Mohon tunggu...
Iraya FebriAnggana
Iraya FebriAnggana Mohon Tunggu... Lainnya - Saya berstatus sebagai mahasiswi di salah satu universitas yang ada di semarang yaitu Universitas Negeri Semarang

Saya lebih suka konten tentang dakwah dan komedi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Budaya Pacaran Merusak Zaman

29 Maret 2023   01:10 Diperbarui: 29 Maret 2023   01:10 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal budaya, Indonesia kaya akan ras, suku, bahasa, adat istiadat, dan alam. Keanekaragaman budaya ini disebabkan karena Indonesia terdiri dari ratusan ribu pulau yang tersebar, dimana setiap pulau memiliki budayanya masing-masing. Namun seiring berjalannya waktu, budaya Indonesia mulai menghilang. Padahal Indonesia terkenal dengan kesopanan dan keramahannya, baik dari penduduk lokal maupun asing. Dalam arti lain, Indonesia dijadikan destinasi mancanegara oleh negara orang lain. Ada baiknya kita meniru budaya asing, tapi yang positif saja, untuk yang negatif cukup dijadikan informasi.

pengaruh globalisasi yang sangat mudah disebarkan oleh berbagai saluran media tanpa disaring baik buruknya informasi yang disampaikan oleh media tersebut. Budaya masyarakat tidak bisa kita hentikan, akibatnya budaya Indonesia akan mulai memudar. Salah satu contoh budaya yang mulai mengubah pola tatanan kehidupan sebagai warga negara Indonesia adalah budaya pacaran yang merusak zaman.

Isu sosial budaya eksternal inilah yang sering ditiru, terutama oleh generasi sekarang. Bagi orang luar, pacaran adalah hal normal dan biasa. Dalam kasus Indonesia, pacaran dilakukan secara rahasia. Namun kini dilakukan secara terang-terangan bahkan ada yang melakukan persetubuhan. Tapi mereka tampak bangga dan seakan hal yang biasa melakukan sampai ia menceritakan kepada teman-teman dekatnya. memeberitahukan sendiri kepada teman-teman dekarnya.  Mirisnya bahkan sampai ada yang hamil dan bahkan membunuh bayinya atau memutuskan untuk melakukan aborsi.

Saat ini, pacaran yang biasanya dilakukan oleh anak muda dianggap tabu dan tidak sesuai dengan adat Indonesia timur. Padahal, pacaran sendiri merupakan kebiasaan umum masyarakat Melayu. Namun budaya pacaran yang jauh berubah dari sekarang membuat pacaran menjadi sesuatu yang dipandang buruk. Berdasarkan fabel Melayu, cerita atau literasi yang banyak tersebar di dunia maya, pacaran sebenarnya adalah kegiatan yang memelihara adat ketimuran dan menjaga ikatan antara laki-laki dan perempuan yang belum menjadi pasangan yang sah.

Dahulu, pacaran adalah suatu kondisi yang menjelaskan bahwa harus dicapai jenjang yang lebih serius antara laki-laki dan perempuan, yang nantinya akan menjadi pasangan yang sah, baik secara agama maupun bangsa. Keduanya, ditandai pada kedua jari dengan olahan daun pacar.

Sebelum keduanya diberi tanda dengan daun pacar di jarinya, biasanya dimulai dengan laki-laki yang tiba di rumah pujaan hatinya. Lalu ada dua cerita yang berbeda, kemudian lelaki itu membacakan pantun atau memainkan seruling untuk menarik perhatian ayah pelaku intimidasi. Selain itu, saat perhatian didapat, pria yang sedang jatuh cinta diundang ke rumah. Kemudian sang ayah bertanya kepada putrinya tentang keseriusannya. Baru setelah itu pembantunya membawa dan jika si anak juga setuju, keduanya memegang pacar. Agar orang lain yang melihatnya tahu mereka sedang berkencan.

Pria itu kemudian mendapat waktu persiapan 3 bulan, tergantung berapa lama waktu yang dibutuhkan sang pacar untuk memudar jika terkena jarinya. Selama periode tiga bulan, kami gunakan untuk mempelajari ilmu pernikahan, rumah tangga, pekerjaan mencari bahan, dll. Setelah tiga bulan berpacaran, pria itu menghadapi dua pilihan sulit. Ia merelakan pujaan hatinya untuk pergi dengan pria lain karena ia belum siap untuk mengambil langkah selanjutnya dan tidak berani mengambil langkah selanjutnya yaitu melamar dan akhirnya menikah.

Lantas apakah Islam menganjurkan umatnya untuk berpacaran? Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya ‘Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh mahramnya.’ (HR. Muslim).

Dalam agama Islam dijelaskan bahwa hamba Allah SWT dilarang untuk berzina dan bahkan mendekati zina. Di samping itu bahkan diharamkan bagi seorang laki-laki yang beriman utuk menikah dengan perempuan yang berzina dan begitu sebaliknya.sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 32

. وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا  32.

“ Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun