Mohon tunggu...
Ira AyuAnanda
Ira AyuAnanda Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswa Kesehatan

tempat portofolio mahasiswa gabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perihal Mengagumimu, Sebuah Renungan Tentang Kekaguman yang Tulus

29 Agustus 2024   17:42 Diperbarui: 1 September 2024   17:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://faithgateway.com/blogs/christian-books/developing-an-eternal-mindset

Setiap orang pasti pernah merasakan kekaguman terhadap seseorang. Namun, ada yang berbeda saat rasa kagum itu datang dengan cara yang begitu tulus dan mendalam. Mengagumi seseorang adalah bentuk apresiasi yang melampaui sekadar penampilan atau pencapaian. Ini adalah tentang melihat hal-hal kecil yang mungkin tidak disadari oleh orang lain. 

Kekaguman datang saat kita memperhatikan cara seseorang tersenyum, cara mereka menghadapi tantangan dengan tenang, atau cara mereka bersikap baik tanpa pamrih. Ini bukan soal kesempurnaan, melainkan tentang keindahan dalam ketidaksempurnaan yang membuat kita tersadar akan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya.

Ketika kita mengagumi seseorang, kita sering kali melihat sisi terbaik dari mereka, bahkan mungkin lebih baik dari apa yang mereka lihat dalam diri mereka sendiri. Kekaguman ini tidak selalu berarti mencintai, tetapi lebih kepada menghargai dan meresapi keberadaan mereka dalam hidup kita. Dalam banyak kasus, perihal mengagumimu menjadi sebuah perjalanan untuk menemukan inspirasi dalam hal-hal sederhana yang sering kita abaikan.

Ada banyak alasan mengapa seseorang bisa menjadi sumber kekaguman. Mungkin karena keteguhan mereka dalam berjuang melewati cobaan hidup, kecerdasan mereka dalam menghadapi masalah, atau kelembutan hati mereka yang selalu hadir meski dalam kondisi yang sulit. 

Setiap tindakan, kata-kata, atau bahkan keheningan yang mereka tunjukkan menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mengagumi seseorang bisa jadi merupakan pengingat bahwa masih ada kebaikan di dunia ini bahwa kita selalu bisa belajar dari orang lain dan bahwa setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk bersinar.

Namun, kekaguman juga bisa menjadi pedang bermata dua. Kadang-kadang, kekaguman yang terlalu mendalam dapat berubah menjadi idealisasi yang tidak realistis. Kita mungkin lupa bahwa orang yang kita kagumi juga manusia dengan kekurangan dan kelemahan mereka sendiri. Itulah sebabnya, penting bagi kita untuk mengagumi seseorang dengan cara yang sehat, menghargai kelebihan mereka tanpa mengabaikan fakta bahwa mereka juga bisa berbuat kesalahan.

Perihal mengagumimu juga mengajarkan kita tentang introspeksi. Sering kali, hal-hal yang kita kagumi dari orang lain adalah refleksi dari apa yang kita harapkan dalam diri kita sendiri. Ketika kita kagum pada keberanian seseorang, mungkin itu karena kita ingin menjadi lebih berani. Ketika kita mengagumi ketulusan mereka itu mungkin karena kita merindukan ketulusan dalam hubungan kita sendiri. Dengan menyadari hal ini, kita bisa belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri dan mengembangkan kualitas-kualitas yang kita kagumi dalam diri orang lain.

Pada akhirnya, perihal mengagumimu adalah tentang menemukan kecantikan dalam keberadaan manusia lain. Ini adalah pengingat bahwa ditengah segala kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan ada banyak hal yang masih bisa kita kagumi dan syukuri. Ini adalah tentang melihat dunia dari sudut pandang yang lebih cerah dan memahami bahwa kekaguman yang tulus dapat membawa kita lebih dekat pada diri kita sendiri dan juga pada orang-orang yang kita hargai.

Mengagumi seseorang adalah bentuk kasih sayang tanpa syarat yang lahir dari hati yang tulus dan tanpa pamrih dan dalam prosesnya, kita belajar lebih banyak tentang arti menjadi manusia, tentang betapa berharganya setiap momen, dan tentang bagaimana kita bisa menjadi lebih baik setiap harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun