Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

A Short Trip to Bali: The Center-North Region of Bali

12 April 2016   10:34 Diperbarui: 29 Agustus 2016   09:38 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa kagetnya kami lantaran selesai berfoto, keduanya ingin ikut bersama kami untuk menginap di Kuta karena kami terlanjur bercerita bahwa kami menginap di Kuta dan naik motor ke Ulun Danu Beratan. Kami sempat mengobrol sebentar tentang persiapan hari Nyepi sebelum akhirnya kami pamit pulang karena langit mulai menggelap dan gerimis mulai turun. Kami beralasan bahwa kami harus segera turun ke Kuta dan pulang. Untungnya, para bule itu mengerti dan tidak jadi ikut pulang bersama kami.

Menikmati santapan khas Bali di tengah hujan 

[caption caption="Nasi Campur Ayam Betutu khas Bali, murah meriah (Sumber: dokumentasi pribadi)"]

[/caption]Mendung masih menggantung tatkala kami berkendara menuruni jalan berkelok untuk kembali ke Sunset Road. Rasa cemas dan resah menghampiri kami karena kami sadar bahwa hujan akan segera turun, sementara perjalanan kami masih jauh dan kami tidak membawa jas hujan. Ditambah lagi, perut meminta untuk segera diisi. Didorong insting dan rasa lapar, kami pun akhirnya menepi dan berhenti di sebuah rumah makan bernama Warung Nyoman.

Desain interior rumah makan ini begitu sederhana namun cukup unik karena kursi dan mejanya terbuat dari kayu utuh. Sebentar kami masuk ke warung ini, hujan deras turun disertai angin kencang. Kami pun segera membuka menu dan memesan nasi campur ayam betutu seharga Rp 20.000,00 saja. Tentu kami sedikit kaget dengan harga yang kami temukan. Baru kali ini kami menemukan rumah makan yang menyajikan makanan khas Bali dengan harga semurah ini.

Tak berapa lama, nasi campur kami pun datang. Ya, di dalam santapan kami ini terdapat nasi putih, suwiran ayam betutu, kacang goreng, sayur dan jerohan ayam yang digoreng serta kuah. Satu lagi yang spesial adalah sajian sambal matah khas Bali yang dibuat dari bawang merah dan cabai dengan sedikit minyak dan perasan jeruk nipis. Kami pun segera menyantap hidangan nasi campur ayam betutu ini.

Rasanya sungguh campur aduk. Gurih dan pedasnya ayam betutu bercampur menjadi satu dengan renyahnya kacang dan hangatnya nasi. Belum lagi hangatnya kuah serta rasa sayur daun singkong yang begitu gurih namun tetap terasa segar, menjadi pelengkap sempurna santapan kami kali ini. Tak menunggu lama, nasi campur kami pun habis dan kami menutup hidangan dengan segelas teh manis panas. Benar-benar pas rasanya hidangan dan minuman kami kali ini di tengah hujan deras yang begitu dingin.

Nasi Tempong dan Cita Rasa Italia di Pulau Dewata

Seusai menyantap nasi campur ayam betutu, kami pun segera kembali ke Sunset Garden untuk beristirahat dan mandi. Sayangnya, perjalanan kami tak semulus yang kami bayangkan. Hujan deras memaksa kami berempat yang tak modal jas hujan untuk berhenti dua kali di depan toko-toko kecil, untuk membeli jas hujan plastik seharga Rp 10.000,00. Di perhentian pertama kami hanya mendapatkan dua jas hujan. Ketika hujan mulai deras kembali, kami lalu berhenti lagi di sebuah minimarket sebelum akhirnya kami bisa pulang dengan selamat karena hujan sudah berhenti.

Tak terasa malam pun tiba. Kami segera beranjak dan menuju ke warung nasi tempong. Apabila Anda mencari warung makan dengan harga bersahabat, tidak ada salahnya untuk singgah di warung makan ini. Terdapat beberapa jenis nasi tempong yang ditawarkan di sini. Yang termurah adalah nasi tempong tempe penyet yang dibanderol dengan harga Rp 15.000,00 per porsinya. Nasi tempong ini terdiri atas nasi putih, sayuran berupa labu, bayam dan kacang panjangrebus, ikan asin dan tempe penyet serta dilengkapi dengan sambal bawang. Lain lauknya lain pula harganya. Nasi tempong ayam, nasi tempong rempela ati dan nasi tempong babat dibanderol dengan harga Rp 25.000,00.

Perut kenyang setelah diisi namun kami masih penasaran dengan pawai Ogoh-Ogoh yang akan dilaksanakan malam ini juga.Kami pun kembali melaju dan memutuskan untuk berkeliling Kuta. Benar saja sesampainya kami di Grandma’s Hotel di jalan Sriwijaya No. 368, Legian, kami menemukan wisatawan-wisatawan yang berjalan kaki sambil membawa senter dan mengenakan bando telinga kucing dengan lampu berwarna warni.

Tepat di bawah Grandma’s Hotel itulah kami menemukan sebuah restoran yang begitu ramai. Uniknya, semua pengunjung restoran bernama Bella Italia tersebut merupakan orang asing alias bule. Karena jalan semakin ramai dipadati wisatawan, kami pun memutuskan untuk berhenti dan mencoba kuliner yang tersaji di Bella Italia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun