Mohon tunggu...
Adham Dg Remba
Adham Dg Remba Mohon Tunggu... profesional -

Sering terjebak dan terjerembab dalam pusaran Ketidakmengertian...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terimakasih Daeng Ben B Nur

4 Mei 2014   23:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berselancar di dunia maya sembari memanfaatkan waktu senggang disela-sela rutinitas "ROBOTIK" project yang cenderung ber-pakem sama setiap waktu menjadi hal yang sangat menyenangkan meskipun dengan sekedar menjenguk, mengintip status, atau bahkan nambah-nambahin comment di wall sahabat-sahabat maya ku di eFbe.

Hanya saja, sudah seminggu ini, kisah-kisah komik yang ringan tentang tokoh politik, tokoh nasional atau pun news maker negeri ini nangkring di wall eFBe ku, seperti pagi ini.  Mulanya aku menganggap ini tidak lebih dari sekedar sensasi atau bahkan latah-latahan dengan euforia politik menjelang Pilpres 2014, dan mencoba menggiring opini guna mendongkrak popularitas semata.

"Hmmm....Apa iyaa ?....Rasanya tidak mungkin"...pikirku, meski komunikasi kami terakhirkalinya 4 tahun lalu di Workshop Rumah Produksi MediaQita-Utan Kayu, tetapi keyakinanku terhadap kekuatan ide, semangat, pemahaman dan pengetahuan beliau tentang sejatinya pergolakan hidup sontak menggugurkan pemikiran ku tentang popularitas.

Agar tidak terjerembab dalam imajinasi liar ku, segera saja berselancar dalam link blog yang terkirim, tidak ada yang luarbiasa awalnya, sama dengan blog-blog gratisan lainnya, beragam tawaran rubrik dan kolom yang ditawarkan bagi para blogger mania. Sampai akhirnya aku mampir di Kolom Humaniora, dan scroll down topik-topik ringan sembari menikmati kopi hitam.

Aku berhenti pada sebuah artikel "Idealnya Aturan Bahasa Dalam Menulis" oleh Meyliska-salah satu kompasianer, satu demi satu paragraf terlewati, sesekali berhenti pada point tertentu untuk menemukan pemaknaannya, hingga akhirnya sampai pada bagian akhir dari tulisan tersebut,

"Dan akhir kata, sejatinya penulis adalah penulis yang paham bahwa setiap penulis memiliki cara & tujuannya tersendiri dalam membagikan apa yang mereka ketahui. Penulis yang sejatinya penulis adalah mereka yang tak pernah merasa lebih hebat dengan caranya dan menganggap cara yang lain tidak baik tetapi memahami bahwa setiap cara memilki kelebihan & kekurangannya masing-masing. Penulis bukan sekedar menulis, tetapi mencerminkan bahwa dirinya memang seorang penulis dari sikapnya yang saling menghargai."...Copied-Ahad, 04 Mei 2014, http://bahasa.kompasiana.com/2014/05/03/idealnya-aturan-bahasa-dalam-menulis-653386.html

Beberapa kali ku baca bagian akhir dari tulisan tersebut, ada kerinduan yang membuncah beriring keinginan untuk segera mengontak sahabat yang juga Guru saya (Om Ben B NUR), sayangnya aku kehilangan nomor kontak sejak pertemuan terakhir kami.  Aku ingin menyampaikan MAAF karena telah berimajinasi "LIAR" terhadap kiriman komik-komik nya, dan juga ingin BERTERIMAKASIH karena "Menghidup" kan kembali keinginan menulis meski hanya sekedar untuk mengisahkan epilog-epilog ringan pada ku perjalanan di project "ROBOTIK" ini.

Tentu saja, sudah sepatutnya berterimakasih kepada penulis artikel tersebut (Mbak Meyliska) yang dengan tulisannya menimbulkan kesadaran perihal hikmah dari suatu karya, apapun ragam bentuknya.

Terimakasih Daeng Ben B Nur......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun