Definisi Ketenangan Batin Ketenangan batin dalam Islam tidak hanya mencakup keheningan fisik, tetapi juga kedamaian dalam hati dan jiwa. Ini melibatkan keseimbangan emosi dan spiritual yang mengarah pada ketenangan sejati. Kemudian ketenangan juga bukan hanya sekedar menjadi tujuan. Karna dalam hidup memang tidak akan selalu tenang dan damai. Pasti akan selalu ada masalah-masalah yang akan sering kita hadapi .
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" [Al-Balad/90:4]
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwasanya manusi diciptakan oleh Allah penuh dengan cobaan dan ujian yang akan di hadapi manusia di dunia.
Tidak jarang suatu masalah, tidak dapat diselesaikan bukan karena tidak ada solusinya melainkan dalam menyelesaikannya tidak benar-benar berpikir jernih dan tenang. Untuk itu sangat dibutuhkan sikap tenang dalam hidup agar dapat jernih berpikir dan bertindak. Sebagaimana yang Allah sampaikan bahwa tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya.
Seperti halnya Kesabaran ala Nabi Ayub Nabi Ayub, yang mana beliau di beri ujian dengan Kehilangan Nikmat Sehat
Iblis memerintahkan anak buahnya untuk menaburkan benih-benih penyakit kepada beliau. Kemudian Nabi Ayyub pun menderita berbagai penyakit seperti demam, batuk, dan penyakit kulit.
Tubuh Nabi Ayyub terlihat semakin kurus, tenaganya semakin lemah, dan wajahnya semakin pucat. Nabi Ayyub pun dijauhi orang-orang karena penyakitnya. Ia kehilangan sanak saudaranya, kerabatnya, dan temannya. Namun istrinya yang sholehah masih setia menemani beliau dan mengurusnya.
Meskipun dalam keadaan sakit parah, Nabi Ayyub tidak pernah meninggalkan kebiasaannya, beliau tetap tenag dengan segala apa yang sudah menimpanya. Beliau tetap beribadah dan berdzikir kepada Allah SWT. Dia tetap sabar dan tidak mengeluh sedikit pun.
Karena ketaatannya tersebut, iblis mencari cara lain untuk menggoda beliau. Ia menggoda istri Nabi Ayyub untuk mengingat-ingat nikmat yang Allah berikan dulu dan membandingkannya dengan yang sekarang.
Sambil menarik napas panjang, istri Ayyub menunggu suaminya yang sedang menderita kesakitan, lalu berbisik kepadanya, "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh ujian Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putra-putramu, sahabat-sahabatmu, dan teman-teman terdekatmu? Oh, alangkah indahnya masa lalu kita, usia muda, kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan menghiasi keluarga kita. Kapankah masa itu terulang kembali? Wahai Ayyub, berdoalah kepada Allah agar kita dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini."
Ayyub menangani keluhan istrinya, "Wahai istriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu. Menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah. Engkau minta aku memohon kepada Allah agar kita dibebaskan dari kesengsaraan yang kita alami saat ini .
Aku malu, memohon kepada Allah untuk membebaskan kita dari kesengsaraan dan penderitaan ini. Padahal, kebahagiaan yang sudah Allah SWT berikan lebih lama. Jika engkau telah termakan hasutan dan bujukan iblis sehingga imanmu mulai menipis dan merasa kesal menerima takdir dan ketentuan Allah SWT ini, tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku bersumpah akan mencambukmu seratus kali. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan takdir-Nya," jawab Nabi Ayyub.
Akhirnya istri Nabi Ayyub meninggalkannya. Tinggalah Nabi Ayyub seorang diri dengan penyakit yang dideritanya. Hingga pada suatu hari, datanglah pemikiran setan di benaknya. Bisikan setan mulai menyerangnya. Iblis terus menggodanya untuk berhenti bersabar dan terus membisikinya dengan keputusasaan. Namun, Nabi Ayyub mampu menghalau pikiran buruk tersebut.
Nabi Ayyub pun mengadu kepada Allah SWT atas kelancangan iblis terhadapnya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana." (QS. Shaad: 41)
Setelah melewati masa-mas sulit, Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman. Allah berfirman kepadanya, "Hentakanlah kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Qs. Shaad: 42)
Nabi Ayyub pun mandi dan minum dengan air tersebut. Atas izin Alah SWT, Nabi Ayyub langsung sembuh dari penyakitnya. la terlihat sehat dan lebih kuat dari sebelumnya. Pada saat yang sama, istrinya yang telah diusir dan meninggalkan seorang diri, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya. Ia pun kembali kepada suaminya dan mereka kembali menjalani hidup dengan bahagia.
      Meraih ketenangan batin dengan ajaran Agama Islam bukanlah sekadar impian, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang membutuhkan dedikasi dan ketaatan. Keterkaitan Iman dengan Ketenangan Iman yang kuat adalah kunci utama menuju ketenangan. Keyakinan pada kebijakan dan keadilan Allah membawa ketenangan dalam menghadapi segala cobaan.
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan Sehari-hari. Taqwa, atau ketaatan pada Allah, menjadi fondasi penting dalam mencapai ketenangan. Dengan hidup taat pada ajaran Allah, seseorang dapat merasakan kedamaian yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H