Apa yang diharapkan kaum hawa akan film ini benar-benar terbayar oleh sosok Diana. Ia memang seorang wanita, namun ia tak bergantung pada kekuatan pria. Ia teguh, namun tetap lembut, berempati dan memiliki sifat keibuan ketika ia dihadapkan dengan wanita dan anak-anak yang menjadi korban perang. Ia tidak ragu ketika harus melawan tradisi dengan baju perang dan keahlian bertarungnya.
Kehadiran dan karakter Diana menjadi simbol feminisme yang kuat seiring dengan perjalanan kisahnya. Ia sempat menentang ketidaksetaraan gender di dalam rapat besar militer Inggris yang tidak memperbolehkan seorang wanita masuk dan bergabung dalam rapat. Ia menentang para elit militer Inggris yang duduk rapat dan berdiam di dalam ruangan, sementara ratusan ribu nyawa prajurit melayang di luar sana. Baginya, seorang pemimpin harus ikut bertarung di peperangan, bukan lari dan sembunyi di balik dinding-dinding bangunan.
Namun seperti halnya manusia lain, Diana juga membuat kesalahan. ia berpikir bahwa semuanya akan usai ketika ia berhasil membunuh sang inisiator perang. Ia salah. Mereka tetap melanjutkan aksi mereka untuk membunuh banyak orang yang tidak berdosa. Ya, manusia memang egois dan serakah. Itulah salah satu pesan yang diungkapkan secara gamblang dalam film ini. Betapa keserakahan itu membuat manusia membunuh dan menghancurkan dirinya sendiri secara perlahan-lahan. Sebuah potret dunia yang tak terbantahkan.
Apabila menilik dari alur kisahnya, boleh dibilang bahwa bagian awal film ini sebenarnya cukup dingin dinikmati. Masa kecil Diana dan tentang asal usul perang di dunia disajikan melalui prolog yang cukup membosankan. Dialog yang diungkapkan di atas kapal antara Diana dan sang pilot tampan, Steve Trevor pun terasa begitu hambar dan datar. Kesan ini terus berlanjut hingga ke bagian tengah cerita. Dalam bagian ini, Diana mulai menunjukkan emosi dan keteguhan prinsipnya dalam melindungi rakyat.
Aksi Diana mulai tampak satu per satu. Ketegangan penonton digiring perlahan dari awal yang dingin menuju bagian tengah cerita yang mulai memanas. Hampir tiga perempat film berlalu sebelum akhirnya penonton harus menyaksikan kepahitan Diana. Ya, terlalu pahit karena sebagian penonton bahkan mungkin tak menebaknya.
Penonton kemudian diajak untuk menahan napas dalam pertarungan akhir Diana. Musuh Diana yang begitu sulit ditaklukkan ternyata berhubungan dengan masa lalunya. Bagian ini memang pada awalnya nampak datar, namun ketegangan mulai dibangun perlahan sampai klimaks. Diana mulai bangkit setelah pengorbanan yang ia saksikan dan memperoleh kekuatan yang begitu besar. Menegangkan dan menakjubkan.
Wonder Woman berhasil menuntun penonton, tak hanya melalui alur cerita namun melalui pesan yang disampaikannya. Mendekati akhir, jalinan kisahnya dibangun semakin kuat  dan menakjubkan. Namun pesan-pesannya tetap terngiang. Pesan bahwa wanita adalah sosok yang kuat, hebat dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahwa seorang pemimpin harus ikut berjuang, bahwa manusia seringkali serakah dan egois sehingga menghancurkan dirinya sendiri. Pesan bahwa cinta adalah jawaban atas semua konflik dan keinginan diri. Semua itu diracik dan disajikan menjadi satu dalam film ini. Semoga setelah Wonder Woman, kita bisa menikmati kembali kisah-kisah heroik yang mampu memberikan porsi lebih kepada wanita sekaligus menyertakan pesan-pesan tentang feminisme, keserakahan dan pengorbanan (cyn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H