Mohon tunggu...
Ira Wulandari
Ira Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Karena sudah muak memendam pikiran-pikiran ini, jadi saya putuskan menyebarkannya di sini. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadi seperti Ini Rasanya Merdeka

17 Agustus 2024   09:40 Diperbarui: 17 Agustus 2024   09:40 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya 17 Agustus ini bukan hanya merdeka dari penjajah tahun 1945, tetapi juga merdeka dari segala sesuatu yang mengekang kita dalam berpikir dan bertindak.

Saat saya kecil saya bukan orang yang dapat bebas mengakses perpustakaan, kursus-kursus, atau kegiatan-kegiatan lain. Tentu faktor utamanya adalah ekonomi. Orang tua saya juga belum punya kesadaran bahwa anak-anaknya harus banyak belajar banyak hal.

Karena tidak banyak kegiatan yang bisa mengembangkan kemampuan dan pemikiran saya, saya tumbuh dengan penuh rasa ketidakpercayadirian. Mirisnya hal itu dialami juga oleh teman-teman di lingkungan saya. Ternyata memang lingkungan sangat berpengaruh.

Dari awal bersekolah, Bapak saya tidak setuju dengan kuliah, katanya tidak ada bedanya dengan jenjang pendidikan apa pun. Jangan dulu menghakimi pandangan Bapak saya itu karena pada akhirnya berubah, kok.

Nah, prinsip Bapak saya itu masih berlaku hingga saya kelas 3 SMK, waktu-waktu saya harus menyiapkan masuk ke perguruan tinggi. Meskipun dilarang, saya tetapi mencoba mengikuti SNMPTN yang merupakan "jalur undangan". Bapak saya menemukan formulir SNMPTN itu dan memarahi saya. Yah, pada akhirnya saya memang tidak lolos.

Karena kejadian itu, saya tidak mengikuti ujian UTBK karena takut dan itu membuat saya sedih. Harusnya saya bekerja setelah lulus dari SMK, tetapi saya tidak melakukan itu karena merasa malas dan marah karena saya tidak bisa mencoba ikut ujian masuk perguruan tinggi. Selain itu, karena memang belum mendapatkan pekerjaan yang pas.

Karena tidak juga mendapatkan pekerjaan, saya beranilah lagi untuk bilang bahwa saya ingin berkuliah. Saya katakan juga sebagian besar teman-teman saya berkuliah. Entah dapat hidayah dari mana, Bapak saya menyetujui itu. Saya masih penasaran sih kenapa pemikiran Bapak saya itu berubah.

Singkat cerita saya lolos kuliah di jurusan Sastra Indonesia. Saya memilih jurusan itu karena nilai UN saya sempurna alias 100. Tentu kepercayaan diri saya dalam bahasa dan sastra meningkat. Sebelumnya juga memang saya mulai tertarik dengan karya sastra setelah membaca beberapa buku dan ingin memperlajarinya. Akan saya ceritakan di lain waktu bagaimana literatur bisa menarik perhatian saya.

Sayangnya saya masuk di tahun Covid-19 melanda, lalu tatanan dunia pun berubah, termasuk masa ospek dan perkuliah yang menjadi daring. Hal itu sangat-sangat saya sayangkan karena tidak bisa merasakan sepenuhnya atmosfer kuliah. Pembelajarannya pun saya rasakan tidak maksimal. Selain itu, sulit sekali untuk dekat dengan teman-teman seangkatan. Masa itu berlangsung selama 2 tahun.

Perjalanannya tidak mudah. Saya kehilangan motivasi belajar sehingga rasanya tidak berguna melakukann semua ini. Meskipun begitu, pada akhirnya banyak hal yang membuka pikiran saya, apalagi jurusan saya jurusan sastra yang memang lebih banyak berdampak pada jiwa dan pemikiran kita. Semasa itu saya mulai bisa mengakses banyak hal, terutama buku. 

Saya juga jadi tahu banyak hal, seperti platform Kompasiana ini, juga Medium, Kompas.Id, goodreads, kanal YouTube Tedx Talks, dan masih banyak lagi walaupun tidak langsung saya sukai karena faktor yang akan saya sebutkan di bawah.

Setelah banyaknya kejadian di hidup saya, saya banyak berpikir tentang hidup saya yang dirasa tidak berkembang. Saya harus mencari cara agar saya dapat berkembang. Akhirnya saya mendalami hal-hal yang saya sebutkan di atas. Mengejutkannya saya ternyata menyukai hal-hal itu, apalagi semua itu sangat bermanfaat. 

Selain itu, alhamdulillah saya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang pada saat saya bersekolah tidak bisa saya lakukan. Orang tua saya sangat mendukung, terutama Bapak saya yang tidak segan-segan mengeluarkan uangnya untuk hal-hal yang bisa membangun dan mengembangkan keahlian saya, baik hard skill maupun softskill.

Saya menjadi suka mengatahui pandangan orang lain, terutama dengan cara yang teratur seperti tulisan dan presentasi. Begitu menyenangkan melihat orang-orang dapat bebas mengungkapkan pandangannya.

Meskipun berkuliah, sebelumnya saya belum bisa merasa bebas mengungkapkan pemikiran saya. Banyak hal yang saya takutkan. Faktor lingkungan sangat memengaruhi pemikiran saya. Banyangkan, sejak kecil tidak pernah didorong untuk mengungkapkan pikiran, memiliki cita-cita, dan meraihnya. Saya juga melihat hal yang sama pada teman-teman saya di lingkungan saya. 

Jujur, pada saat kuliah saya merasa kesulitan karena harus banyak berpendapat. Syukurnya hal itu membentuk sedikit keberanian saya.

Bagaimanapun, saya sangat ingin merasa bebas mengungkapkan isi pikiran saya. Awalnya saya ungkapkan di buku harian saya, lama-lama saya ingin mengungapkannya pada dunia. Menemukan Kompasiana dan platform lain membuat saya berani untuk menulis di ruang publik. 

Saya pun tersadar bahwa sebenarnya sebelumnya saya belum merdeka karena mengungkapkan pikiran saja masih belum mampu. 

Pada akhirnya, saya lebih bisa mengungkapkan pemikiran saya. Inilah rasanya merdeka.

Semoga orang-orang yang punya pengalaman dan perasaan yang sama dengan saya pada akhirnya dapat merdeka dengan setidaknya merasa bebas, tanpa rasa takut mengungkapkan pemikirannya.

Sejatinya 17 Agustus ini bukan hanya merdeka dari penjajah tahun 1945, tetapi juga merdeka dari segala sesuatu yang mengekang kita dalam berpikir dan bertindak.

Selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79.

Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun