Mohon tunggu...
Irda Handayani
Irda Handayani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger | Writer | Graphic Designer | Founder of Rumah Blog Indonesia | www.rumahblogindonesia.web.id I www.irda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Padang-Medan Tanggal 24 Oktober 2011

25 Oktober 2011   09:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:31 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fresh from the brain ^___^

Mumpung ingatannya masih melekat kuat di pikiran, tubuhpun sudah tidak merasakan kelelahan yang teramat sangat lagi, maka saya tuangkan perjalanan saya dari kota Padang menuju kota Medan yang dilaksanakan kemarin, tanggal 24 Oktober 2011.

Kemarin pagi kami (kedua orang tua dan saya) berangkat dari rumah sekitar pukul 05.15 WIB, udara subuh yang dingin membuat kami bersemangat menyusuri jalanan yang terhitung masih sepi. Bapak melajukan kendaraan roda 4 kami hingga kekecepatan 60-100 km/jam, ngebut ya?

Bukit Tinggi pun telah kami lalui, hingga kami beristirahat sejenak untuk sarapan, dan kami memilih di sebuah tempat yang lumayan nyaman untuk bersantap sarapan pagi yang kami bawa dari rumah. Di situ, terpajang sebuah gapura mini dan taman kecil yang bertuliskan Kota Lubuk Sikaping Kab, Pasaman Nyaman, Indah, Damai dan Sejuk. Ketika sedang berisitrahat, kami sangat menikmati suasana sejuk dan tenang yang sangat jarang ditemukan di kota, apalagi kami juga dihibur oleh suara binatang hutan, khususnya suara orangutan Sumatera yang baling bersahut-sahutan, semakin membuat riang suasana.

Selesai sarapan pagi, kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Ketika mobil yang kami tumpangi telah sampai di kecamatan Panti, bapak meminta saya untuk berganti posisi sebagai supir, hahaha, ya daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena bapak mengantuk, jadilah saya yang duduk di kursi kemudi bulat itu.

Saya memang sudah pernah melakukan perjalanan dan berpengalaman sebagai “supir cadangan” dalam acara seru-seruan ke luar kota bersama teman-teman, tapi untuk kali ini saya sedikit grogi karena saya belum paham benar dengan jalur perjalanan kami. Namun, berbekal keteguhan hati dan semangat, ya Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Saya yang sebelumnya merasa pusing karena melalui jalanan yang berbelok-belok (ketika jadi penumpang), eh malah keasyikan menikmati jalanan yang lancar dan tanpa hambatan (dan tidak merasakan pusing sama sekali ketika telah menjadi supir) hahaha.

Dalam perjalanan, kami juga sembat diberhentikan oleh beberapa orang polisi, mungkin karena kami akan melewati perbatasan antara Propinsi Sumatera Barat dengan Sumatera Utara. Ibu yang duduk di samping saya (yang selalu bertugas sebagai kernet dadakan), mulai merasa panik, tapi karena kami tidak melakukan hal yang aneh ya lanjut, meskipun si pak polisi itu sedikit heran melihat saya (seorang wanita) yang mengemudikan mobil sementara bapaknya sedang tidur, hahaha. setelah menunjukkan STNK, KTP dan SIM saya, maka kami pun kembali melanjutkan perjalanan.

Kali kedua dihentikan polisi ketika kami telah memasuki kawasan Propinsi Sumatera Utara, untuk kali ini jumlah personil polisinya lumayan banyak, bahkan ada beberapa polisi sambil memanggul senjata laras panjang. Si pak polisi bertanya kepada bapak, "Selamat sore, bawa apa pak ?", kemudian bapak saya menjawab "Bawa keluarga pak" tanpa merasa bersalah, yang membuat saya dan ibu menahan tawa. Surat-surat pelengkap kendaraan pun dikeluarkan oleh bapak dan diberikan kepada mereka, hingga kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Bapak sempat merasa heran, kenapa pertanyaan pak polisi seperti itu ya? Ya mungkin saja mereka sedang mencari buronan, jawab saya, hahaha...

Posisi saya sebagai supir cadangan berakhir ketika kami sampai di kecamatan Panyabungan, Sumatera Utara, kami pun beristirahat kembali sambil makan siang. Perjalanan pun dilanjutkan dan dipimpin oleh bapak kembali, sementara saya berisitrahat di kursi belakang. Ketika sampai di Aek Latong, wuih… jalanan “mengerikan” yang dulu pernah kam lewati semasa mudik lebaran ternyata masih terlihat parah dan menyeramkan. Kalau dulu masih terlihat beberapa petugas yang membantu para supir untuk melewati jalanan terjal ini, namun sekarang hanya sepi-sepi saja tanpa ada seorang pun yang memantau atau menolong atau memperbaiki jalanan itu.

Namun, karena saya suka akan hal-hal yang “unik” jadilah kami menyebutnya sebagai “arena off road gratisan” hahaha. melalui jalur off road seperti ini dengan menggunakan kendaraan roda 4 yang standar membuat bapak harus ekstra hati-hati dalam mengemudikan laju kendaraan agar tidak terpeleset.

Setelah lewat dari jalur “menyeramkan” itu, kami melewati sebuah lokasi yang terdapat beberapa beko pengeruk tanah, saya juga tidak tahu mereka sedang mengerjakan proyek apa di tempat itu. Yang jelas, mereka mengeruk tanah atau bukit yang tidak jauh dari lokasi off road kami.

Jalanan kembali mulus, kami melewati Sipirok dan saya sangat menikmati pemandangan alam yang sangat menyejukkan mata. Beberapa kali saya memotret pemandangan itu, ingin mengabadikannya dan memamerkannya kepada Anda semua :) . Berhubung saya memotretnya menggunakan hp berkamera dan dalam laju kendaraan yang mencapai 60-80 km/jam, maka hasilnya banyak yang kabur, hehehe. Ada beberapa kali bapak memberikan kesempatan kepada saya untuk memotret dengan lebih baik, beliau mengehentikan laju kendaraan sejenak atau memperlambatnya.

Mobil terus melaju, eeeehhh… tiba-tiba, tumpukan apa itu???!!! Bukan hanya tumpukan yang menjulang aneh tpai juga bau busuk yang sangat menyengat hidung. Walah, ternyata orang-orang yang membuang sampah sembarangan tidak hanya di sungai loh, di gunung atau pegunungan juga ada! Saya tidak habis pikir dengna orang-orang seperti itu. Pemandangan pegunungan yang indah tiba-tiba dirusak dengan tumpukan sampah seperti itu. Senyum yang dari tadi mengembang di bibir saya karena melihat pemandangan yang indah, dalam sekejap berubah menjadi manyun dan jengkel karena melihat sampah-sampah itu.

Well, meskipun saya mengomel-ngomel tidak jelas karena masih jengkel dengan kejadian itu, namun perjalanan tetap harus dilanjutkan. Senja dan matahari yang mulai beranjak menghilang pun menjadi tangkapan kamera ponsel saya berikutnya. Cuaca yang mendung ternyata tidak menghalangi matahari untuk menunjukkan secercah sinarnya kepada saya, membagi meganya yang berwarna keemasan sebagai akhir dari wajah siang dan akan berganti malam.

Malam, kami tiba di Prapat, beristirahat kembali sambil makan malam. Sebenarnya, jika siang atau sore hari tiba di tempat ini, maka saya juga akan melihat danau toba lagi, namun apa mau di kata, saya hanya bisa melihat kerlap kelip lampu di sekitar danau toba itu. Lumayanlah menghibur perasaan, hehehe. Bapak terus melajukan kendaraan, meskipun hujan yang sangat deras sempat kami rasakan menerpa mobil hingga jalanan pun tak tampak lagi, dan Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di rumah nenek tepat pukul 00.00 WIB, dan hujan kembali mengguyur.

Demikianlah pengalaman saya kemarin, perjalanan dari Padang menuju Medan. Semoga Anda semua terhibur, terima kasih :)

251011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun