Abstrak
   Artikel ini bertujuan untuk menganalisis mengenai kasus turunnya tingkat literasi para pelajar di sekolah Indonesia. Dalam lingkup ini, peneliti fokus kepada sifat dan karakter para pelajar. Metode penelitian yang digunakan melibatkan para pelajar, guru, orangtua, masyarakat dan lembaga pemerintah yang berwenang.
Faktor Penyebab Turunnya Minat Literasi
Turunnya minat literasi di kalangan pelajar Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Berikut beberapa faktor utamanya:Â Â
1. Distraksi dari hiburan digital
  Game online, video streaming, dan aplikasi hiburan lainnya membuat waktu pelajar tersita untuk aktivitas non-literasi. Â
2. Kurangnya akses ke sumber bacaan berkualitas
  Di beberapa daerah, fasilitas perpustakaan atau toko buku masih minim. Selain itu, harga buku yang mahal menjadi kendala bagi banyak keluarga. Â
3. Metode pembelajaran yang tidak menarik.
  Pendekatan pembelajaran di sekolah yang kurang inovatif sering membuat siswa merasa membaca adalah beban, bukan kegiatan menyenangkan. Â
4. Tekanan akademik
  Fokus pada ujian dan nilai membuat siswa lebih memilih belajar untuk materi pelajaran dibandingkan membaca untuk menambah wawasan secara umum. Â
5. Minimnya peran orang tua.
  Banyak orang tua kurang mendukung pengembangan literasi anak karena kurangnya kesadaran akan pentingnya membaca. Â
6. Budaya membaca yang belum mengakar.
  Tradisi membaca belum menjadi kebiasaan utama di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagian besar keluarga lebih mengutamakan hiburan lain daripada membangun budaya literasi. Â
7. Pengaruh teknologi dan media sosial.
  Kehadiran gadget dan media sosial sering kali membuat pelajar lebih tertarik pada konten visual atau hiburan instan dibandingkan membaca buku atau literatur mendalam. Â
Upaya Mengatasi Turunnya Minat Literasi
  Upaya mengatasi masalah ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung minat literasi.
1. Meningkatkan akses terhadap bahan bacaan berkualitas
  Memperluas ketersediaan perpustakaan umum, perpustakaan keliling, serta menyediakan buku-buku dengan harga terjangkau di berbagai daerah, termasuk daerah terpencil. Â
2. Mengintegrasikan literasi dalam kegiatan belajar mengajar
  Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik, seperti diskusi buku, lomba membaca, atau proyek literasi berbasis kreativitas. Â
3. Mendorong keterlibatan keluarga
  Orang tua dapat membiasakan anak untuk membaca sejak dini dengan menyediakan bahan bacaan di rumah, membacakan cerita, atau menjadi contoh dengan ikut membaca. Â
4. Memanfaatkan teknologi untuk literasi.
  Aplikasi membaca digital atau e-book dapat menjadi solusi untuk meningkatkan minat baca, terutama di kalangan generasi muda yang akrab dengan gadget. Â
5. Membangun budaya literasi di masyarakat.
  Mengadakan kegiatan seperti festival buku, bedah buku, atau klub membaca di lingkungan masyarakat untuk mendorong kebiasaan membaca bersama. Â
6. Menghadirkan konten bacaan yang relevan.
  Buku dan materi bacaan perlu disesuaikan dengan minat anak muda, seperti cerita inspiratif, novel remaja, atau buku interaktif dengan ilustrasi menarik. Â
7. Mengurangi tekanan akademik.
  Kurikulum dapat menyeimbangkan antara pembelajaran berbasis nilai akademik dengan pengembangan keterampilan literasi, sehingga membaca tidak hanya dianggap sebagai tugas sekolah. Â
8. Pemberian penghargaan untuk prestasi literasi.
  Memberikan apresiasi kepada siswa, guru, atau komunitas yang berkontribusi dalam memajukan literasi, seperti lomba menulis atau membaca puisi. Â
              Kesimpulan
Langkah-langkah ini membutuhkan kolaborasi yang solid antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah agar minat literasi pelajar dapat meningkat secara berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI