Mohon tunggu...
Irda Handayani
Irda Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger | Writer | Graphic Designer | Founder of Rumah Blog Indonesia | www.rumahblogindonesia.web.id I www.irda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Bercerminlah Dari Kasus Nadia

16 November 2011   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seorang wanita mengandung, maka dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar, baik itu tanggung jawab kepada dirinya sendiri, kepada calon atau bayi yang dikandungnya, kepada suaminya, kepada orang tuanya, kepada keluarganya, kepada orang-orang yang menaruh harapan dan mendoakan kebaikan, bahkan kepada Allah SWT yang memberikan nafas kehidupan kepada semua makhluk-Nya.

Tulisan ini, saya dedikasikan untuk Nadia, yang sampai sekarang tidak tahu apa penyakit yang dideritanya. Berbagai penyakit yang di deritanya saat ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktornya adalah ketika berada di dalam kandungan ibunya. Itulah sebabnya, saya ingin membagi kisah ini kepada para pembaca, khususnya yang sedang mengandung, atau memiliki istri, ibu, tante, saudari, rekan, sahabat, teman yang sedang mengandung.

Pelajaran yang sangat berharga adalah ketika Anda memiliki sebuah tanggung jawab, sebuah nyawa di dalam tubuh Anda, nyawa calon anak. Seperti yang kita ketahui bahwa janin yang berusia kurang lebih 4 minggu telah memiliki denyut jantungnya sendiri, dia telah hidup dalam ruh dan jiwanya karena Allah telah mengizinkan dan meniupkan ruh-Nya.

Jangan pernah menyepelekan tindak tanduknya yang lembut itu, dia bergerak layaknya Anda, ibunya, dia berkeinginan layaknya juga Anda yang ingin dimanja, kasihi dia dan jangan pernah menyakitinya. Ketika Nadia berusia 7 bulan di dalam kandungan ibunya, dia tampak sehat, terlihat dari hasil USG dokter. Namun, yang namanya darah muda seakan membuat ibunya lupa akan kerapuhan Nadia yang berada di dalam kandungannya, sang ibu mengajak Nadia menaiki bianglala di sebuah pasar malam.

Mungkin, ada beberapa faktor di kejadian itu yang membuat janin (calon Nadia) terguncang atau kaget atau stress atau trauma atau bahkan juga merasakan takut. Tekanan gravitasi yang terdapat pada mainan serupa bianglala mungkin memiliki efek jangka panjang terhadap janin itu. Mungkin itulah sebabnya, mengapa seorang ibu yang hamil besar dilarang menaiki pesawat terbang, efek tekanan gravitasinya dapat mengganggu perkembangan janin atau bahkan dapat segera dilahirkan meskipun belum waktunya.

Selang beberapa bulan kemudian, Nadia lahir dengan proses caecar karena posisi Nadia ketika itu sungsang. Alhamdulillah Nadia lahir dengan sehat seperti foto di bawah ini. Lucu dan sangat menggemaskan. Perkembangannya sampai di usia sekitar 6 bulan pun seperti anak normal lainnya, tetapi ada yang aneh ketika beberapa kali kami perhatikan bahwa Nadia kurang merespon panggilan yang ditujukan untuknya. Dan kami melakukan tes sederhana yaitu memanggil namanya dari jarak yang berbeda-beda, dan ternyata memang dari jarak kurang lebih setengah meter, Nadia terkadang merespon dan terkadang tidak.

[caption id="attachment_142613" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia Mungil yang Baru Lahir"][/caption] [caption id="attachment_142615" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia yang Lucu"][/caption]

Nadia pernah mengalami demam dan suhu tubuh yang sangat tinggi, saat itu usianya menginjak di umur 7 bulan. Orang tuanya membawanya ke dokter umum, Nadia diberi beberapa resep obat. Namun, karena beberapa hari kemudian demamnya tak kunjung reda maka orang tuanya kembali membawanya ke dokter spesialis anak yang berbeda, dan Nadia kembali diberi obat yang berbeda pula. Ketika itu, Nadia sampai berobat sekitar 3 atau 4 dokter spesialis anak yang berbeda dan semakin beragam pula obat yang diminumnya, dari obat serbuk, obat sirup, hingga obat tetes.

