Mohon tunggu...
Irda Febriyanti
Irda Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN (22107030118)

Hobi healing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Irama Filsafat dalam Belenggu Koneksi

21 Maret 2023   00:01 Diperbarui: 21 Maret 2023   00:07 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hai sobat kompasiana,

Mendengar kalimat filsafat seperti melihat keluarga jauh yang lama tak bertemu karena jarak dan tempat tinggal, ''asing'' adalah kata yang tepat untuk kalimat tersebut. 

Sejak awal masuk bangku perkuliahan, saya disodorkan dengan mata kuliah yang sangat begitu asing dipandangan mata ataupun telinga, karena dibangku pendidikan sebelumnya saya tidak pernah dipertemukan dengan materi tersebut. 

Selama saya belajar mata kuliah tersebut saya dipertemukan dengan pengetahuan atau model yang sangat begitu rumit dalam tata cara berfikir pada mata kuliah tersebut melalui dosen. Saya menemukan hal-hal baru dalam pengetahuan, bahwa berfikir itu adalah suatu aktifitas utama dalam filsafat.

Sedangkan filsafat itu sendiri menurut Sidi Gazalba dalam Sistematika Filsafat bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berfikir yang sistematis, radikal, dan universal. 

Bersifat radikal, berarti masalah yang dikaji, ajuan pertanyaan, dan juga jawaban yang diberikan bersifat menjulur hingga ke akarnya. Sedangkan definisi filsafat menurut Harold Titus adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta, metode berfikir reflektif dan penelitian penalaran, suatu perangkat masalah-masalah, dan juga seperangkat teori dan sistem berfikir.

Beberapa hari yang lalu, ketika ada tugas UAS dari dosen pengampu mata kuliah pengantar filsafat tentang pengalaman berfilsafat, detik itu pula saya bingung apa yang akan saya tuangkan dalam tulisan saya. 

Dari situlah saya bertanya pada salah satu kakak tingkat di kampus.''Apa sih kak pengalaman berfilsafat itu?'', dan bukannya menjawab apa yang saya pertanyakan, dia malah balik bertanya apa yang saya ketahui tentang filsafat itu sendiri. 

Menurut saya filsafat itu tentang mencari sebuah kebenaran dengan berfikir sampai ke akar-akarnya. Karena sepengetahuan saya hanya itu, alhasil mentok saja sampai menimbulkan sebuah pertanyaan jawaban yang seperti itu sudah sangat benar atau hanya benar saja? Saya sadar bahwa jawaban saya diatas hanya sekedar benar saja, dan itu artinya masih ada kebenaran-kebenaran yang lain. 

Lalu dia bertanya misal dia bilang bahwa filsafat itu suatu wacana bagaimana? Bahasa yang tadi keluar dari setiap pengertian filsafat yang kita bahas kira-kira berhubungan atau tidak? Saya menjawab jika kedua bahasa tersebut saling berhubungan, nilai dari keduanya yang memungkinkan mereka bisa dianggap spesifik sama karena sama-sama mencari kebenaran. 

Kalau dalam buku pengantar filsafatnya Louis O Katsoff, buku ini terkenal untuk pemula yang mau belajar filsafat. Disitu dituliskan tentang pernyataan filosof tentang pengertian filsafat, yaitu''Filsafat adalah suatu wacana, perbincangan atau argumentasi yang radikal, bersifat sampai konsekuensi terakhir, mengenai segala hal yang di lakukan secara sistematis dengan maksud menemukan hakikat (kebenaran)''. 

Dan ada tokoh lain yang mengatakan,''keheranan adalah awal dari manusia berfilsafat, atau keheranan membuat orang itu berfilsafat, dari heran berlanjut kepada bertanya yang kemudian berfikir untuk mencari kebenaran''.

Sejak belajar filsafat saya berfikir bahwa sesuatu yang kelihatannya benar sekalipun belum tentu benar yang sesungguhnya benar. Dan melalui filsafat juga saya sadar bahwa sesuatu apa saja harus dikaji sedemikian rupa, dan difikirkan dengan sebenar-benarnya berfikir hingga menemukan kebenaran yang hakiki. 

Dari ini pula saya  mengutip satu kalinat dari filsuf pertama yaitu Socrates yang bunyinya ''Kebenaran tidak akan pernah mengkhianati  pencarinya'', yang sekali lagi menyadarkan saya bahwa selama kita berada dalam jalan kebenaran, maka kebenaran itu sendiri tidak akan pernah membohongi para pencarinya. 

Satu kalimat untuk mengakhiri setiap diksi yang saya tuliskan tentang pengalaman berfilsafat, ''Teruslah memburu kebenaran, sebab sebuah kebenaran tidak akan pernah ada habisnya. Akan selalu ada keraguan filosofis hingga ia terus mencari kebenaran , setelah ketemu ia akan terus mencari lagi dan seterusnya''.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun