Sekolah adalah istana dan guru sebagai  juru pelaksana pendidikan. Guru, kurikulum, dan siswa merupakan titik utama sekolah. Sekolah diartikan "rumah" untuk mengembangkan dan mencari ilmu. Ilmu didapatkan dari alam dan makhluk, tidak bulat dari sekolah. Namun, apakah benar siswa menjadikan sekolah adalah "rumah" ?
Rumah dalam harfiah /n/ bangunan untuk tempat tinggal. Sekolah sebagai "rumah" karena siswa cukup lama menghabiskan waktunya di sekolah dari pagi hingga siang bahkan, sore jika mengikuti ekstrakurikuler. Â
Beberapa siswa yang aktif  ekstrakurikuler memiliki waktu yang lama di sekolah dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti  ekstrakurikuler.Â
Ekstrakurikuler membantu mengekspresikan minat dan bakat siswa. Setiap anak memiliki karakter dan sifat yang unik. Anak yang memiliki sifat introvert atau ekstrovert adalah pribadi yang unik, sebagai guru harus menyesuaikan dan menempatkan diri dengan mereka yang beragama.Â
Anak introvert di kelas cenderung diam, mengamati, merasa, malu, dan tidak terlalu banyak bicara. Gologan anak introvert sering dianggap apatis, saya rasa mereka orang yang peduli dan rela berkorban.Â
Suatu kasus di salah satu sekolah SD yang saya jumpai ada salah satu kasus dari sekian banyaknya kasus trauma anak di sekolah. Dia anak yang introvert, ketika bercakap dia malu menatap mata orang namun tatapannya indah mengamati jiwa lawan tuturnya.
Di kelas ia anak yang pemalu dan tidak terlalu menyukai bercakap dengan orang. Suatu hari ia lupa mengerjakan tugas, wali kelasnya membentak dan berkata " kalo kamu tidak mengerjakan tugas kamu tidak naik kelas". COME ON! ini bukan jamannya lagi perbudakan tugas! anak tidak perlu dipermalukan di depan kelas seperti itu.Â
Kesalahan sekali bukan bukti anak lemah (malas atau tidak mampu) setelah kejadian itu, anak tersebut cukup berubah dari hari ke hari. Ia menutup diri menjadi takut jika berada di dalam kelas dan takut bertemu gurunya.Â
Dari kasus ini saya tidak menyalahkan atau menyudutkan tetapi, ini bisa menjadi pelajaean bagi siapa pun. Jiwa anak dibentuk oleh Tuhan dan tugas kita sebagai orang tua atau dewasa membimbing mereka BUKAN untuk menjadi sempurna atau sesuai kehendak kita, biarlah mereka menyusuri dunia dengan jiwa yang bebas.Â
Pernahkan kalian berpikir apa yang mereka pertanyakan kepada diri mereka "kenapa aku pendiam banget atau perasa?". Mental anak sangat penting dijaga, karena pada saat itulah mereka memulai pencariaan jati dirinya.Â
Kita tidak perlu menghilangkan sifat introvert nya, tetapi membantu mengembangkannya. "Saya berharap, dan juga semua orang, menjadi sangat bahagia; tetapi seperti orang lain, itu harus dengan cara saya sendiri." - Jane Austen.Â
Proses belajar tidak ada kata SALAH atau BENAR bagi saya. Kata berkembang dan tumbuh adalah kata yang tepat untuk menggambarkan proses belajar.Â
Proses belajar tidak semata-mata tentang pengetahuan dan keterampilan saja yang utama. Saya rasa dewasa ini, banyak sekali perkembangan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang jauh lebih pintar dari orang orang dewasa maupun gurunya.Â
Hal yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar adalah mental dan sopan santun. Mental anak sekarang "storberry/tempe" mudah rapuh atau hancur menurut saya, hal itu memang sejalan dengan generasi saat ini (generasi 4,0).Â
Mental yang perlu dikembangkan dan ditumbuhkan adalah sifat pantang menyerah, menyalahkan orang lain/diri sendiri, dan lain-lain. Idiom "Usaha tidak mengkhianati hasil" bagi saya itu doktrin yang kurang tepat, kita sebagai manusia harus selalu berusaha tetapi apakah hasilnya sesuai dengan usaha kita? saya rasa tidak. Hasil tidak mutlak ditentukan oleh usaha kita sendiri ada campur tangan Tuhan di dalamnya.Â
Saya rasa itu menjadi salah satu anak merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Â Sopan santun yang terkikis menghormati orang tua dan berbicara sopan (pemilihan kosa kata).Â
Kami semua selalu belajar sampai  nama kita dipanggil. Jangan saling merendahkan atau menyepelekan siapa pun, terutama anak. Jiwa anak akan selalu terbentuk, setiap umur memiliki kesan dan pesan yang disimpan dirinya yang menjadi bekal  membentuk pribadinya. SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H