Ada kesalahan fatal di sini yang juga mungkin menjadi faktor tambahan berikutnya bahwa jangan pernah mencoba-coba sesuatu pada anak Anda, apalagi bila berkaitan dengan obat-obatan. Memang, tubuh kita ini memiliki soulmate dengan obat, karena tidak semua tubuh bereaksi sama atau cocok dengan obat-obatan yang masuk, namun jangan pula atas dasar itu, proses kesembuhan yang lama malah membuat Anda melirik kepada obat yang lain. Kita tidak tahu apa resiko dan akibatnya di masa depan, maka berhati-hatilah memilih pengobatan untuk anak Anda.

Hingga, suatu saat, Nadia mengalami step. Tubuhnya bahkan hampir membiru, dengan kepanikan ibunya, kami membawanya ke rumah sakit terdekat, Nadia diinfus. Lebih dari seminggu Nadia di rawat di sana dan pulang dalam keadaan lemah. Dari sini kemudian keadaan Nadia semakin mundur, bukan semakin berkembang. Tubuhnya yang masih lemah namun memiliki nafsu makan yang normal, membuat Nadia memiliki berat tubuh yang sangat sehat.

[caption id="attachment_142632" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia Sedang Minum Susu"][/caption]

Kata orang tua “keberatan badan”, bobot tubuhnya yang semakin sehat tidak seiring dengan kelincahannya. Di usianya yang menjelang 8 sampai 1 tahun, nadia belum bisa tengkurap dan membalikkan badannya, mungkin karena keberatan tubuhnya sehingga dia tidak kuat dan membutuhkan bantuan dari orang lain untuk sekedar pindah posisi. Terlalu sering berbaring membuat kepala bagian belakangnya tampak rata dan selalu menjadi bahan pertanyaan orang-orang, ibunya mulai merasa malu dan minder, apalagi ketika Nadia kurang merespon, baik dari suara maupun dari bayangan.

Sudah terlalu banyak pengobatan yang di jalani Nadia, orang tuanya sudah entah keberapa kali memilih jalan pengobatan medis dan alternatif, bahkan saya sampai tidak hapal kemana saja mereka membawa Nadia agar bisa sembuh dan berkembang seperti anak-anak normal lainnya. Pernah orang tuanya mendatangi pusat pembuatan alat dengar untuk balita, namun mereka urung meneruskannya karena biaya alat yang sangat mahal, mencapai puluhan juta rupiah.

[caption id="attachment_142636" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia Bergaya Menggunakan Kacamata"][/caption]

Pernah juga orang tuanya membawanya ke pengobatan alternatif pijat, memang ada perkembangan, Nadia sudah bisa duduk sendiri, sudah bisa tertawa bahkan saya bisa mengajarinya untuk salaman, betapa senangnya kami ketika itu melihat perkembangan Nadia. Namun, pada akhirnya orang tuanya memutuskan untuk berhenti di pengobatan itu karena ada gerakan pijat yang menyakiti Nadia, kepalanya di angkat-angkat ke atas tanpa memegang anggota tubuhnya yang lain. Bayangkan saja, saya bergidik ngeri sendiri ketika melihat Nadia berusaha menahan berat tubuhnya hanya dari topangan tangan si tukang pijit di kepalanya, astagfirullah…

Selepas dari pengobatan itu, Nadia kembali mengalami step dan masuk rumah sakit lagi. Keluar dari rumah sakit, Nadia menjalani pengobatan alternatif lainnya, meminum air kelapa muda, dimana kata si pengobatnya bahwa Nadia mengalami keracunan obat maka air kelapa muda itu akan membersihkan dan menetralisir racun-racun yang ada di tubuhnya. Dan masih ada beberapa daftar pengobatan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan.

Ingatlah Ayah, Bunda, anak Anda bukanlah mainan yang bisa di coba ke sana, di coba ke sini. Anda sebagai orang tua harus bijaksana untuk masa depan anak Anda sendiri. Ternyata benar jargon salah satu iklan produk untuk anak-anak yang mengatakan bahwa “Sama anak koq pake coba-coba”, inilah salah satu sebab dan akibatnya.

Sekarang, Nadia berusia 2 tahun, dan baru mengalami step untuk kesekian kalinya beberapa hari yang lalu. Untuk kali ini, kondisinya semakin parah dan memprihatinkan. Nadia di bawa ke rumah sakit, dia mengalami kejang-kejang sampai 5 kali dan harus menggunakan oksigen sebagai alat bantu pernafasannya, astagfirullah….

Beberapa info dari dokter yang memeriksa Nadia mengatakan bahwa ada polip di dalam rongga pernafasannya, polip sebesar kelereng itulah yang membuat Nadia susah untuk bernafas. Kemudian, dokter spesialis mata memeriksanya, mengatakan bahwa Nadia tidak bisa melihat… bahkan dokternya mengatakan kepada ibunya untuk perbanyak berdoa karena umur Nadia diprediksi tidak akan lama karena dia telah mengalami beberapa kali step dan kejang-kejang. Step dan kejang memang tidak baik untuk perkembangan seorang anak karena dapat merusak syaraf-syaraf di bagian tubuhnya, khususnya di otak.

Kemudian, dokter pun setiap hari meminta darah Nadia untuk di periksa di laboratorium, menurut dokter Nadia mengidap suatu virus yang mereka pun belum mengetahui secara pasti virus apa. Tangan Nadia sudah bengkak-bengkak, bahkan perawat pun tidak bisa mengambil darahnya lagi…. Dokter belum menemukan virus apa yang ada di dalam tubuh Nadia, benarkah penyakitnya karena virus? Lantas, yang mana yang harus diobati dulu?

Pihak rumah sakit kembali memberikan kabar yang kurang menyenangkan, mereka menyuruh agar orang tuanya membawa pulang Nadia agar virus yang diidapnya tidak menular kepada pasien yang lain. Ya Allah… sebegitu banyak cobaan yang dilaluinya…. Bukankah di setiap rumah sakit ada bangsal atau kamar isolasi? Sebegitu parahkah atau sebegitu takutkah mereka kepada penyakit Nadia, hingga dia harus diusir dari rumah sakit itu?

Entah apalagi masalah yang akan di hadapi oleh anak sekecil Nadia, tapi kita semua dapat mengambil pelajaran penting dari kasus ini. Mungkin, informasi yang saya sampaikan tentang kondisi Nadia terasa rancu dan tidak masuk akal, karena saya bukanlah seorang praktisi kesehatan, saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat dan saya perhatikan dari keadaan Nadia sekarang.

Melalui tulisan ini saya juga bukan ingin menyalahkan atau menghakimi orang tuanya, meskipun saya memang kecewa dengan penanganan mereka kepada Nadia. Kepada Anda semua, baik yang telah menjadi orang tua atau yang akan menjadi orang tua hendaklah lebih berhati-hati dan lebih perhatian terhadap kesehatan anak Anda, bahkan harus ekstra perhatian ketika si calon anak masih berada di dalam kandungan. Perhatian bukan berarti mengekang, namun lebih kepada rasa kewaspadaan dan sikap antisipasi untuk masa depan.

Semoga, Nadia cepat sembuh. Semoga Anda semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus ini. Dan semoga tidak ada Nadia berikutnya lagi… amin ya robbal’alamin…

[caption id="attachment_142619" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia di Pangkuan Penulis"][/caption] [caption id="attachment_142621" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia dan Penulis"][/caption] [caption id="attachment_142626" align="aligncenter" width="300" caption="Nadia Menggunakan Jilbab"][/caption] [caption id="attachment_142628" align="aligncenter" width="180" caption="Si Cantik Nadia"][/caption]

161111

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun