Mohon tunggu...
Irawaty Silalahi
Irawaty Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini Soal Respons

8 Januari 2021   18:36 Diperbarui: 8 Januari 2021   18:37 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari seorang teman yang bekerja di sebuah perusahaan asuransi bercerita, bahwa dia ditolak oleh teman lainnya ketika hendak menawarkan produk asuransi. Sebenarnya, pengalaman ditolak berkali-kali, bukan suatu pengalaman yang aneh dalam bisnis ini. Malah konon kabarnya, mentalitas agen asuransi sudah dipersiapkan pada saat mengikuti training, dengan wejangan dari trainernya, bahwa asuransi adalah bisnis "penolakan."

Tapi, yang menjadi pembahasan saya dan teman tsb adalah, dia ditolak oleh teman kami dengan kalimat yang cukup nyelekit: "Lo hubungin gue kalo udah gak di asuransi, ya!"

Dapat dipahami kalau beberapa profesi sepertinya menimbulkan antipati pada sebagian orang. Bisa jadi karena mereka pernah punya pengalaman tidak menyenangkan dari beberapa orang dengan profesi yang sama, sehingga menyamaratakan semua orang dengan pengalaman sebelumnya. Padahal, belum tentu begitu, kan?

Saya suka memperhatikan berbagai macam tenaga pemasaran menjalankan pekerjaannya. Baik secara langsung tatap muka, maupun melalui percakapan telepon. Dengan semangat mereka memaparkan keunggulan produk/jasa yang ditawarkan, berusaha meyakinkan calon pelanggan/klien. 

Kebanyakan tenaga pemasaran ramah dan fasih menjelaskan apa yang mereka tawarkan. Sebagian tetap ramah ketika mengalami penolakan, sementara yang lainnya berusaha tetap ramah, menyembunyikan kekecewaannya ditolak, baik secara halus atau ditolak mentah-mentah.

Ini soal respons. 

Dalam sebuah kesempatan lain, di sebuah restoran, sebuah keluarga duduk manis memesan beberapa menu hidangan. Setelah sekian lama menunggu, makanan tidak kunjung datang. Sang kepala keluarga memanggil pelayan yang menerima pesanan makanan, menanyakan kapan makanan siap. 

Setelah pemanggilan itu, memang mereka masih menunggu sampai kemudian makanan tersaji di depan mata. Dengan ketus, sang kepala keluarga berkata sambil menyindir mbak pramusaji, "Maaf, yaaaa ... makanannya lama!" Mbak pelayan hanya diam sambil terus menyajikan hidangan buat keluarga yang sepertinya harmonis itu.

Dalam hati saya berpikir, apa iya, karena sangat kelaparan yang amat, bapak kepala keluarga sampai kehilangan kesabarannya, yang dipertontonkan di depan anak-anak dan istrinya. Jengkel sih, dengan pelayanan yang jauh dari sempurna, tapi rasanya ada cara lain untuk menyampaikan ketidakpuasan suatu layanan dengan baik.

Setiap pekerjaan memang mengandung risiko, yang bukan melulu soal risiko untung atau rugi secara materi, tetapi risiko ditolak, diterima, atau mendapat komentar yang tidak enak. Kadang, risiko itu juga akibat kerja dari sebuah team. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun