Ucapan yang jamak diberikan ketika ada seseorang yang berulang tahun adalah: Semoga panjang umur! Kenyataannya, memang banyak orang menginginkan umur yang panjang. Terbukti dari beragam cara orang menjaga kesehatannya, dengan pola hidup sehat, sampai mengkonsumsi vitamin tertentu.
Manusia berusaha, tapi apa yang akan terjadi tidak ada yang pernah tahu pasti. Kadang semua serba tiba-tiba (meskipun ada juga yang terjadi secara perlahan). Hidup kadang tidak terduga.
Sebelum berusia 80 tahun, Bapak saya sudah mengalami kepikunan. Banyak yang bilang, Bapak dementia. Diawali dengan seringnya Bapak mengulangi pertanyaan yang sama, bukan sekali dua kali, tapi lebih dari itu.Â
Sampai kemudian Bapak sama sekali diam, tidak lagi bertanya sekalipun. Bapak pasif. Kalau ditanya, kadang menjawab, kadang hanya menatap kosong. Banyak hal yang sudah menguap dari ingatannya. Setempo Bapak ingat nama anaknya, lain waktu lupa siapa nama yang mana.Â
Kondisinya diperparah ketika Bapak mengalami stroke, awal tahun ini. Sekalipun secara fisik Bapak kuat (hanya saja harus dibantu untuk bangun dari tempat tidur, dan jalannya tdak seimbang), namun tetap memory Bapak tidak setajam dahulu kala. Bapak tinggal dalam dunianya. Sunyi. Sekalipun sekelilingnya berisik.
Berhari-hari menemani Bapak di rumahnya, tidak banyak yang bisa saya bicarakan dengan Bapak. Ritualnya adalah, mengajak Bapak membaca Doa Bapa Kami yang saya tulis dengan huruf besar-besar di sebuah karton, mengeja alfabet, meminta Bapak menuliskan namanya, nama anaknya, yang kadang bisa dilakukan dengan baik, kadang sekenanya saja, dan bahkan kadang saya meminta Bapak menebak gambar hewan, buah, dan wajah.
Hampir semua gambar hewan yang ada di buku anak saya ketika kecil, dapat ditebak oleh Bapak. Salah satunya gajah. Suatu hari, ketika Bapak asyik melihat gambar-gambar hewan yang ada di buku, saya sendiri malah asyik membaca fakta-fakta menarik tentang gajah.
Dalam beberapa artikel yang saya baca dari berbagai sumber, beberapa fakta yang menarik tentang gajah  di bawah ini membuat saya membandingkannya dengan manusia.
- Gajah memiliki ingatan yang tajam, karena memiliki temporal lobus  (bagian otak besar yang bertanggung jawab atas pendengaran, emosi, dan memori) yang besar. Itu sebabnya dikatakan 'elephant never forget.' Mereka memiliki ingatan yang kuat. Mulai dari hal-hal kecil seperti ciri dan bau khas dari anggota kelompoknya, mereka pun dapat mengenali beberapa tanda bahaya yang mengancam kelompoknya. Â
Menyoal tentang mengenali anggota kelompoknya dari aroma khas tubuhnya, saya teringat akan kegiatan yang sering dilakukan di TK zaman sekarang kalau melibatkan orangtua.Â
Setiap ayah/ibu ditutup matanya, kemudian mereka disuruh berjalan 'mencari' anaknya di antara sekian anak yang sudah ada di hadapan mereka. Kehebohan pun terjadi, ketika orangtua berusaha 'menemukan' anak mereka, dengan menyentuh rambut, wajah, dan beberapa tanda khas yang dikenali orangtua.Â
Setelah yakin, penutup mata terbuka, dan alangkah bahagianya ayah/ibu dan anak yang berhasil 'ditemukan.' Ketika ditanya, kepada salah satu ayah/ibu, apa yang membuat mereka yakin bahwa itu adalah anaknya, maka kebanyakan mereka menjawab: dari baunya! Sungguh menyentuh hati.
- Fakta menarik lainnya tentang gajah adalah; seperti hal-nya manusia, gajah merasa sedih, bila ada kerabatnya yang mati. Maklum, hubungan kekerabatan bangsa gajah sangat erat . Mereka 'menguburkan' bahkan sesekali kembali datang mengunjungi lokasi makam kerabatnya yang telah lama mati. Dikatakan, volume otak mereka yang paling besar di antara semua mamalia di darat. Mungkin, itu sebabnya gajah dapat mengingat banyak hal. Mulai dari lokasi, tanda bahaya, sampai bau khas anggota keluarganya.
Kembali kepada Bapak, yang pikun bahkan sulit mengingat beberapa hal. Bapak tetap punya naluri untuk melindungi anggota keluarganya. Satu kejadian manis yang membuat saya terharu juga lucu mengingat Bapak yang dengan refleks mengambil gagang sapu dengan satu tangannya, untuk menyingkirkan kecoa yang mendekati kaki saya, ketika saya sedang membantu Bapak mencuci tangan satunya. Mungkin, di pikiran Bapak, kecoa itu bahaya buat saya.
Ingatan Bapak memang banyak yang hilang, entah ke mana. Tapi, nalurinya untuk menjaga anaknya, sekalipun dalam bentuk yang paling sederhana, tinggal tetap. Dan itu cukup menjadi alasan untuk tetap bersyukur masih diberi waktu untuk menemani hari-hari Bapak yang sunyi.
Dalam hati saya bertanya-tanya, mungkinkah gajah dapat kehilangan memory-nya? Mungkinkah gajah dapat mengalami dementia
?Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H