Mohon tunggu...
Ira Wulandari
Ira Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Seseorang yang senang berbagi pemikiran lewat tulisan. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memang Bukan Untukku, Takdir Itu

20 Agustus 2024   10:52 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua hal-hal yang kita inginkan berakhir menjadi milik kita. Banyak hal yang ternyata itu hanya akan sekadar keinginan saja. Sangat menyebalkan, bukan?

Penerimana akan sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk kita adalah suatu hal yang hampir mustahil aku lakukan. Untungnya, dengana perjalanan yang panjang, aku bisa mencapai kebijaksanaan yang dinikmati orang-orang.

Terus Kuungkit Hal Itu

Mengikuti ekstrakulikulir Paskibra dan menjadi Calon Paskibra adalah keputusan terbaik yang pernah aku buat pada saat SMA. Meskipun keras, aku merasakan pembentukan karakter menjadi seorang pemimpin dan seorang disipliner. 

Dari awal aku sudah yakin bahwa aku tidak akan lolos untuk mengibarkan bendera di tingkat kota karena tinggi badanku. Tidak masalah. Itu bukan tujuanku. Aku hanya ingin tergabung dalam kelompok ini dan mengikuti semua prinsip juga pelajarannya.

Sayangnya, kegiatan yang keras ini membuat Bapakku tidak menyetujui lagi aku mengikuti kegiatan ini. Beberapa kali aku menentang, tetapi kalah juga akhirnya. Aku masih bisa mendengar tangisku yang kencang.

Perjuanganku selama beberapa bulan ini kandas begitu saja, tepat di masa seleksi menjadi paskibra. Pesiapan sudah aku lakukan, aku hanya tinggal pergi menuju tempat pelatihan dan seleksi. 

Rekan-rekan dan seniorku mencoba membujuk Bapakku, tetapi tidak berhasil. Lalu, mereka meminta aku untuk aktif hanya di satuan (sekolah), tetapi aku terlalu takut ketahuan Bapak.

Seperti itulah berakhirnya hal yang sudah aku perjuangkan karena faktor orang lain. Padahal, dalam diriku tidak pernah ada kata menyerah, mengundurkan diri, berhenti, dan lain sebagainya untuk hal ini meskipun berat dijalani.

Tahun-tahun berlalu dan aku masih menyesalkan hal itu. Amarahku terkadang memuncak dan bisa secara langsung menyalahkan Bapakku. 

Hal yang tidak ditakdirkan untukku itu terus aku ungkit-ungkit meskipun api dan asapnya sudah tidak ada. Aku tidak bohong bahwa menyalahkan orang lain adalah perbuatan yang menyenangkan untuk menyuapi ego dan rasa kecewaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun