Saat kita berselancar di internet atau media sosial, kita langsung menemukan segudang informasi, entah berupa foto, video atau artikel. Semuanya muncul dan dilihat oleh penggunanya terlepas informasi tersebut penting atau tidak, berkualitas atau tidak, dan layak atau tidak kita baca.Â
Mau tidak mau pada akhirnya kita menerima semua informasi yang berterbangan di internet, meskipun baru sekadar membaca judulnya saja. Apalagi rasanya sekarang kita dituntut untuk mengetahui semua informasi yang tersebar di internet.
Kita Membuat Informasi Semakin Banyak
Di era sekarang ini, siapa sih yang tidak menggunakan internet? Masyarakat pedalaman? Orang kaya? Ya, mungkin, tapi jumlahnya ternyata lebih sedikit dibanding pengguna internet.
Pengguna internet berdasarkan laporan We Are Social menunjukkan jumlah pengguna internet di dunia per Januari 2024 mencapai 5,35 miliar orang atau 66,2% dari jumlah populasi dunia, yaitu 8,08 orang.
Lebih dari setengah penduduk dunia berselancar di dunia digital dan mungkin sebagian besarnya juga membuat informasi di internet atau media sosial. Media-media berita semakin gencar merilis artikel-artikel setiap waktunya demi menyuguhkan berita terhangat untuk masyarakat yang haus akan informasi.
Mamah saya pernah berkata bahwa sekarang marak sekali terjadi pembunuhan dan kekerasan karena melihat banyaknya berita seperti itu. Saya sangsi akan hal itu. Benarkan hanya semakin banyak atau karena arus informasi yang semakin mudah? Sepertinya dulu pada saat Mamah saya kecil juga banyak terjadi pembunuhan dan kekerasan, tetapi berita tersebut tidak banyak tersampaikan ke masyarakat.
Berbeda dengan dulu, sekarang informasi bisa dibuat dan disebarkan oleh siapa saja secara instan dan cepat. Misalnya lihatlah Kompasiana ini, sebuah media warga yang di mana penggunanya bisa membuat berbagai konten dengan berbagai tema dan sudut pandang, tanpa perlu adanya diskusi di meja redaksi. Tulisan-tulisan di Kompasiana, termasuk ini, merupakan informasi yang dibuat oleh pengguna internet.Â
Baca juga: Hewan Berbulu, Sang Penyelamat Jiwa
Contoh lain, se-simple kita membuat Instagram Story. Bukankah itu juga termasuk pembuatan informasi? Kita memberikan informasi pada pengikut kita tentang keseharian atau peristiwa di kehidupan kita yang terkadang bisa menarik atensi pengikut kita, meskipun kita bukan seorang selebgram. Apalagi seorang selebgram, selebtiktok, atau apa pun namanya.Â
Satu saja informasi yang unik, menarik, dan kontroversial yang dibuat oleh para seleb itu bisa jadi membuat kegemparan di media sosial dan menjadi headline di mana-mana. Padahal, seringkali informasi itu sebenarnya tidak ada kepentingannya dengan kesejahteraan masyarakat misalnya.Â