Sekalipun ketika menikah, saling berjanji setia, menanggung suka-duka bersama, seringkali ketika masalah finansial muncul, janji seiya-sekata seakan menguap meninggalkan jejak pertikaian yang bisa jadi kian meruncing dan berujung dengan perceraian.Â
Pernikahan memang bukan sekedar masalah cinta, tapi juga logika, bagaimana menjalani hari-hari dengan si cinta aman tenteram lagipula sentosa. Tentu saja, uang bukan ukuran kebahagiaan rumah tangga. Semua pihak harus bisa menjalani janji seiya-sekatanya: menanggung suka-duka bersama.Â
Karir
Promosi ke jenjang yang lebih tinggi, meningkatnya pendapatan, merupakan ujian tersendiri bagi seseorang. Menjadi petinggi dan lebih kaya. Gengsi bertambah, kepercayaan diri meningkat. Gitu, kira-kira. Di situlah godaan datang. Godaan untuk tenggelam dalam kesibukan menjaga karir yang telah dirintis dalam jam lembur tiada batas, sehingga mengurangi waktu berkualitas dengan keluarga.
Di sini, rasanya kita perlu berpikir: kita kerja buat keluarga, atau kita mengorbankan keluarga demi pekerjaan? Mana yang akan diprioritaskan?
Perbedaan Keyakinan
Sebenarnya hal ini adalah hal yang utama dalam sebuah hubungan. Keyakinan yang dianut seseorang, biasanya membentuk nilai-nilai dalam kehidupannya. Ketika di awal pernikahan sudah disepakati, maka konsistensi menjalaninya memerlukan usaha bersama.
Dengan pertimbangan hal-hal di atas sana sebelum memutuskan menikah, semoga, rumah tangga awet langgeng selamanya, sekalipun, tidak ada pernikahan yang mulus.Â
Diperlukan komitmen dan kesungguhan untuk mempertahankan rumah tangga, juga merawat cinta mula-mula menjadi cinta selamanya.
Karena, setiap pilihan mengandung risiko.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H