Mohon tunggu...
Irdina Maziyatun Nafisah
Irdina Maziyatun Nafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sebelas Maret

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sintaksis: Kajian Esensial dalam Pengembangan Keahlian Berbahasa

29 Desember 2023   22:50 Diperbarui: 29 Desember 2023   23:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gang depan berarti gang yang berada di depan, lain dengan depan gang yang berarti menunjukkan keterangan tempat atau keberadaan sesuatu di depan gang. Sedangkan urutan kata yang dapat menimbulkan keambiguan makna dapat dilihat melalui contoh frasa, beli semangka dan semangka beli. Posisi kata kerja seharusnya mendahului objek, dalam kasus ini ditemukan perbedaan fungsi sintaksis yang menyebabkan frasa semangka beli tidak memiliki makna atau bersifat ambigu.

Selanjutnya ialah bentuk kata. Perbedaan bentuk kata menitikberatkan pada penggunaan afiks atau imbuhan yang diterapkan pada kata dasar. Kita tentu pernah mengenal kalimat aktif dan kalimat pasif. Jika kalimat aktif pelaku atau subjek melakukan tindakan, maka kalimat pasif sebaliknya, yakni subjek atau objek yang dikenai tindakan. 

Perbedaan ini biasanya ditandai dengan penggunaan afiks atau tambahan kata tertentu. Gambaran ini serupa dengan konsep bentuk kata. Lebih jelas dapat dilihat melalui contoh kalimat ibu mencuci baju dengan kalimat ibu dicuci baju. Perbedaan bentuk verba yang ditandai dengan penggunaan afiks me- dan di- mengubah fungsi ibu yang semula subjek menjadi objek. Hal tersebut tentu akan menciptakan perbedaan makna.

Kemudian adapula intonasi. Suatu kalimat dapat berbeda maknanya jika intonasi yang digunakan berbeda pula. Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada dalam pertuturan. Sedangkan dalam tulisan biasanya ditandai dengan penggunaan tanda baca. Tanda baca titik (.) menandakan nada datar, tanda seru (!) menandakan nada tinggi, dan tanda tanya (?) menandakan nada merendah. Misalnya, kalimat kamu mau pergi ke mana? dengan kalimat kamu mau pergi ke mana! keduanya bermakna beda karena pemberian intonasi final yang berbeda pula. Kalimat yang berakhiran tanda tanya terkesan melembut sedangkan yang berakhiran tanda seru terkesan membentak.

Alat sintaksis yang terakhir adalah partikel. Partikel atau kata tugas tidak memiliki makna leksikal dan hanya memiliki makna gramatikal. Partikel dapat berupa preposisi atau kata depan (di, ke, dari), konjungsi atau kata sambung (dan, atau, bahkan), penegas (-kah, -lah, pun), dan lain sebagainya. Partikel tidak dapat berdiri sendiri melainkan berkaitan dengan kata lain. Sebagai pemegang fungsi sintaksis, partikel juga dapat membedakan makna. Misalnya, penggunaan partikel kata depan pada kalimat Sinta ke pasar menjelaskan bahwa Sinta sedang dalam perjalanan menuju pasar atau sudah berada di pasar, berbeda dengan kalimat Sinta dari pasar yang menunjukkan bahwa Sinta sudah ke pasar dan tidak lagi berada di pasar.

Keempat alat-alat sintaksis tersebut sangat penting peranannya dalam berbahasa. Kita dapat menilai kelayakan kalimat dalam sebuah tulisan maupun tuturan melalui ketepatan penggunaan urutan kata, bentuk kata, intonasi dan partikel, lebih lanjut mampu menangkap maksud yang dituangkan atau diungkapkan. Materi dasar ini sebagai jembatan utama menuju keterampilan berbahasa yang lebih kompleks. Untuk dapat menjadi seorang ahli bahasa, tentu gerbang utamanya ialah penguasaan kompetensi dasar yang dijadikan modal dan bekal utama dalam proses belajar, kemudian berprogres dengan mengasah dan menambah ilmu-ilmu yang lain, sehingga titik kemampuan berbahasa terus mengalami peningkatan.

Dasar-dasar sintaksis lain yang perlu kita ketahui ialah kategori sintaksis. Kategori sintaksis sering dikenal dengan kelas kata atau golongan kata. Sudah disebutkan di atas bahwa satuan-satuan sintaksis mencakup kata yang merupakan satuan terkecil; frasa, terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak memiliki batas subjek dan predikat; klausa, deretan kata yang memuat subjek dan predikat; kalimat, gabungan kata, frasa dan klausa yang memuat S-P-O-K-Pel. Satuan-satuan tersebut jika dianalisis memiliki kategori atau kelas kata yang berbeda-beda. Kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri dari nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), numeralia (kata bilangan), dan pronomina (kata ganti), serta konjungsi (kata sambung). Melalui kategori sintaksis tersebut, suatu kalimat dapat diketahui termasuk ke dalam kelas apakah unsur-unsur pembentuknya.

Lebih luas, sintaksis menjelaskan bahwa suatu kalimat terdiri dari beberapa fungsi. Secara umum, fungsi sintaksis ialah subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Fungsi tersebut lebih dikenal sebagai struktur kalimat yang masing-masing strukturnya memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. Misalnya, subjek sebagai pokok atau inti kalimat, predikat sebagai penanda yang dinyatakan subjek, objek sebagai pelengkap predikat, pelengkap serupa dengan objek namun memiliki beberapa perbedaan, dan keterangan sebagai penerang yang tidak wajib ada dalam kalimat.

Sintaksis mengatur bagaimana kategori dan fungsi sintaksis diterapkan dalam kalimat. Kaidah kategori dan fungsi sintaksis ini sangat perlu diperhatikan karena dalam penggunaannya sering dijumpai kesalahan. Misalnya, subjek biasanya berupa nomina dan letaknya berada di sebelah kiri predikat. Contoh, bapak (S) minum (P) kopi (O). Dalam kalimat lain seperti, Ani kemarin membeli permen lolipop, jika diberi keterangan fungsinya maka akan menjadi Ani (S) kemarin (Ket.) membeli (P) permen (O) lolipop (Pel.). Melalui kalimat tersebut dapat dijelaskan kaidah-kaidah yang berlaku seperti, kebebasan penempatan keterangan. Keterangan yang tercantum dalam kalimat tersebut termasuk keterangan waktu. Keterangan dapat berupa nomina, numeralia, atau preposisional. Peletakkan lazimnya subjek dan predikat, yakni subjek berada di kiri predikat dan berupa nomina, sedangkan predikat umumnya berupa verba atau kata kerja. Fungsi objek sebagai pelengkap predikat mempunyai urutan posisi sesudah predikat verba transitif dan pelengkap berada setelahnya.

Pengetahuan mengenai sintaksis ini perlu dimiliki bagi semua kalangan masyarakat Indonesia karena nilai praksisnya dilakukan secara terus menerus dan tak akan pernah terputus. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia yang menyajikan bahan ajar berupa materi sintaksis sangat dibutuhkan untuk mengembangkan keahlian berbahasa peserta didik sehingga nantinya lahir generasi-generasi yang melek terhadap ilmu-ilmu bahasa. Dengan belajar sintaksis membantu kita dalam menghasilkan sebuah karya tulis yang baik karena memiliki pemahaman mengenai kaidah-kaidah pembentukan kalimat. Lebih lanjut, akan tumbuh keterampilan menulis dan dapat meningkat seiring berjalannya waktu jika kita terus memperkaya pemahaman dan keindahan bahasa. Selain itu, jika dilihat dari segi komunikasi, sintaksis dapat memperbaiki kejelasan dan ketepatan tuturan sehingga kemampuan komunikasi dapat meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun