Mohon tunggu...
Irda Handayani
Irda Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger | Writer | Graphic Designer | Founder of Rumah Blog Indonesia | www.rumahblogindonesia.web.id I www.irda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku dan Tragedi PMS

3 Januari 2013   11:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang menstruasi memang tidak ada habisnya. Sangat beragam tingkah polah seorang wanita ketika sedang bertemu dengan tamu bulanan ini, dimana prosesnya dimulai dari pra, saat, hingga pasca menstruasi. Mulai dari perubahan emosi, marah-marah tidak jelas, terlalu sensitif, lemah, letih, lesu, pusing, mual, muntah, hingga pingsan. Mulai dari senang makan makanan yang asam, asin, hingga yang ekstra pedas.

Saya pribadi termasuk wanita yang selalu mengalami beberapa masalah ketika PMS. Gejala yang sering saya rasakan adalah senggugut, istilah awam untuk nyeri haid, mual, pusing, dan perubahan emosi yang membuat saya terlalu sensitif (mudah marah dan sedih).

Saya punya sebuah cerita yang sangat seru tentang PMS, sebuah cerita yang baru pertama kali terjadi selama hidup saya dan mudah-mudahan hanya sekali saja terjadi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 21 Mei 2012 lalu, saya menyebutnya sebagai “tragedi PMS”. Ada banyak hal yang akan saya ceritakan tentang perjalanan tragedi ini, rasa lucu, tragis dan adegan dramatisir membuat kejadian ini sangat membekas di ingatan saya.

Beberapa minggu sebelum tragedi terjadi, saya memang disibukkan dengan beberapa project pekerjaan yang harus segera diselesaikan, tenaga memang tidak begitu terkuras, namun pikiran saya yang menjadi tumpuan tekanan. Beberapa hari sebelum tepar, tubuh saya sudah mengeluarkan sinyal tidak sehat plus adanya nyeri haid yang selalu menyapa setiap bulan meskipun haid-nya sendiri tak kunjung keluar.

Jum’at malam tanggal 18 Mei 2012, sekitar pukul 20.30 WIB, tubuh saya mulai merasakan ketidaknyamanan, seperti mau meriang. Ketika itu, haid saya telah keluar meski tidak “banjir” seperti biasanya. Karena tidak kuat menahan sakit, akhirnya saya putuskan untuk meminum obat untuk demam yang dijual bebas dipasaran.

Setelah minum obat, saya pun merasa sedikit tenang dan bisa tidur. Pukul 02.30 WIB dini hari, saya terbangun karena ingin BAB, ibu saya pun menemani, karena khawatir dengan kondisi saya. Sesaat setelah di dalam kamar mandi, saya merasa pusing yang teramat sangat dan pandangan mulai gelap, namun panggilan alam –BAB- pun sudah tidak tertahankan lagi. Akhirnya saya membuka pintu kamar mandi dan memanggil ibu, hingga sedetik kemudian saya tidak sadarkan diri.

Saya tidak begitu ingat apa yang terjadi, beberapa menit kemudian saya sudah berada di atas tempat tidur. Kedua ortu mendampingi, memberikan saya air hangat dan menyelimuti saya dengan minyak kayu putih. Mereka mengatakan kalau wajah saya pucat sekali, bahkan tubuh saya terasa sangat dingin. Selang beberapa saat, rasa kebelet BAB tadi masih ada (tenang, saya pingsan tidak dalam keadaan memalukan seperti yang Anda bayangkan) hingga saya nekad untuk ke kamar mandi lagi dan menyelesesaikan hajat panggilan alam yang tertunda.

Panggilan alam pun sukses saya kerjakan, meski kemudian saya kembali lemas dan pandangan kembali gelap. Ortu kembali cemas dan panik, hingga akhirnya saya dibawa ke sebuah rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, perawat yang berjaga memberikan selang oksigen ke dalam hidung saya. Ah, baru pertama kalinya saya merasakan semburan oksigen masuk ke tubuh melalui sebuah selang. Rasanya dingin dan menyegarkan. Alhamdulillah, setelah menghirup oksigen beberapa menit, kondisi saya membaik kembali.

Seorang dokter menghampiri dan mengatakan bahwa nyeri haid terkadang memang dapat membuat seseorang menjadi sangat lemah, bahkan hingga pingsan. Dokter tersebut memberikan semacam obat pain killer untuk meredakan rasa nyeri haid saya, dan memperbolehkan saya untuk pulang. Namun, ortu saya bersikeras agar saya dirawat saja karena mereka khawatir kalau kondisi saya akan memburuk lagi. Akhirnya saya di infus, meskipun tidak ingin, karena saya sangat tidak menyukai jarum, namun demi ortu saya mengalah dan membiarkan jarum itu menusuk lengan saya.

Pukul 04.00 WIB pagi saya menuju ruang pemeriksaan USG, karena dokter khawatir ada masalah dengan rahim saya terkait nyeri haid yang menahun, maka dokter tersebut merujuk dan langsung mengirim saya ke ruang USG. Meski pun dalam keadaan yang kurang fit dan merasakan ketegangan yang luar biasa karena baru pertama kali ini saya akan menjalani pemeriksaan USG, tetapi saya lumayan merasakan ketenangan saat melihat dokter kandungan yang stand by ternyata adalah sosok pria yang tampan (saya ini kelewatan banget ya, koq masih sempat-sempatnya ngelirik dokter cakep, hehehe…).

Berhubung ketika di rumah saya sempat BAB dan buang air kecil, maka kantung kemih saya kosong, sehingga dokter tidak bisa melihat dengan jelas tampilan rahim saya. Dokter tersebut mengatakan kalau pemeriksaan USG akan diulang kembali bila kantung kemih saya kembali penuh, maka saya pun menuju ruang inap yang telah disediakan.

Pukul 08.00 WIB pagi, ditemani ibu, saya menuju ke ruang pemeriksaan USG lagi. Dokter tampan yang memeriksa saya tadi juga telah hadir bersama seorang pria yang terlihat seperti asistennya. Saya berbaring di meja periksa dan dokter pun kembali memberikan gel ke atas perut dan rahim saya. Sebuah alat pun berjalan pelan dan layar monitor memperlihatkan kondisi rahim saya. Jujur, saya sangat tegang saat itu, karena saya berharap tidak ada hal-hal mengerikan yang akan terlihat di dalam rahim saya.

Alhamdulillah, menurut dokter, rahim saya baik-baik saja, tidak ada masalah apa pun. Bahkan saluran serviks juga terlihat baik. Lega sekali rasanya mendengar hal baik tersebut, karena dokter khawatiradanya kista atau hal-hal ganjil yang mengganggu proses haid saya. Pemeriksaan pun selesai, saya turun dari meja periksa dan menuju ke kursi roda. Namun, asisten dokter yang berada di ruang tersebut justru mengatakan hal yang menyakitkan, “Mbak, jangan dilemes-lemesin…”, ucapnya sambil tertawa. Apa???!!! Kalau saja saya tidak dalam keadaan lemah, mungkin sudah saya hardik atau gampar itu orang. Dalam hati saya membatin, “Karena kamu seorang laki-laki makanya mudah mengatakan hal itu, karena kamu tidak pernah merasakan sakitnya nyeri haid setiap bulan!!!”

Saya selalu merasa marah bila ada seorang pria mengatakan hal-hal yang menyepelekan atau menyakitkan tentang haid seorang wanita. Terus terang saya mengatakan hal ini karena memang terkait masalah gender, karena para pria tidak pernah merasakan bagaimana sulitnya menjadi seorang wanita (haid setiap bulan, mengandung, melahirkan, menyusui) maka dengan mudahnya mereka mengatakan hal-hal seperti itu. Apakah mereka tidak sadar kalau mereka memiliki seorang ibu atau istri atau anak perempuan yang juga mengalami hal yang sama dengan saya? Memang, tidak semua pria akan mengatakan hal menyakitkan seperti itu, namun, hendaknya para pria bisa lebih menghargai wanita dengan tidak mengolok-olok hal yang terkait dengan tamu bulanan ini.

Sekitar empat hari juga saya mendapatkan perawatan di rumah sakit itu, perawatan yang harus saya jalani dengan terpaksa karena PMS. Pengalaman yang sangat berharga, manis asam asin, semuanya bercampur menjadi satu. Satu hal yang selalu saya ingat bahwa menjaga kesehatan adalah wajib hukumnya. Tidak memaksakan diri untuk mengerjakan hal-hal yang menguras energi dan pikiran, khususnya ketika haid sedang datang.

Untuk meringankan nyeri haid tersebut, saya memilih untuk mengonsumsi jamu tradisional buatan sendiri, yaitu campuran dari kunyit, asam jawa dan gula merah, atau tidur seharian untuk mengurangi rasa sakitnya. Akhir-akhir ini saya juga sering mengonsumsi jus kurma dan air madu sebagai penambah tenaga menjelang sampai haid selesai, karena banyaknya darah kotor yang keluar dari tubuh tentu akan mengurangi tenaga dan energi yang ada. Dengan adanya bahan-bahan alami yang saya konsumsi tersebut, Insya Allah dapat mengurangi nyeri haid seperti mual dan pusing yang selalu menyiksa.

Meskipun PMS masih setia mendampingi hidup, tapi saya tetap harus mensyukurinya, karena PMS merupakan salah satu rahmat yang diberikan oleh Allah hanya kepada wanita :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun